Post on 23-Jul-2019
ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU
KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH : AMINAH NUR M.L
090304067
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU
KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
AMINAH NUR M.L 090304067
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN
NAMA : AMINAH NUR M.L NIM : 090304067 PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS Komisi Pembimbing Ketua Anggota
Ir.Lily Fauzia, MSi Siti Khadijah, SP.MSi NIP. 196303822198832003 NIP. 197310111999032002
ABSTRAK
AMINAH NUR M.L (090304067) dengan judul penelitian ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi dan Ibu Siti Khadijah, SP, MSi. Nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu komoditi akibat adanya perlakuan tertentu terhadap komoditi tersebut. Nilai tambah menjadi sangat penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah adalah melalui proses pengolahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan susu kedelai, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan susu kedelai pada skala industri rumah tangga, untuk mengetahui berbagai kendala yang terdapat dalam usaha pengolahan kedelai menjadi susu kedelai serta untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala tersebut. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), di daerah-daerah tempat berdirinya usaha tersebut. Metode pengambilan sampel yaitu dengan cara snow ball. Metode analisis yang digunakan adalah metode perhitungan nilai tambah, yaitu nilai produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang lainnya. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan : proses pengolahan susu kedelai pada skala industri rumah tangga masih tergolong sederhana, nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan susu kedelai pada skala industri rumah tangga masih rendah, kendala-kendala yang dihadapai oleh para pengusaha susu kedelai yaitu proses pengolahan yang masih menggunakan alat yang sederhana, keterbatasan modal, dan pemasaran yang masih terbatas juga. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala tersebut adalah adanya fasilitas kredit permodalan baik dari koperasi, bank atau lembaga keuangan lainnya. Kata Kunci : Susu Kedelai, Nilai Tambah
RIWAYAT HIDUP
AMINAH NUR M.L, dilahirkan di Deli Tua pada tanggal 22 Januari 1991 dari
Ayahanda Muhammad Rum Lubis dan Ibunda Nursakiyah Lubis. Penulis
merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Yayasan Pendidikan Islam Deli
Tua, Deli Serdang tahun 2003, MTs Yayasan Perguruan Istiqlal Deli Tua, Deli
Serdang tahun 2006, SMA Yayasan Pembinaan Keluarga Medan, Kota Medan
tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian
Masuk Bersama (UMB).
Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi
kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
(IMASEP), Forum Silaturrahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian
(FSMM SEP) dengan jabatan sebagai wakil bendahara umum, serta Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dengan jabatan sebagai sekretaris bidang
sosial-ekonomi.
Pada bulan April 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di enam
Kecamatan di Kota Medan. Kemudian pada bulan Juli-Agustus 2013
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Kuala Lama Kecamatan
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH
DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI
RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN” .
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Papa tersayang
Muhammad Rum Lubis dan Mama tercinta Nursakiyah Lubis yang dengan kasih
sayangnya selalu memberi doa, motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi, selaku
ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa ucapan terima kasih kepada Ibu
Siti Khadijah, SP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang juga banyak
memberi semangat, dorongan dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :
1. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS dan Bapak DR.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku
ketua dan sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU.
2. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis.
3. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut
serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.
Segala hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada Kakanda Namora Rizki
Lubis, S.Pd dan Fauziah Nur M.L, SP, Abangda Adiyadh Riyadh M.L, SE, dan
Adinda Muhammad Yusuf M.L, yang terus memberi dukungan dan semangat
kepada penulis untuk terus berkarya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada seluruh teman-
teman seperjuangan di stambuk 2009 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
USU, yang telah banyak membantu penulis dalam menemukan arti pentingnya
hidup bersama.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ................................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................... 1 Identifikasi Masalah ............................................................................ 4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
Kacang Kedelai ......................................................................... 6 Agroindustri ............................................................................... 7 Nilai Tambah .............................................................................. 9 Susu Kedelai............................................................................... 11
Landasan Teori ................................................................................... 12 Teori Produksi ............................................................................ 12 Pengolahan Komoditas Pertanian ................................................ 14
Kerangka Pemikiran ............................................................................ 16 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 19
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ................................................... 20 Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 20 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 21 Metode Analisis Data ......................................................................... 21 Defenisi dan Batasan Operasional ........................................................ 22
Defenisi ..................................................................................... 23 Batasan Operasional .................................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................ 25
Letak Geografis dan Lingkup Wilayah Penelitian ...................... 25 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya ................. 25 Kepadatan Penduduk .................................................................. 27 Kota Medan Secara Ekonomi...................................................... 28 Kota Medan Secara Sosial .......................................................... 30
Karakteristik Responden .................................................................... 31 Sistem Produksi Usaha Pengolahan Kedelai Menjadi Susu Kedelai ..... 32
Penggunaan Bahan Baku ............................................................ 32 Penggunaan Modal Investasi ...................................................... 33 Penggunaan Tenaga Kerja .......................................................... 34
Proses Pembuatan Susu Kedelai ......................................................... 36 Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengolahan Kacang Kedelai .......... 42
Input dan Output ........................................................................ 43 Biaya Bahan Penunjang (Sumbangan Input Lain) ...................... 43 Harga Input, Harga Output, Nilai Output, Nilai Tambah dan Rasio Nilai Tambah Susu Kedelai ............................................... 45
Berbagai Kendala dan Upaya dalam Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian ............................................................................ 47
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .......................................................................................... 50 Saran ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1 Tingkat Konsumsi Pangan (Kacang-kacangan di Kota Medan Tahun 2012
2
2 Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai dengan Beberapa Bahan Makanan Lain
7
3 Perbandingan Komposisi Kandungan Berbagai Jenis Zat dalam Susu Kedelai dan Susu Sapi
12
4 Sebaran Pengolahan Susu Kedelai di 6 Kecamatan Kota Medan
20
5 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Medan 26 6 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Kota Medan Tahun 2011 27
7 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007-2011 29 8 Indeks Pembangunan Masyarakat 30 9 Karakteristik Responden Pembuat Susu Kedelai 31 10 Rata-Rata Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai dan
Penggunaan Kacang Kedelai dalam Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian
32
11 Rata-Rata Modal Investasi pada Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian
34
12 Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013
35
13 Rata-Rata Penggunaan Input dan Output di Daerah Penelitian Tahun 2013
43
14 Input Lain yang digunakan dalam Pengolahan Susu Kedelai 44 15 Harga Input, Harga Output, Nilai Output, Nilai Tambah dan
Rasio Nilai Tambah Susu Kedelai di Daerah Penelitian 45
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal. 1. Skema Kerangka Pemikiran 18
2. Kerangka Proses Pembuatan Susu Kedelai 36
3. Dokumentasi Proses Pembuatan Susu Kedelai 40
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul 1. Karakteristik Pengusaha Susu Kedelai di Daerah Penelitian
2. Biaya Bahan Baku Pembuatan Susu Kedelai
3. Penggunaan Peralatan pada Pengolahan Susu Kedelai
4. Penggunaan Tenaga Kerja per Produksi (per hari ) pada Pengolahan Susu Kedelai
5. Biaya Penggunaan Gula pada Pengolahan Susu Kedelai
6. Biaya Penggunaan Garam pada Pengolahan Susu Kedelai
7. Biaya Penggunaan Vanili pada Pengolahan Susu Kedelai
8. Biaya Penggunaan Daun Pandan pada Pengolahan Susu Kedelai
9. Biaya Penggunaan Air pada Pengolahan Susu Kedelai
10. Biaya Penggunaan Plastik pada Pengolahan Susu Kedelai
11. Biaya Penggunaan Karet pada Pengolahan Susu Kedelai
12. Biaya Penggunaan Bahan Bakar (Gas/M.Lampu) pada Pengolahan Susu Kedelai
13. Biaya Penggunaan Bensin pada Pengolahan Susu Kedelai
14. Biaya Penggunaan Listrik pada Pengolahan Susu Kedelai
15. Perhitungan Jumalah dan Harga Output pada Pengolahan Susu Kedelai
16. Jumlah Bahan Baku (Input) dan Output pada Pengolahan Susu Kedelai
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi
dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm
agriculture/agribusiness) yang merupakan kegiatan usahatani yang menggunakan
sarana dan prasarana produksi (input factors) untuk menghasilkan produk
pertanian primer; kedua, pilar pertanian sekunder (down-stream agriculture/
agribusiness) sebagai kegiatan meningkatkan nilai tambah produk pertanian
primer melalui pengolahan (agroindustri) beserta distribusi dan perdagangannya
(Baroh, 2007).
