Post on 26-Jun-2019
ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK PADA
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN
PENDEKATAN ERGONOMI MAKRO
(Studi Kasus : Kampung Batik Laweyan)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh :
ZULAIKHAH FITRI WIDIYASTUTI
D600 140 025
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIKPADA
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN
PENDEKATAN ERGONOMI MAKRO
(Studi Kasus : Kampung Batik Laweyan)
ABSTRAK
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal UKM batik terletak di Bandar
Kabanaran Kampung Batik Laweyan Kota Surakarta. Tujuan dari penelitian ini
adalah menentukan variansi atau permasalahan yang terjadi dengan pendekatan
ergonomi makro sehingga dapat merancang sistem kerja yang baik. Ergonomi
makro merupakan suatu pendekatan sistem sosioteknikal untuk mendesain sistem
kerja dengan menganalisis dari level atas hingga ke level bawah agar tercipta
keseimbangan dalam semua sistem kerja yang bertujuan untuk mengoptimalkan
desain sistem kerja. Menurut Hal W. Hendrick dan Brian M. Kleinerimplementasi
ergonomi makro dengan menggunakan metode Macroergonomics Analysis and
Design (MEAD) terdapat sepuluh langkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengelola IPAL tidak menjalankan tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
Selain itu permasalahan yang terjadi adalah kurang terperincinya standar kerja
yang ada di IPAL komunal Kampung Batik Laweyan. Standar Operasional
Prosedur (SOP) merupakan usulan rancangan sistem kerja yang diusulkan untuk
mengintegrasikan semua komponen yang terkait.
Kata Kunci: Ergonomi Makro, Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal,
Macroergonomics Analysis and Design (MEAD), Standar Operasional Prosedur
(SOP)
ABSTRACT
The communal wastewater treatment plant is located at Bandar Kabanaran
Kampung Batik Laweyan Kota Surakarta. The purpose of this study is to
determine the variance or problems that occur with the macro ergonomics
approach so that it can design a good working system. Macro Ergonomics is a
sociotechnical system approach to designing work systems by analyzing from top
to bottom level in order to create balance in all work systems that aim to optimize
the work system design. According to Hal W. Hendrick and Brian M. Kleiner
implementation of macro ergonomics using Macroergonomics Analysis and
Design (MEAD) method there are ten steps. The results show that the manager of
IPAL does not perform the responsibility in accordance with its duties. Besides
the problems that occur is less detailed work standards that exist in the IPAL
communal Kampung Batik Laweyan. Standard Operating Procedure (SOP) is a
proposed work system design to integrate all related components.
Keywords:Macro Ergonomics, Communal Wastewater Treatment Plant,
Macroergonomics Analysis and Design (MEAD), Standard Operating Procedures
(SOP)
2
1. PENDAHULUAN
Selain dampak positif yang ditimbulkan, industri batik juga memiliki
dampak negatif yang ditinjau dari segi lingkungan(Raselawati,
2011).Dampak yang ditimbulkan dari limbah industri batik salah satunya
adalah limbah cair yang dapat membahayakan lingkungan. Pengolahan
limbah cair di industri kampung batik laweyan cukup sederhana, dimana
limbah cair hasil produksi batik disalurkan dalam Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) tanpa melakukan proses apapun untuk mengurangi
konsentrasi zat kimia yang terkandung dalam limbah.
Desain sistem kerja yang salah dapat menjadi salah satu faktor kurang
optimalnya penggunaan IPAL. Penurunan produktivitas dan ketidakefisienan
suatu sistem terjadi akibat suatu sistem kerja yang tidak ergonomis. Salah
satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah pendekatan ergonomi makro. Ergonomi makro merupakan
suatu pendekatan sistem sosioteknikal untuk mendesain sistem kerja dengan
menganalisis dari level atas hingga ke level bawah agar tercipta
keseimbangan dalam semua sistem kerja yang bertujuan untuk
mengoptimalkan desain sistem kerja(Hendrick & Kleiner, 2002).