Komoditas pertanian pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak sehingga
perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan yang
disebut agroindustri, dapat meningkatkan guna bentuk komoditas pertanian.
Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor
pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke
produk olahan, sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya
kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi (Suryana, 1990).
Di Indonesia, hampir seluruh komoditas hasil pertanian dapat diolah, salah
satunya adalah kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama
disamping padi dan jagung. Kebutuhan terhadap industri olahan yang berbahan
baku kedelai seperti tahu, tempe, tauco, kecap, susu kedelai dan bahan baku pakan
ternak terus meningkat dari tahun ke tahun. Laju permintaan kedelai yang
meningkat lebih cepat dari pada kemampuan produksi dalam negeri menyebabkan
defisit meningkat dari 968 ribu ton (1998) menjadi 1,1 juta ton pada tahun 2001
dan 1,4 juta ton pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 8,73 % per tahun
(Suprapto, 2001).
Di Kota Medan, konsumsi terhadap kacang kedelai cukup besar dibandingkan
dengan konsumsi terhadap jenis kacang-kacangan lainnya. Data mengenai
konsumsi untuk tanaman pangan khususnya kacang-kacangan di kota Medan
dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Pangan (Kacang-Kacangan) di Kota Medan Tahun 2012
Jenis Pangan Konsumsi Pangan (Gr/Kap/Hr)
Kacang Tanah 2,1
Kacang Kedelai 9,6
Kacang Hijau 4,9
Kacang Merah 0,1
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara (2013)
Dari Tabel tersebut, kita dapat melihat bahwa konsumsi pangan untuk kelompok
kacang-kacangan paling tinggi adalah kacang kedelai yaitu sebesar 9,6 gr/kap/hr,
kemudian kacang hijau sebesar 4,9 gr/kap/hr, kacang tanah 2,1 gr/kap/hr dan yang
paling rendah yaitu konsumsi kacang merah hanya 0,1 gr/kap/hr.
Sebagian besar konsumsi kedelai di Indonesia terutama di Kota Medan masih
digunakan untuk bahan makanan manusia dalam bentuk olahan seperti tahu,
tempe, kecap, tauco dan minuman susu kedelai. Jadi sebagian besar kedelai
dikonsumsi oleh industri makanan olahan. Industri tahu dan tempe merupakan
pengguna kedelai terbesar, dimana pada tahun 2002 saja, kebutuhan kedelai untuk
tahu dan tempe mencapai 1.78 ton, atau 88 persen dari total kebutuhan nasional,
sedangkan industri lainnya seperti industri kecap dan sari kedelai membutuhkan
kedelai sebanyak 12 persen dari total kebutuhan nasional (Adisarwanto, 2008).
Kemampuan produksi domestik yang rendah dalam penyediaan kedelai bila
dibandingkan dengan permintaan memerlukan upaya untuk memperkecil
kesenjangan. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara intensifikasi di sentra
produksi, ektensifikasi dan diversifikasi yang tertumpu pada potensi sumberdaya.
Strategi yang berpijak pada keunggulan sumber daya seperti pemanfaatan lahan,
tenaga kerja, modal dan lainnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
efisiensi usahatani guna mengurangi impor yang pada gilirannya dapat
menciptakan nilai tambah dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
banyak. Hal ini bisa terwujud apabila kebijakan yang sedang berlangsung dan
yang akan datang mampu memberikan dukungan demi tumbuh dan
berkembangnya suatu usahatani dan agroindustri kedelai (Rukmana, 2002).
Kedelai yang pemenuhan kebutuhannya didominasi impor seharusnya digunakan
bagi kegiatan yang mampu memberikan nilai tambah yang tinggi. Kedelai tidak
hanya digunakan bagi kegiatan konsumsi secara langsung akan tetapi lebih
mengarah pada aktifitas yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi komoditi
tersebut. Pengolahan kedelai pada industri susu kedelai merupakan bentuk
alternatif usaha dalam rangka meningkatkan nilai tambah komoditi tersebut.
Susu kedelai merupakan salah satu produk olahan yang berbahan baku kedelai.
Susu kedelai akhir-akhir ini telah banyak dikenal sebagai susu alternatif pengganti
susu sapi. Hal ini dikarenakan susu kedelai memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi dengan harga relatif lebih murah jika dibandingkan dengan sumber
protein lainnya. Sama seperti produk olahan kedelai lainnya, dalam proses
pengolahan kedelai menjadi susu kedelai pasti juga akan menciptakan nilai
tambah dan juga meningkatkan nilai guna dari produk tersebut (Cahyadi, 2007).
Susu kedelai saat ini sudah mulai dilirik oleh banyak orang untuk dijadikan
sebagai salah satu alternatif usaha untuk meningkatkan pendapatan terutama di
Kota Medan, karena disamping permintaan terhadap susu kedelai tersebut terus
meningkat, proses pembuatannya juga cukup sederhana. Untuk itu, peneliti
tertarik untuk melakukan suatu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
bagaimana proses pembuatan susu kedelai tersebut dan seberapa besar nilai
tambah yang diciptakan dari adanya pengolahan kedelai menjadi susu kedelai ini
serta apa saja kendala yang dihadapi oleh para pembuat susu kedelai dalam
menjalankan usahanya dan bagaimana upaya-upaya dalam mengatasi berbagai
kendala tersebut.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yang ada :
1. Bagaimana proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai ?
2. Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kedelai menjadi susu
kedelai pada usaha industri rumah tangga di daerah penelitian ?
3. Apa saja kendala yang terdapat dalam usaha pengolahan kedelai menjadi susu
kedelai di daerah penelitian ?
4. Apa saja upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai.
2. Untuk menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan
dari proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai pada usaha industri
rumah tangga di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang terdapat dalam proses pengolahan
kedelai menjadi susu kedelai di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui apa saja upaya-upaya yag dapat dilakukan untuk mengatasi
berbagai kendala yang terdapat dalam usaha susu kedelai tersebut di daerah
penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pelaku yang sedang dan atau
akan melakukan usaha susu kedelai.
2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pemerintah sebagai badan
pengambil keputusan dan kebijakan.
3. Sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya dalam pengolahan kedelai menjadi susu
kedelai.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Kacang Kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai
juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,
Korea, India, indonesia, Australia dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara dan pulau-
pulau lainnya (Irwan, 2006).
Tanaman kedelai akan tumbuh dengan baik jika berada pada daerah yang tepat,
yang memiliki struktur tanah dan iklim yang baik. Tanaman kedelai dapat tumbuh
dengan baik pada ketinggian 50-500 m diatas permukaan laut dengan suhu
optimal antara 25-27ºC dan rata-rata curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per
tahun. Kadar keasaman tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman kedelai
pada pH 5,0-7,0. Tanaman ini membutuhkan penyinaran yang penuh, minimal 10
jam perhari dengan kelembaban rata-rata 65 persen. Pertumbuhan kedelai optimal
diperoleh pada penanaman musim kering, asalkan kelembaban tanah cukup
terjamin (Irwan, 2006).
Kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varietas unggul kadarnya
proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung
singkong, kacang hijau, daging, ikan segar dan telur ayam, kedelai mempunyai
kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim
kering.
Tabel 2.Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan Lain
Bahan Makanan Kadar Protein (%) Susu skim kering 36,00 Kedelai 35,00 Kacang hijau 22,00 Daging 19,00 Ikan segar 17,00 Telur ayam 13,00 Jagung 9,20 Beras 6,80 Tepung singkong 1,10 Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2000)
Agroindustri
Menurut Badan Pusat Statistik (2007), industri pengolahan merupakan suatu
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi
barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya. Penggolongan industri oleh BPS menurut
banyaknya tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1. Industri rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang
2. Industri sedang, dengan jumlah tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang
3. Industri kecil, dengan jumlah tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang
4. Industri besar, dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Agroindustri merupakan suatu bentuk kegiatan atau aktifitas yang mengolah
bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Soekartawi(b) (2000)
mendefinisikan agroindustri dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri sebagai
industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dan kedua agroindustri
sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan
pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan
pembangunan industri.
Soekartawi(b) (2000) juga menyebutkan bahwa agroindustri memiliki peranan
yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari
kontribusinya dalam hal meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap
tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri
lain.
Menurut Hicks (1995), agroindustri adalah kegiatan dengan ciri :
(a) meningkatkan nilai tambah
(b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan
(c) meningkatkan daya simpan
(d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen.
Manalili (1996) menyebutkan, pengembangan agroindustri di Indonesia
mencakup berbagai aspek, diantaranya menciptakan nilai tambah, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa, memperbaiki pemerataan
pendapatan, bahkan mampu menarik pembangunan sektor pertanian sebagai
sektor penyedia bahan baku.
Meskipun peranan agroindustri sangat penting, pembangunan agroindustri masih
dihadapkan pada berbagai tantangan. Soekartawi (b) (2000), menyebutkan
terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi agroindustri dalam negeri, antara
lain:
1. Kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu.
2. Kurang nyatanya peran agroindustri di perdesaan karena masih
berkonsentrasinya agroindustri di perkotaan.
3. Kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri.
4. Kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalaupun ada
prosedurnya amat ketat.
5. Kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing.
Nilai Tambah
Pada proses distribusi komoditas pertanian terjadi arus yang mengalir dari hulu ke
hilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Komoditas
pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan
pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua
cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah
selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran
(Baroh, 2007).
Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah. Jadi konsep
nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input
fungsional seperti perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan
dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto,
1993). Selanjutnya perlakuan-perlakuan serta jasa-jasa yang dapat menambah
kegunaan komoditi tersebut disebut dengan input fungsional. Input fungsional
dapat berupa proses mengubah bentuk (from utility), menyimpan (time utility),
maupun melalui proses pemindahan tempat dan kepemilikan.
Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor
produksi (tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen). Karena itu,
untuk menjamin agar proses produksi terus berjalan secara efektif dan efisien
maka nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil. Analisis nilai
tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat
perlakuan mengalami perubahan nilai (Hardjanto, 1993).
Menurut Hayami, et all (1987), analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian
dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu melalui perhitungan nilai tambah
per kilogram bahan baku untuk satu kali pengolahan yang menghasilkan produk
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis
yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan
dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh ialah harga output,
upah kerja, harga bahan baku, dan nilai input lain selain bahan baku dan tenaga
kerja. Nilai input lain adalah nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan
tenaga kerja yang digunakan selama proses pengolahan berlangsung. Nilai ini
mencakup biaya modal dan gaji pegawai tak langsung.
Dalam industri, nilai tambah berarti ukuran untuk menyatakan sumbangan proses
produksi terhadap nilai jual suatu barang. Nilai tambah tersebut dapat dinyatakan
untuk tiap meter kubik kayu bulat, setiap dolar modal, setiap orang kerja, dan
sebagainya. Nilai tambah menurut Gittinger (1986) adalah nilai output dikurangi
input yang dibeli dari luar. Dalam tiap satuan produksi, nilai tambah diukur
dengan perbedaan antara nilai output perusahaan dan nilai seluruh input yang
dibeli dari luar perusahaan.
Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan dalam proses
produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan.
Suatu perusahaan dengan teknologi yang baik akan menghasilkan produk dengan
kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk akan lebih tinggi dan
akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh (Suryana, 1990).
Susu Kedelai
Susu kedelai akhir-akhir ini telah banyak dikenal sebagai susu alternatif
pengganti susu sapi. Hal ini dikarenakan susu kedelai mempunyai kandungan
protein yang cukup tinggi dengan harga relatif lebih murah jika dibanding dengan
sumber protein lainnya. Untuk meningkatkan kandungan gizinya, susu kedelai
dapat diperkaya dengan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh kita. Susu
kedelai tidak kalah dengan susu sapi maupun air susu ibu (ASI) (Cahyadi, 2007).
Susu kedelai sangat penting untuk bayi dan anak-anak karena pada masa
pertumbuhannya mereka sangat memerlukan protein. Untuk bayi dan anak-anak
yang alergi terhadap susu sapi maka dapat diganti dengan susu kedelai. Sebagai
minuman, susu kedelai dapat menyegarkan dan menyehatkan tubuh karena pada
umumnya minuman hanya meyengarkan tetapi tidak menyehatkan. Susu kedelai
juga dikenal sebagai minuman kesehatan karena tidak mengandung kolesterol,
tetapi mengandung phitokimia, yaitu suatu senyawa dalam bahan pangan yang
mempunyai khasiat menyehatkan (Cahyadi, 2007).
Kelebihan dari susu kedelai adalah tidak mengandung laktosa sehingga susu ini
cocok untuk dikonsumsi penderita intoleransi laktosa, yaitu seseorang yang tidak
mempunyai enzim laktase dalam tubuhnya sehingga orang tersebut tidak dapat
mencerna makanan yang berlemak. Untuk lebih jelasnya, kandungan zat pada
susu kedelai dan susu sapi dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Perbandingan Komposisi Kandungan Berbagai Jenis Zat dalam Susu Kedelai dan Susu Sapi
Komposisi Susu Kedelai Susu Sapi
Air (%) 88,60 88,33 Kalori (kkal) 52,99 61,00 Protein (%) 4,40 3,2 Karbohidrat (%) 3,80 4,3 Lemak (%) 2,50 3,5 Vit.B1 (%) 0,04 0,03 Vit.A (%) 0,02 1,00 Kalsium (mg) 15 143,00 Fosfor (mg) 49 60,00 Besi (mg) 1,2 1,70 Sumber : Departemen Kesehatan RI (2010)
Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena
kandungan proteinnya. Selain itu, susu kedelai juga mengandung lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, provitamin A, Vitamin B kompleks (kecuali
B12), dan air. Namun, perhatian masyarakat kita terhadap jenis minuman ini pada
umumnya masih kurang, padahal jika dilihat dari harganya, susu kedelai lebih
murah daripada susu produk hewani (Cahyadi, 2007).
Landasan Teori
Teori Produksi
Dalam perekoniomian, fungsi perusahaan dalam perekonomian adalah sebagai
penyedia berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Dalam kegiatan
mewujudkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat tersebut, perusahaan-
perusahaan haruslah menggunakan faktor-faktor produksi. Teori produksi
menerangkan sifat hubungan diantara tingkat produksi yang akan di capai dengan
jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan (Sukirno, 1996).
Menurut Agung (2008), secara umum istilah ”produksi” diartikan sebagai
penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditas
menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa,
di mana atau kapan komoditas-komoditas itu dialokasikan, maupun dalam
pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditas itu.
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input).
Perkaitan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya
dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat
golongan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu : tenaga
kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan (Sukirno, 1996).
Menurut Mubyarto (1989), di dalam ekonomi, dikenal apa yang disebut fungsi
produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi
fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika
sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut :
Y = f (x1, x2, ..., xn)
Dimana :
Y = adalah hasil produksi fisik
x1, x2,.., xn = faktor-faktor produksi
Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi.
Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai
macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu
perusahaan (Beattie dan Taylor, 1996).