Ergonomi makro memiliki fokus pada analisis, desain, dan evaluasi
sistem kerja. Masalah yang timbul pada IPAL kampung batik Laweyan dapat
dilihat setelah melakukan beberapa tahapan pendekatan ergonomi makro
yang diharapkan dapat memprioritaskan permasalahan yang ada sehingga
dapat memperoleh solusi guna merancang sistem kerja yang lebih baik.
2. METODE
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik
Laweyan merupakan obyek dalam penelitiaan ini. Penelitian ini melibatkan
beberapa pihak terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota
Surakarta, pengelola IPAL Komunal, dan UKM batik yang tergabung dalam
IPAL Komunal. Dalam penelitian ini menggunakan metode ergonomi makro.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada
3
responden, melakukan wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait,
serta mencari literatur yang terkait dengan metode ergonomi makro.
Terdapat sepuluh langkah dalam implementasi ergonomi makro
dengan menggunakan metode Macroergonomics Analysis and Design
(MEAD)(Hendrick & Kleiner, 2002), antara lain sebagai berikut:
a. Menganalisis organisasi secara internal dan eksternal
b. Mengidentifikasi tipe sistem kerja dan ekspektasi kinerja yang diinginkan
c. Mengidentifikasi unit operasi dan proses kerja
d. Mengidentifikasi variansi
e. Membuat matriks variansi
f. Membuat tabel kendali variansi kunci dan analisis peran personel
g. Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain
h. Menganalisa persepsi dan tanggung jawab
i. Mendesain ulang dukungan dan menggabungkan subsistem
j. Perbaikan sistem
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Menganalisis organisasi secara internal dan eksternal
Badan pengelola IPAL komunal dibentuk oleh Forum
Pengembangan Kampung Batik Laweyan. Dimana struktur
keanggotaanya bersifat sukarela yang berasal dari masyarakat sekitar
yang peduli dan aktif terhadap lingkungan dan juga pengusaha batik yang
tergabung dalam IPAL komunal. Dengan susunan organisasi mulai dari
ketua, sekretaris, bendahara, seksi IPAL, seksi pelanggan, dan seksi
pengawas.
3.2 Mengidentifikasi tipe sistem kerja dan ekspektasi kinerja yang
diinginkan
IPAL Komunal Kampung Batik Laweyan melakukan kegiatan
pengolahan limbah cair hasil industri batik yang bertujuan untuk
melakukan pengendalian pencemaran air. Pengolahan limbah cair di
IPAL Komunal dilakukan berdasarkan anggaran dari hasil iuran UKM
Batik yang tergabung dalam IPAL Komunal.
4
3.3 Mengidentifikasi unit operasi dan proses kerja
IPAL Komunal Kampung Batik Laweyan memiliki unit kerja dan
tahapan proses pelayanan dalam pengolahan limbah cair. Dimana
stakeholder yang berkaitan adalah Pemerintah Kota Surakarta, Forum
Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FPKBL), Pengelola IPAL,
Operator IPAL, UKM batik/pelanggan.
3.4 Mengidentifikasi variansi
Proses pengumpulan dan analisis permasalahan atau kesenjangan
yang terjadi pada saat proses pengolahan limbah di IPAL Komunal
menghasilkan data variansi, antara lain sebagai berikut:
Tabel 1. Data Variansi Pengolahan Limbah di IPAL Komunal
No Tahapan Proses Variansi Kemungkinan Penyebab Dampak
1. Pengawasan dan pemeriksaan
jaringan perpipaan IPAL
Pemeriksaan tidak
dilakukan secara
berkala
Tidak adanya petugas
yang melakukan
pengawasan dan
pemeriksaan jaringan
perpipaan IPAL
Kurangnya SDM
yang bertugas
Jaringan perpipaan
sering mampat karena
kurangnya pengawasan
dan pemeriksaan oleh
petugas
2. Pencatatan volume air Pencatatan volume air
tidak dilakukan secara
rutin oleh petugas
Tanggung jawab tidak
terstruktur dengan
baik
Pengurus saling
lempar tanggung
jawab
Pembayaran iuran yang
mulai terkendala
3. Pembayaran iuran pelanggan Pembayaran iuran sudah
jarang dilakukan.
Tidak ada petugas
yang menagih iuran ke
pelanggan.
Kurangnya
koordinasi antar
pengelola IPAL.
Perawatan dan
pembersihan IPAL
terhambat karena
operator tidak
mendapat imbalan.
4. Menyusun jadwal pembuangan
limbah ke IPAL
Tidak adanya
pembaharuan data oleh
pengurus
Pembagian tugas kerja
yang tidak terperinci
Kurangnya
koordinasi yang
dilakukan oleh
pengurus
Tidak ada yang
mengatur UKM dalam
membuang limbah ke
IPAL
6. Merawat dan mengawasi
kelancaran aliran air limbah
Saluran perpipaan
tersumbat oleh malam
maupun benang yang
terbawa air.
Kurangnya
pengecekan terhadap
saluran perpipaan.
Kurangnya
koordinasi antara
pengelola IPAL.
Aliran perpipaan
tersumbat dan tidak
dapat mengalirkan
limbah ke IPAL.
7. Merawat semua penutup bak
kontrol
Bagian atas penutup bak
kotor dan jarang
dibersihkan.
Tidak ada petugas
yang membersihkan
daerah sekitar IPAL.
Pengelola IPAL
tidak
berkoordinasi
mengenai iuran.
Kondisi disekitar IPAL
kotor dan tidak terawat.
5. Pembuangan limbah ke saluran
IPAL
SOP tidak berjalan
optimal
SOP yang kurang
terperinci
Kurangnya
komunikasi antar
pengelola IPAL.
Proses pengolahan
limbah yang tidak
optimal
5
3.5 Membuat matriks variansi
Matrik variansi dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
tingkat hubungan variansi dengan unit operasi dan tipe data variansi.
Menurut Hendrick & Kleiner (2001) tipe data variansi terbagi menjadi
tiga bagian antara lain yaitu:
1) Memiliki dampak akhir yang signifikan
2) Memiliki banyak hubungan dengan variansi lain
3) Memiliki dampak yang signifikan sebagai variansi tunggal
Tabel 2. Matriks Variansi
8. Menguras dan membersihkan
lumpur
Bak-bak penampungan
jarang dibersihkan
sehingga banyak lumpur
yang mengedap.
Kurangnya SDM yang
bertugas
membersihkan dan
menguras bak-bak
pengolahan limbah.
Sistem imbalan
untuk operator
IPAL tidak
dikelola dengan
baik.
Proses pengolahan
limbah tidak berjalan
optimal karena
terhalang oleh lumpur.
9. Melakukan penambahan nutrisi
dan penggantian arang aktif
Pemberian nutrisi dan
penggatian arang aktif
sudah jarang dilakukan.
Tidak adanya
penyediaan nutrisi oleh
pengelola IPAL.
Kurang nya
koordinasi
pengelola IPAL
mengenai
pendanaan untuk
operasional
IPAL.
Bakteri yang digunakan
sebagai pengolah limbah
dapat rusak karena
tidak ada nutrisi.
Memiliki dampak
akhir yang signifikan
Memiliki banyak
hubungan dengan
variansi lain
Memiliki dampak yang
signifikan sebagai
variansi tunggal
1.Pemeriksaan tidak dilakukan
secara berkala.Pengelola IPAL P P P
2.
Pencatatan volume air tidak
dilakukan secara rutin oleh
petugas.
Pengelola IPAL P
3.Pembayaran iuran sudah jarang
dilakukan.
Pengelola IPAL dan
Pelanggan P P P
4.Tidak adanya pembaharuan data
oleh pengurus.Pengelola IPAL P
5. SOP tidak berjalan optimal.Pengelola IPAL dan
Operator IPAL P P P
6.
Saluran perpipaan tersumbat oleh
malam maupun benang yang
terbawa air.
Operator IPAL P
7.Bagian atas penutup bak kotor dan
jarang dibersihkan.Operator IPAL P
8.
Bak-bak penampungan jarang
dibersihkan sehingga banyak
lumpur yang mengendap.
Operator IPAL P P
9.Pemberian nutrisi dan penggatian
arang aktif sudah jarang dilakukan.Operator IPAL P P
No Variansi Unit Operasi
Tipe Data Variansi
6
3.6 Membuat tabel kendali variansi kunci dan analisis peran personel
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengidentifikasi tempat
terjadinya variansi, bagaimana peran personel yang bertanggung jawab
pada unit kerja dimana setiap variansi terjadi dan bagaimana kendali
variansi yang telah ada di IPAL komunal.