Pengolahan Komoditas Pertanian
Pengolahan sebagai salah satu subsistem dalam agribisnis merupakan suatu
alternatif terbaik untuk dikembangkan. Dengan kata lain, pengembangan industri
pengolahan diperlukan guna terciptanya keterkaitan antar sektor pertanian dengan
sektor industri. Industri pengolahan akan memiliki kemampuan yang baik jika
kedua sektor tersebut di atas memiliki keterkaitan yang sangat erat, baik
keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage).
Agroindustri yang memiliki keterkaitan ke belakang yaitu agroindustri yang
menghasilkan sarana produksi seperti pupuk, pestisida, alat dan mesin-mesin
pertanian atau sering disebut agroindustri hulu (up stream ), sedangkan
agroindustri yang memiliki keterkaitan ke depan yaitu agroindustri yang
melakukan pengolahan produk pertanian, pengawetan (pengemasan) produk
pertanian dan lain-lain yang sering disebut agroindustri hilir (down stream ).
Menurut Soekartawi(a) (1999), ada banyak manfaat dari sebuah proses
pengolahan komoditi pertanian, dan hal tersebut menjadi penting karena
pertimbangan sebagai berikut :
1. Meningkatkan nilai tambah
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh
produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses.
Tetapi kebanyakan petani langsung menjual hasil pertaniannya karena ingin
mnedapat uang kontan yang cepat. Karena itu penanganan pasca panen tidak
diperhatikan sehingga tidak diperoleh nilai tambah oleh petani, bahkan nilai hasil
pertanian itu sendiri menjadi rendah. Sedangkan bagi pengusaha ini menjadi
kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang
pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik
maupun pasar luar negeri.
2. Kualitas Hasil
Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatlan kualitas. Dengan
kualitas yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan kebutuhan
konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya
perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.
Komoditas pertanian tentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja
yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.
4. Meningkatkan Keterampilan
Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan
keterampilan secara kukulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil
penerimaan usaha tani yang lebih besar.
5. Peningkatan Pendapatan
Konsekuensi logis dari proses pengolahan yang lebih baik akan meyebabkan total
penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya
petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil
penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar.
Dari proses pengolahan komoditas pertanian akan diperoleh nilai tambah.
Pengertian nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai sutu produk atau
komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun
penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat
didefenisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai bahan baku dan
input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja ( Hayami et al, 1987).
Adapun tujuan pengolahan hasil (agroindustri) antara lain adalah :
1. Mengawetkan (preserving) bagi hasil pertanian yang mudah rusak dan mudah
busuk.
2. Merubah bentuk, seperti kedelai menjadi susu kedelai.
3. Membersihkan dan mengurangi kadar air dari hasil pertanian.
Kerangka Pemikiran
Salah satu sifat produk pertanian adalah mudah rusak (perishable) sedangkan
konsumsi berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu, upaya
memenuhi konsumsi antara lain melalui pengolahan hasil pertanian. Ditinjau dari
segi ekonomi, pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan nilai tambah yaitu,
meningkatkan daya awet komoditas pertanian dan memberikan keuntungan bagi
pengolah.
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang paling penting bagi
masyarakat Indonesia. Kedelai dapat diolah atau dimanfaatkan untuk pangan dan
bahan industri lainnya. Salah satu hasil olahan kedelai yang saat ini mulai
digemari oleh masyarakat adalah susu kedelai. Karena susu kedelai merupakan
minuman berprotein yang tinggi pengganti susu sapi.
Dalam proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai ditemukan beberapa
masalah atau kendala seperti fluktuasi harga kedelai di pasaran, ketidakpastian
pasokan bahan baku, teknologi pengolahan yang sederhana, kurangnya modal dan
pemasarannya yang masih terbatas.
Dari hasil olahan, kemudian dihitung besarnya nilai tambah dari output dengan
memperhatikan berbagai komponen penting dalam pengolahan yaitu : nilai output,
biaya bahan baku, dan biaya penunjang lainnya yang menjadi penentu besarnya
nilai tambah yang dihasilkan. Hasil perhitungan nilai tambah yang didapat
kemudian dianalisis dengan rumus tertentu untuk ditentukan apakah tergolong
tinggi, sedang atau rendah.
Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan Menyatakan Proses
Menyatakan Hubungan
Kedelai
Agroindustri Susu Kedelai
Susu Kedelai
Penerimaan
Penjualan
Biaya-biaya yang harus dihitung : -Biaya Bahan Baku -Biaya Penunjang lainnya
Nilai Tambah
Tinggi/Rendah
Kendala-kendala dalam Agroindustri Susu Kedelai
Upaya-upaya yang dapat dilakukan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah :
1. Proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang dilakukan masih
tergolong sederhana.
2. Nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan kedelai menjadi susu
kedelai pada usaha industri rumah tangga di daerah penelitian masih rendah.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara Purpossive (disengaja), yaitu di daerah-
daerah tempat berdirinya usaha industri rumah tangga (home industry) yang
mengadakan pengolahan terhadap kedelai menjadi susu kedelai di Kota Medan,
yaitu di : Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan
Medan Helvetia, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Sunggal, dan
Kecamatan Medan Tembung.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha pengolahan kacang kedelai
menjadi susu kedelai yang ada di Kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode Bola Salju (Snowball sampling), yaitu dengan
menemui satu orang pengusaha susu kedelai untuk menunjuk responden/sampel
berikutnya yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Besar sampel yang didapat adalah sebanyak 10 sampel. Adapun sebaran usaha
pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang terdapat pada 6 kecamatan di kota
Medan akan ditampilkan pada Table 4.
Tabel 4. Sebaran Pengolahan Susu Kedelai di 6 Kecamatan di Kota Medan
No Kecamatan Usaha Pengolahan (Unit)
1 Medan Johor 2 2 Medan Amplas 3 3 Medan Helvetia 1 4 Medan Area 1 5 Medan Sunggal 2 6 Medan Tembung 1 Jumlah 10 Sumber : Prasurvey, 2013
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden, yaitu pengusaha susu
kedelai dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Sedangkan data
sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari berbagai instansi terkait
seperti Kantor Kelurahan, Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan serta literatur yang terkait.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi kemudian
diolah secara manual, lalu dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang
sesuai.
Untuk hipotesis yang pertama yaitu untuk mengetahui bagaimana proses
pengolahan kedelai menjadi susu kedelai di daerah penelitian diselesaikan dengan
analisis deskriptif yaitu menjelaskan dari awal pengolahan kedelai sampai
menjadi susu kedelai.
Pengolahan dikatakan sederhana jika dalam pengolahan tersebut
menggunakan alat-alat yang sering dipakai sehari-hari atau belum
menggunakan mesin-mesin pengolahan yang canggih.
Pengolahan dikatakan modern apabila dalam pengolahan tersebut
menggunakan mesin dan peralatan yang canggih serta berkapasitas tinggi.
Untuk hipotesis yang kedua yaitu untuk melihat berapa besar nilai tambah dari
proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi susu kedelai maka digunakan
rumus perhitungan nilai tambah dari metode Hayami, yaitu :
NT = NP – (NBB + NBP)
Keterangan :
NT = Nilai Tambah (Rp/Kg)
NP = Nilai Produk Olahan (Rp/Kg)
NBB = Nilai bahan Baku (Rp/Kg)
NBP = Nilai Bahan Penunjang (Rp/Kg)
(Suryana, 1990).
Kriteria ujinya yaitu :
Jika Rasio nilai tambah > 50 % maka nilai tambah tergolong tinggi
Jika Rasio nilai tambah ≤ 50 % maka nilai tambah tergolong rendah
(Sudiyono, 2004).
Untuk masalah penelitian yang ketiga dan keempat, yaitu untuk mengetahui
kendala apa saja yang terdapat dalam proses pengolahan kedelai menjadi susu
kedelai di daerah penelitian serta upaya-upaya untuk mengatasinya diselesaikan
dengan analisis deskriptif.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian
tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batasan
operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Usaha pengolahan kedelai dalam penelitian ini adalah usaha yang melakukan
pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai.
2. Susu Kedelai adalah susu yang terbuat dari kedelai. Susu kedelai diperoleh
dengan cara penggilingan biji kedelai yang telah direndam dalam air.
3. Input adalah bahan baku utama yang dibutuhkan dalam satu kali proses
produksi yang dihitung dalam satuan kg.
4. Output adalah jumlah susu kedelai yang dihasilkan dalam satu kali proses
produksi dihitung dalam satuan kg.
5. Harga input adalah rata-rata harga beli bahan baku (kacang kedelai) di daerah
penelitian.
6. Harga Output adalah rata-rata harga jual output (susu kedelai) di daerah
penelitian.
7. Skala rumah tangga adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 1 sampai 4
orang.
8. Bahan Penunjang adalah semua bahan selain bahan baku dan tenaga kerja
langsung yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Satuan
pengukuran untuk sumbangan input lain adalah rupiah per kg bahan baku.
9. Nilai Produk Hasil Olahan (Nilai output) menunjukkan nilai output yang
dihasilkan dari satu satuan input dan diukur dalam satuan rupiah per kg
produk olahan.
10. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai bahan baku dan
nilai bahan penunjang dengan satuan Rp/Kg.
11. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai output dan
dinyatakan dalam persen (%).
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah kecamatan-kecamatan di Kota Medan yang terdapat
usaha pengolahan susu kedelai, yang terdiri dari Kecamatan Medan Johor,
Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan
Area, Kecamatan Medan Sunggal, dan Kecamatan Medan Tembung.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha industri rumah tangga (home
industry) yang hanya memproduksi susu kedelai.
3. Skala usaha dalam penelitian ini adalah skala Rumah Tangga.
4. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian
Letak geografis Kota Medan pada kisaran 3° 30' – 3° 43' LU dan 98° 35' - 98° 44'
BT dengan ketinggian 2,5 - 37,5 m dpl, serta memiliki luas wilayah sebesar
265,10 Km² (26.510 Ha). Secara administratif, Kota Medan terdiri dari 21
Kecamatan dan 151 Kelurahan serta memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Barat : Kabupaten Deli Serdang
Timur : Kabupaten Deli Serdang
Sedangkan lingkup wilayah penelitian meliputi 6 (enam) dari 21 kecamtan yang
ada di Kota Medan, yaitu Kecamtan Medan Johor, Medan Amplas, Medan
Sunggal, Medan Area, Medan Helvetia, dan Medan Tembung.
Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya
Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi
yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin
besar pula peluang untuk meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya
pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman penduduk, serta berbagai pemanfaatan
lainnya. Selain itu, luas lahan juga menjadi faktor penting dalam melakukan
pemetaan dan pemerataan penduduk. Secara rinci sebaran luas wilayah menurut
kecamatan di Kota Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan
No Kecamatan
Luas Wilayah (Km²)
Rasio terhadap Luas Kota Madya (%)
1 Medan Tuntungan 20,68 7,80 2 Medan Johor 14,58 5,50 3 Medan Amplas 11,19 4,22 4 Medan Denai 9,05 3,41 5 Medan Area 5,52 2,08 6 Medan Kota 5,27 1,99 7 Medan Maimun 2,98 1,12 8 Medan Polonia 9,01 3,40 9 Medan Baru 5,84 2,20 10 Medan Selayang 12,81 4,83 11 Medan Sunggal 15,44 5,82 12 Medan Helvetia 13,16 4,96 13 Medan Petisah 6,82 2,57 14 Medan Barat 5,33 2,01 15 Medan Timur 7,76 2,93 16 Medan Perjuangan 4,09 1,54 17 Medan Tembung 7,99 3,01 18 Medan Deli 20,84 7,86 19 Medan Labuhan 36,67 13,83 20 Medan Marelan 23,82 8,99 21 Medan Belawan Total
26,25 265,10
9,90 100,00
Sumber : Medan Dalam Angka, 2012
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa, luas wilayah terbesar di Kota Medan
adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 36,67 Km² atau sebesar 13,83% dari
seluruh luas wilayah Kota Medan. Dan Kecamatan yang memiliki luas paling
sedikit adalah Kecamatan Medan Maimun yaitu 2,98 Km² atau sebesar 1,12% dari
total luas Kota Medan.
Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.117.224 jiwa, jika
dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km² dapat digambarkan kepadatan
penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.987 jiwa/Km². Angka ini
menggambarkan bahwa setiap 1 Km² terdapat 7.987 jiwa. Secara rinci, kepadatan
penduduk Kota Medan menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011
No Kecamatan
Luas Wilayah (Km²)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km²) 1 Medan Tuntungan 20,68 81.798 3.955 2 Medan Johor 14,58 125.456 8.605 3 Medan Amplas 11,19 115.543 10.326 4 Medan Denai 9,05 141.866 15.676 5 Medan Area 5,52 96.647 17.509 6 Medan Kota 5,27 72.663 13.788 7 Medan Maimun 2,98 39.646 13.304 8 Medan Polonia 9,01 53.384 5.925 9 Medan Baru 5,84 39.564 6.775 10 Medan Selayang 12,81 99.982 7.805 11 Medan Sunggal 15,44 112.918 7.313 12 Medan Helvetia 13,16 145.239 11.036 13 Medan Petisah 6,82 61.832 9.066 14 Medan Barat 5,33 70.881 13.298 15 Medan Timur 7,76 108.758 14.015 16 Medan Perjuangan 4,09 93.483 22.856 17 Medan Tembung 7,99 133.784 16.744 18 Medan Deli 20,84 170.013 8.158 19 Medan Labuhan 36,67 112.316 3.063 20 Medan Marelan 23,82 145.788 6.130 21 Medan Belawan Total
26,25 265,10
95.663 2.117.224
3.644 7.987
Sumber : Medan Dalam Angka, 2012
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi di Kota Medan
adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.856 Jiwa/ Km². Wilayah
yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif kecil jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah
adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.063 Jiwa/Km², padahal
Kecamatan Medan Labuhan merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah
terluas diantara kecaman-kecamatan lainnya di Kota Medan. Hal ini menunjukkan
bahwa wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Labuhan relatif sangat besar
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menempatinya.
Kota Medan Secara Ekonomi
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan
kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja
pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena
keberhasilan dibidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas
bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi
secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan,
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan
masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan
menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing
sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur ekonomi Kota Medan dapat dilihat
dari kontribusi setiap sector dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha
atas dasar harga yang berlaku.
Tabel 7. Struktur Perekonomian Kota Medan 2009-2011
No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)
2009 2010 2011
1 2
Pertanian Pertambangan
2,815 2,773 2,671 0,004 0,004 0,003
Primer 2,819 2,778 2,674
3 4 5
Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan
15,96 14,89 14,97 1,75 1,706 1,698 9,54 9,498 9,782
Sekunder 27,263 26,096 26,454
6 7 8 9
Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa
25,916 26,741 26,924 19,082 19,958 18,948 14,625 13,797 14,274
10,292 10,626 10,723
Tersier 69,917 71,125 70,870 Jumlah 100 100 100
Sumber : Medan Dalam Angka, 2012
Berdasarkan tabel 7 di atas, struktur perekonomian Kota Medan tidak berbeda
jauh selama rentang waktu 2009-2011. Untuk sektor perdagangan merupakan
sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan
diikuti sektor pengangkutan. Selanjutnya sektor industri, sektor keuangan dan
yang terakhir sektor bangunan atau kontruksi. Sedangkan sektor yang paling
berkontribusi sedikit adalah pertambangan, diikuti listrik, gas dan air serta yang
terakhir adalah sektor pertanian.
Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan
dan ketertiban, agama dan lainnya merupakan faktor penunjang dan penghambat
bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.
IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami peningkatan
selama masa waktu 2007-2010 dimana mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu,
peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang
ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama bersekolah dan
meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota Medan. Berikut
adalah Tabel Indeks Pembangunan Masyarakat Kota Medan.
Tabel 8. Indeks Pembangunan Masyarakat
Tahun Harapan Hidup
Melek Huruf
Rata-rata Lama Sekolah
Pengeluaran rill per kapita
IPM
(Tahun) (%) (Tahun) (000 Rp) HDI
2007 2008 2009 2010
71,1 71,5 71,7 71,7
99,10 99,29 99,31 99,31
10,7 10,7 10,8 10,8
620,70 631,05 632,32 632,34
75,60 76,70 76,99 76,99
Sumber : Medan Dalam Angka, 2012
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan, lama berusaha dan luas gedung usaha. Secara rinci,
karakteristik responden pengolah susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 9.
Table 9. Karakteristik Responden Pembuat Susu Kedelai
Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range
Umur
Tingkat Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Lama Berusaha
Luas Gedung Usaha
Tahun
Tahun
Jiwa
Tahun
푚
46,2
12,3
1,8
5
41
24-60
0-16
0-3
3-11
20-75
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2013
Dari Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata umur responden pembuat susu kedelai
adalah 46,2 tahun dengan rentang antara 24-60 tahun. Dilihat dari tingkat
pendidikan yang dijalani oleh responden rata-rata 12,3 tahun, ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan yang dominan dari responden pembuat susu kedelai
adalah tingkat SMA. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh responden pembuat
susu kedelai rata-rata 1,8 dengan rentang antara 0-3 orang, sedangkan pengalaman
atau lama berusaha responden rata-rata 5 tahun dengan rentang antara 3-11 tahun.
Rata-rata luas gedung usaha adalah 41 m² dengan rentang 20-75 m².
Sistem Produksi Usaha Pengolahan Kedelai Menjadi Susu Kedelai
Dalam melakukan sistem produksi susu kedelai, ada beberapa hal yang perlu
diketahui antara lain : penggunaan bahan baku, penggunaan modal investasi dan
operasional serta penggunaan tenaga kerja.
Penggunaan Bahan Baku
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah
penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat susu kedelai yaitu kacang
kedelai cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan. Namun, sebagian besar bahan
baku yang digunakan dalam proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian
berasal dari impor. Hal ini dikarenakan oleh kurang tersedianya kedelai lokal
untuk memenuhi kebutuhan pengusaha secara rutin. Kedelai lokal hanya tersedia
pada saat musim tertentu karena di Indonesia tanaman kacang kedelai sistem
tanamnya bergantian dengan padi. Selain itu, harga kedelai lokal juga relatif lebih
mahal jika dibandingkan dengan harga kedelai impor yang lebih murah.
Secara rinci, mengenai penggunaan bahan baku kedelai dalam memproduksi susu
kedelai di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-Rata Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai dan Penggunaan Kacang Kedelai dalam Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013
Uraian Frekuensi Pembuatan Susu
Kedelai (Hari) Penggunaan Kacang Kedelai
(Kg) Per Hari - 5,8 Per Minggu 6,2 37,4 Per Bulan 25,8 156,4 Per Tahun 309,6 1.876,8
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 2), 2013
Tabel 10 di atas memperlihatkan bahwa rata-rata frekuensi pengolahan kedelai
menjadi susu kedelai yang dilakukan responden di daerah penelitian adalah 6,2
hari (4-7 hari)/minggu, 25,8 hari (16-30 hari)/bulan, dan 309,6 hari (192-360
hari)/tahun. Sedangkan rata-rata jumlah penggunaan kedelai untuk memproduksi
susu kedelai di daerah penelitian adalah 5,8 Kg perharinya.
Penggunaan Modal Investasi
Setiap kegiatan dalam proses produksi, mutlak membutuhkan modal.
Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat
diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Besar atau kecilnya
modal yang dibutuhkan, bergantung pada skala usahanya. Semakin besar skala
usaha yang dijalankan, semakin besar pula modal yang dibutuhkan. Demikian
pula sebaliknya, jika semakin kecil skala usaha yang dijalankan, semakin sedikit
pula modal yang dibutuhkan.
Dalam menjalankan usaha pengolahan susu kedelai untuk skala rumah tangga,
rata-rata modal investasi yang diperlukan pada saat awal adalah Rp. 3.748.950.
Investasi tersebut digunakan untuk membeli peralatan dalam memproduksi susu
kedelai. Secara rinci, modal investasi dalam usaha pengolahan susu kedelai dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-Rata Modal Investasi pada Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013.
No Investasi Harga 1 Mesin Giling/Blender 1.047.000 2 Ember/Baskom 44.700 3 Panci Rebusan 69.500 4 Sendok aduk 13.750 5 Saringan/Kain Saring 7.100 6 Tong Rendaman 42.000 7 Lemari Pendingin 1.980.000 8 Kompor/Kompor Gas 541.000 9 Cangkir/Gelas 3.900
Jumlah 3.748.950 Sumber :Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2013
Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah proses produksi.
Menurut Karmadi (2003), penggunaan tenaga kerja dalam suatu kegiatan proses
produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan
tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi,
atau informasi yang diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai
tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang
yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan masukan lain memperoleh
pendapatan pula.
Tenaga kerja dalam industri pembuatan susu kedelai di daerah penelitian
diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pencucian,
perendaman, perebusan, penggilingan, penyaringan, pemasakan sampai
pengemasan. Secara rinci, penggunaan tenaga kerja pada pengolahan kedelai
menjadi susu kedelai pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam usaha Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013
Uraian
Frekuensi Pembuatan Susu
Kedelai (Hari) Penggunaan Tenaga Kerja
(HKP) Per Hari - 1,69 Per Minggu 6,2 10,5 Per Bulan 25,8 43,60 Per Tahun 309,6 523,2
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 4), 2013
Dalam proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian, sumber tenaga kerja
yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Untuk satu kali produksi per harinya
dibutuhkan tenaga kerja sebesar 1,69 HKP. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.
Proses Pembuatan Susu Kedelai
Ada 2 jenis metode proses/tahapan dalam pembuatan susu kedelai yang di
lakukan di daerah penelitian. Perbedaannya terletak pada saat proses setelah
penggilingan. Sebagian responden langsung menyaring kedelai yang sudah
digiling, dan sebagian lagi melakukan penambahan air, baru kemudian
memasaknya.
Secara lengkap proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian dapat
digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :
Gambar 2. Kerangka Proses Pembuatan Susu Kedelai
1. Pencucian I
2. Perendaman
3. Perebusan
4. Pencucian II
5. Penggilingan
6a. Penyaringan
7. Pemasakan
8. Pendinginan
9. Pengemasan
6b. Penambahan Air
Berikut adalah penjelasan dari kerangka tahapan dalam membuat susu kedelai di
daerah penelitian :
1. Pencucian I
Proses pertama yang dilakukan dalam pengolahan kedelai menjadi susu kedelai
adalah pencucian kacang kedelai. Kacang kedelai dicuci sampai bersih untuk
mengeluarkan kotoran-kotoran yang terikut ke dalam kacang kedelai. Bahan
yang digunakan dalam penucian ini adalah cukup dengan air tanpa ada
penambahan bahan-bahan lainnya.
2. Perendaman
Kedelai direndam sampai air rendamannya meresap ke dalam kacang, agar
mudah dalam proses penggilingan serta pati yang dihasilkan dari kacang
kedelai akan lebih banyak. Perendaman ini dilakukan selama kurang lebih 8
jam. Peralatan yang digunakan dalam proses perendaman ini adalah tong
rendaman atau bisa juga dengan ember dan bahan yang digunakan cukup
dengan air bersih.