Tabel 3. Kendali Variansi dan Analisis Peran Personel
3.7 Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk membuat beberapa alternatif
perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan dari data variansi yang ada
di IPAL komunal, sehingga dapat diperoleh alternatif yang lebih baik.
Pengalokasian fungsi dan penggabungan desain dapat dibuat beberapa
alternatif perbaikan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada
(Robertson, Kleiner and O’Neill, 2001).
No Variansi Tempat terjadinya Pihak yang mengawasiPihak yang
terlibat langsung
Aktifitas pendukung
yang sudah ada
1.Pemeriksaan tidak dilakukan
secara berkala.Saluran perpipaan IPAL
Ketua Pengelola
IPALSeksi Pengawas
Pemeriksaan dilakukan
ketika terjadi
penyumbatan.
2.
Pencatatan volume air tidak
dilakukan secara rutin oleh
petugas.
UKM batikKetua Pengelola
IPALSeksi Pelanggan -
3.Pembayaran iuran sudah jarang
dilakukan.UKM batik
Ketua Pengelola
IPALBendahara -
4.Tidak adanya pembaharuan data
oleh pengurus.IPAL komunal
Ketua Pengelola
IPALSeksi Pelanggan -
6. SOP tidak berjalan optimal. IPAL komunalKetua Pengelola
IPAL
Seksi IPAL /
Operator IPAL-
7.
Saluran perpipaan tersumbat oleh
malam maupun benang yang
terbawa air.
Saluran perpipaan IPALKetua Pengelola
IPAL
Seksi IPAL /
Operator IPAL-
8.Bagian atas penutup bak kotor dan
jarang dibersihkan.IPAL komunal
Ketua Pengelola
IPAL
Seksi IPAL /
Operator IPAL
Pembersihan dilakukan
ketika biaya operasional
IPAL tersedia.
9.
Bak-bak penampungan jarang
dibersihkan sehingga banyak
lumpur yang mengendap.
IPAL komunalKetua Pengelola
IPAL
Seksi IPAL /
Operator IPAL
Pembersihan dilakukan
ketika biaya operasional
IPAL tersedia.
10.Pemberian nutrisi dan penggatian
arang aktif sudah jarang dilakukan.IPAL komunal
Ketua Pengelola
IPAL
Seksi IPAL /
Operator IPAL-
7
Meningkatkan kualitas sistem kerja pengolahan limbah
di IPAL komunal
Alternatif 3
Memperbaiki sistem kerja di IPAL komunal
Alternatif 1 Alternatif 2
Perbaikan
prosedur kerja di
IPAL
1. Pembagian tugas
yang jelas untuk
masing-masing
penanggung jawab
di IPAL.
2. Perincian Standar
Operasional
Prosedur (SOP).
1. Perbaikan job
description di IPAL
komunal.
2. Perbaikan
Standar Operasional
Prosedur (SOP).
Perbaikan dan
perawatan fasilitas
yang ada
Perbaikan dan
perawatan secara
berkala terhadap
semua peralatan
dan fasilitas yang
ada.
Penyediaan
peralatan baru
untuk mengganti
peralatan yang
telah rusak.
1. Pelatihan tenaga
kerja dalam proses
penanganan limbah
di IPAL.
2. Perincian Standar
Operasional
Prosedur (SOP)
Penyediaan
tenaga kerja
yang terampil
Peningkatan
kualitas tenaga
kerja IPAL
3.8 Menganalisa persepsi dan tanggung jawab
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memberikan penilaian terhadap
alternatif-alternatif perbaikan sehingga nantinya didapatkan alternatif
yang lebih baik dan dapat diterapkan di IPAL komunal Kampung Batik
Laweyan.