3. Perebusan
Kacang kedelai yang telah direndam selama kurang lebih 8 jam, kemudian
direbus sampai kacang kedelai mengembang dan sudah lunak. Dalam proses
perebusan inipun tidak menggunakan bahan-bahan tambahan cukup dengan
menggunakan air saja. Alat yang digunakan dalam perebusan kacang kedelai
ini adalah panci. Lama perebusan biasanya disesuaikan dengan banyak
sedikitnya kedelai yang direbus. Namun normalnya sampai air dalam rebusan
mendidih (berkisar 20-30 menit).
4. Pencucian II
Setelah kacang kedelai direbus sampai mengembang dan lunak, maka langkah
selanjutnya adalah pencucian yang ke II. Tetapi sebelum dilakukan pencucian
yang ke II, kacang kedelai yang baru selesai direbus tersebut harus
didinginkan terlebih dahulu selama kurang lebih 15 menit. Setelah dingin
barulah kedelai dicuci untuk kedua kalinya. Pada proses pencucian yang
kedua ini, kacang kedelai dicuci untuk membuang kulit kedelai yang sudah
terkelupas pada saat perebusan, sehingga memudahkan dalam proses
penggilingan.
5. Penggilingan
Kacang kedelai digiling sampai halus dan patinya keluar. Alat yang digunakan
untuk proses penggilingan ini di daerah penelitian adalah blender atau ada
juga yang menggunakan mesin penggiling. Dalam proses penggilingan kacang
kedelai ini harus ditambah air agar memudahkan proses penggilingan dengan
menggunakan blender. Air yang ditambahkan dalam penggilingan ini
jumlahnya harus lebih banyak daripada kacang kedelai yang akan digililing,
agar hasil gilingan yang didapatkan berbentuk cairan yaitu pencampuran
antara kedelai yang digiling dengan air.
6. a. Penyaringan
Pada metode I, setelah selesai digiling atau diblender, langkah selanjutnya
adalah penyaringan. Proses penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan
ampas kedelai dari sari pati kedelai (susu kedelai). Alat yang digunakan dalam
proses penyaringan di daerah penelitian adalah saringan berbahan plastik dan
ada juga yang menggunakan kain saring.
b. Penambahan Air
Untuk metode II, kacang kedelai yang sudah digiling, kemudian diberi
penambahan air. Penambahan air ini disesuaikan dengan kebutuan dan jumalh
kacang kedelai yang akan diproduksi menjadi susu kedelai.
7. Pemasakan
Dari proses penyaringan tersebut dihasilkanlah sari pati kedelai yang biasa kita
sebut dengan nama susu kedelai. Selanjutnya, susu kedelai ini dimasak lagi
selama kurang lebih 10-15 menit. Dalam pemasakan ini, bahan yang
ditambahkan adalah gula, garam, vanili, dan daun pandan. Alat yang
digunakan dalam proses pemasakan ini adalah panci dan kompor. Pada saat
pemasakan ini, susu kedelai harus terus diaduk sampai mendidih. Setelah
mendidih atau kurang lebih 10-15 menit dimasak, susu kedelai sudah siap
untuk didinginkan.
8. Pendinginan
Susu kedelai yang sudah siap dimasak kemudian didinginkan. Proses
pendinginan ini menggunakan lemari pendingin. Jika susu kedelai ingin dijual
dalam keadaan masih hangat, maka proses pendinginan tidak perlu
menggunakan lemari pendingin, cukup dengan dibiarkan saja di dalam panci
dengan kondisi api kompor sudah dimatikan. Kira-kira 15 menit susu kedelai
sudah berkurang suhunya sehingga menjadi hangat.
9. Pengemasan/Pembungkusan
Tahapan terakhir adalah pengemasan atau pembungkusan susu kedelai. Di
daerah penelitian, susu kedelai dibungkus dengan menggunakan plastik dan
karet. Pembungkusan dilakukan dengan berbagai jenis ukuran plastik sesuai
dengan bobot susu kedelai yang akan dijual per bungkusnya. Ada yang
berbobot 1,2 ons perbungkus, ada yang 1,3 ons, 1,5 ons dan yang terbesar
adalah 2 ons per bungkus.
Untuk lebih mengetahui proses pembuatan susu kedelai, berikut disajikan
dokumentasi dari proses pembuatan susu kedelai.
Pencucian I Kacang Kedelai Perendaman Kacang Kedelai
Perebusan Kacang Kedelai Pencucian II setelah direbus
Penggilingan Kacang Kedelai Penyaringan Setelah digiling
Pemasakan Susu Kedelai Pengemasan Susu Kedelai
Gambar 3. Dokumentasi Proses Pembuatan Susu Kedelai
Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden, didapati bahwa
sebagian besar sampel masih menggunakan alat-alat yang sederhana dan tidak
berkapasitas tinggi atau belum menggunakan peralatan yang canggih dalam
proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian seperti yang terlihat pada
dokumentasi proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian. Dengan
demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa proses pengolahan kedelai
menjadi susu kedelai yang dilakukan di daerah penelitian masih tergolong
sederhana dapat diterima.
Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengolahan Kacang Kedelai
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi
mengalami proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam suatu
proses produksi (penggunaan/pemberian input fungsional). Besarnya nilai tambah
dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor nonteknis. Informasi yang diperoleh dari
hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai tambah dan
balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi (Sudiyono, 2004).
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh
dari pengolahan kacang kedelai sehingga menjadi susu kedelai adalah metode
perhitungan nilai tambah model Hayami. Namun, penulis hanya mengambil
rumus dari metode Hayami tersebut untuk menghitung besarnya nilai tambah dan
rasio nilai tambah yang dihasilkan. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada
proses pengolahan kedelai dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah
yang terjadi akibat adanya proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang
siap dipasarkan.
Nilai tambah diperoleh dari proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi
produk olahan. Output (produk olahan) yang dihasilkan pada proses ini adalah
susu kedelai. Hasil yang didapat di daerah penelitian berupa susu kedelai yang
dibungkus dengan menggunakan plastik. Selain ukuran plastik yang berbeda,
bobot output per bungkusnya juga beragam. Ada yang bobotnya 1,2 ons, 1,3 ons,
1,5 ons dan ada juga yang 2 ons.
Input dan Output
Input adalah penjumlahan bahan baku yang digunakan selama satu periode
produksi untuk diproses sampai menjadi susu kedelai dan dikur dengan satuan Kg
bahan baku. Output adalah penjumlahan produk/output yang dihasilkan selama
satu periode produksi yang diukur dalam satuan Kg produk. Rata-rata
penggunaan bahan baku (input) dan Output yang dihasilkan di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.Rata-Rata Penggunaan Input dan Output yang dihasilkan di Daerah Penelitian Tahun 2013
Uraian
Penggunaan Bahan Baku/Input (Kg)
Output/Produk yang Dihasilkan (Kg)
Per Hari 5,8 21,712 Per Minggu 37,4 139,18 Per Bulan 156,4 581,64 Per Tahun 1.876,8 6.979,66
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16 ), 2013
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa, rata-rata jumlah output yang dihasilkan selama
satu periode produksi (per hari) adalah sebesar 21,712 Kg susu kedelai, dengan
mengolah kacang kedelai sebanyak 5,8 Kg. Sehingga faktor konversi yang didapat
adalah sebesar 3,7. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 Kg
kacang kedelai akan mengasilkan 3,7 kg susu kedelai. Faktor konversi merupakan
perbandingan penggunaan bahan baku dengan output yang dihasilkan (konversi
antar input dan output).
Biaya Bahan Penunjang (Sumbangan Input Lain)
Dalam proses pembuatan susu kedelai bahan bakunya dalah kacang kedelai.