Tabel 4. Pembobotan Alternatif Perbaikan
No Alternatif
Jangkauan
terhadap
organisasi
Resiko yang akan
terjadi/kendala dalam
keberhasilan
Keuntungan /
Keefektifan
Pengaruh terhadap
pengeluaran biaya
Total
Bobot
1 Perbaikan
prosedur kerja di
IPAL
2 -2 5 -2 3
2 Perbaikan dan
perawatan fasilitas
yang ada
2 -5 5 -1 1
3 Peningkatan
kualitas tenaga
kerja IPAL
2 -2 4 -4 0
8
Berdasarkan tabel 4, pada kategori resiko yang akan terjadi/kendala
dalam keberhasilan diberikan tanda negatif (-) karena kategori tersebut
berpengaruh terhadap pengeluran biaya, sehingga kategori tersebut memiliki
karakteristik yang berpotensi negatif. Menurut Robertson, Kleiner and
O’Neill (2001) skala penilaian 0 sampai 10, dimana nilai 0-3 menunjukkan
preferensi rendah, nilai 4-7 menunjukkan preferensi moderate, dan nilai 8-
10 menunjukkan preferensi tinggi.
3.9 Mendesain ulang dukungan dan menggabungkan subsistem
Berdasarkan hasil pembobotan yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya maka diperoleh total bobot 3 pada alternatif perbaikan 1,
yaitu perbaikan prosedur kerja di IPAL.
3.10 Perbaikan sistem
Berdasarkan hasil dari pembobotan maka alternatif yang dipilih
yaitu dengan melakukan perbaikan standar kerja IPAL komunal dengan
cara memformulasikan perbaikan job description dan juga perincian
Standar Operaisonal Prosedur (SOP).
4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari tujuan penelitian, hasil pengolahan dan analisis
data yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut:
1) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dibeberapa UKM batik
dan IPAL Komunal Kampung Batik Laweyan dengan menggunakan
metode Macroergonomic Analysis and Design (MEAD), dapat
diketahui beberapa variansi yang terjadi yaitu pengelola IPAL tidak
menjalankan tanggung jawab sesuai dengan tugasnya dan kurang
terperincinya standar kerja yang ada di IPAL komunal Kampung
Batik Laweyan.
2) Berdasarkan dari hasil penilaian bobot pada setiap kriteria perbaikan,
diperoleh alternatif terpilih yaitu alternatif 1. Dimana alternatif 1 yaitu
dilakukan perbaikan prosedur kerja di IPAL dengan nilai total bobot
9
sebesar 3. Nilai total bobot tersebut berasal dari penilaian empat
kriteria dengan nilai bobot masing-masing yaitu 2 untuk kategori
jangkauan terhadap organisasi, -2 untuk kategori resiko yang akan
terjadi/kendala dalam keberhasilan, 5 untuk kategori
keuntungan/keefektifan, dan -2 untuk kategori pengaruh terhadap
pengeluaran biaya.
3) Rancangan perbaikan sistem kerja yang diusulkan adalah perbaikan
job description dan juga perincian Standar Operaisonal Prosedur
(SOP) yang dapat mengintegrasikan semua komponen dalam sistem
kerja dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas sistem kerja di
IPAL komunal.
4.2 Saran
1) Melakukan pembagian tugas yang lebih jelas untuk setiap pengelola
IPAL Komunal, agar manajemen pengelolaan limbah dapat tetap
berjalan efektif.
2) Meningkatkan komunikasi antar pengelola IPAL Komunal jika terjadi
permasalahan agar mendapatkan solusi untuk kepentingan bersama.
3) Meningkatkan komitmen antar pengelola IPAL Komunal dengan
UKM Batik yang tergabung dalam IPAL Komunal agar dapat terus
menjaga keberlangsungan fungsi IPAL Komunal di Kampung Batik
Laweyan.
4) Meningkatkan tanggung jawab dan juga kedisiplinan dari semua
UKM yang tergabung dalam IPAL Komunal dan juga pengelola IPAL
Komunal sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrick, H. W., & Kleiner, B. M. (2002). Macroergonomics : Theory, Methods,
and Applications. London: Lawrence Erlbaum Associates.
Raselawati, A. (2011). Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia. Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan.
10
Robertson, M. M., Kleiner, B. M. and O’Neill, M. J. (2001) Macroergonomic
Methods: Assessing Work System Processes. USA: Lawrence Erlbaum
Associates, Inc.