Selain bahan baku, proses pembuatan susu kedelai juga membutuhkan bahan-
bahan penunjang (input lain) seperti gula, garam, vanili, daun pandan, air, plastik
dan sebagainya. Secara rinci biaya bahan penunjang (sumbangan input lain) pada
pembuatan susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Input Lain yang Digunakan dalam Pengolahan Susu Kedelai
No Uraian Biaya (Rp) 1 Gula 47.730 2 Garam 421 3 Vanili 1.700 4 Daun Pandan 3.000 5 Air 3.000 6 Plastik 9.709 7 Karet 2.220 8 Bahan Bakar (M.Lampu/Gas) 9.685 9 Bensin 8.500 10 Listrik 5.256,8
Total 91.221,8 Penggunaan Bahan Baku (Kg) 5,8 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 15.727,9
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 5,6,7,8,9,1011,12,13,14), 2013
Dari tabel 14 tersebut, kita dapat mengetahui bahwa sumbangan input lain dalam
pengolahan susu kedelai yaitu sebesar Rp. 15.727,9/Kg bahan baku. Biaya
penunjang yang paling besar adalah gula yaitu sebesar Rp.47.730, sedangkan
biaya bahan penunjang yang paling sedikit adalah garam, yaitu sebesar Rp.421.
Harga Input, Harga Output, Nilai Output, Nilai Tambah dan Rasio Nilai
Tambah
Secara rinci harga input, harga output, nilai output, nilai tambah dan rasio nilai
tambah susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Harga Input, Harga Output, Nilai Output, Nilai Tambah dan Rasio Nilai Tambah Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013
No Uraian Nilai (Rp/Kg) 1 Harga Input 8.650 2 Harga Output 12.700 3 Nilai Output 46.990 4 Nilai Tambah 22.612 5 Rasio Nilai Tambah 48,2 %
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15), 2013
Rata-rata harga input (bahan baku) di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 8.650.
Rata-rata harga output susu kedelai di daerah penelitian adalah sebesar Rp.
12.700/Kg. Nilai outputnya adalah Rp. 46.990. Nilai output pada pengolahan
kacang kedelai menjadi susu kedelai ini diperoleh dari hasil perkalian antara
faktor konversi dengan harga output (Rp/Kg).
Nilai tambah pada pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai adalah
sebesar Rp. 22.612/Kg. Besarnya nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan
nilai output sebesar 46.990/Kg dengan biaya bahan baku (harga input) sebesar
8.650/Kg dan biaya sumbangan input lain (biaya penunjang) sebesar 15.727,9/Kg.
Secara matematis, besarnya nilai tambah didapat dari :
NT = Rp.46.990 – (Rp.8.650 + Rp.15.727,9)
= Rp.22.612/Kg
Besarnya nilai tambah yang didapat dari perhitungan sejalan dengan besarnya
rasio nilai tambah terhadap nilai outputnya. Rasio nilai tambah ini didapat dari
pembagian antara nilai tambah dengan nilai output yang dinyatakan dalam persen
(%). Rasio nilai tambah ini menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai output,
artinya jika rasio nilai tambah > 50% maka nilai tambah lebih besar dari pada nilai
output dan nilai tambah tergolong tinggi, sedangkan jika rasio nilai tambah ≤
50%, maka nilai tambah yang dihasilkan lebih kecil dari nilai outputnya dan nilai
tambah tergolong rendah. Rasio nilai tambah yang diperoleh dalam pengolahan
susu kedelai ini adalah 48,2 %.
Secara matematis rasio nilai tambah pengolahan susu kedelai yaitu sebagai berikut
:
Rasio Nilai Tambah = ..
푥100% = 48,2%
Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan bahwa nilai tambah yang
dihasilkan dari proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai pada skala
industri rumah tangga di daerah penelitian masih tergolong rendah dapat
diterima.
Berbagai Kendala dan Upaya dalam Usaha Pengolahan Kedelai Menjadi Susu Kedelai di Daerah Penelitian
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden di daerah
penelitian, maka didapatlah beberapa kendala dalam usaha pengolahan susu
kedelai ini di daerah penelitian yaitu :
1. Proses pengolahan yang masih menggunakan alat yang sederhana.
Sebagian besar pengusaha susu kedelai di daerah penelitian masih
menggunakan blender dalam proses pembuatan susu kedelai. Hal ini
meyebabkan kurang efektifnya waktu pemproduksian susu kedelai, karena
blender hanya memiliki kapasitas penggilingan yang relatif sedikit jika
dibandingkan dengan mesin penggiling kedelai. Penggilingan kedelai dengan
menggunakan blender membutuhkan waktu hingga 30-40 menit per kg kacang
kedelai, sedangkan jika menggunakan mesin penggiling kedelai hanya
membutuhkan waktu 10-15 menit per kg kacang kedelai. Oleh karena itu,
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses penggilingan kacang kedelai
saja dengan menggunakan blender. Sehingga mengakibatkan proses pembuatan
susu kedelai secara menyeluruh juga memakan waktu yang cukup lama.
Padahal, susu kedelai sudah harus dipasarkan atau dijual pada pagi hari sekitar
jam 08.00-09.00.
2. Keterbatasan Modal
Terbatasnya modal yang dimiliki oleh para pembuat susu kedelai di daerah
penelitian menyebabkan tingkat produksi output (susu kedelai) juga masih
terbatas, artinya tingkat produksi susu kedelai tidak bisa mencapai maksimum,
sehingga keuntungan yang didapat juga tidak optimal. Selain itu, implikasi dari
modal yang terbatas juga proses pembuatan susu kedelai yang masih
menggunakan alat sederhana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya karena
keterbatasan modal untuk membeli peralatan yang lebih bisa menunjang usaha
mereka. Modal yang mereka gunakan untuk usahanya ada yang bersumber dari
tabungan/modal sendiri, ada yang dari pinjaman kepada keluarga/kerabat dan
sebagainya.
3. Pemasaran yang masih terbatas
Jangkauan pemasaran yang masih terbatas pada daerah-daerah sekitar
menyebabkan penjualan susu kedelai tersebut juga tidak mengalami
peningkatan secara signifikan. Pemasaran hanya sampai di lingkungan terdekat
dari pengusaha/pembuat susu kedelai. Selain itu, karena pemasaran yang masih
sangat terbatas masyarakat masih banyak yang belum mengetahui manfaat dari
mengkonsumsi susu kedelai sehingga mereka tidak tertarik untuk
mengkonsumsinya.
Dari berbagai kendala yang telah dijelaskan diatas, upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah harus tersedianya fasilitas kredit
permodalan untuk menunjang usaha mereka, baik dari koperasi, bank atau
lembaga keuangan lainnya.
Dengan adanya fasilitas kredit permodalan, maka pengusaha susu kedelai di
daerah penelitian dapat lebih mengembangkan usahanya, dapat membeli peralatan
yang dapat menunjang usaha mereka, dan dapat memperluas jangkauan
pemasaran dengan memasang iklan melalui internet, brosur, media cetak atau
media pemasaran lainnya.
Dengan permodalan yang cukup, mereka juga bisa memperbaiki kualitas produk
mereka baik dari variasi rasa, tampilan maupun kemasan dan bisa juga di beri
labeling. Dengan seperti itu, konsumen lebih tertarik untuk membeli produknya.
Sehingga produksi meningkat, penjualan juga meningkat, keuntungan yang
diperoleh juga meningkat. Tidak hanya itu, kualitas produk yang meningkat juga
akan meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Proses pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai pada skala industri
rumah tangga di daerah penelitian masih tergolong sederhana.
2. Nilai tambah (value added) yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai
menjadi susu kedelai pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian
masih rendah.
3. Kendala-kendala yang terdapat dalam usaha pengolahan susu kedelai pada
skala industri rumah tangga di daerah penelitian yaitu proses pengolahan yang
masih menggunakan alat yang sederhana, keterbatasan modal dan pemasaran
yang masih terbatas.
4. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala tersebut yaitu
harus adanya fasilitas kredit permodalan untuk menunjang perkembangan
usaha mereka.
Saran
Kepada Pengusaha
Diharapkan pengusaha dapat mengembangkan variasi rasa dari susu kedelai,
sehingga konsumen tidak merasa bosan dengan produk susu kedelai yang
ditawarkan. Selain itu, diharapkan adanya variasi produk olahan kedelai lainnya
misalnya, membuat keripik tempe, kembang tahu dan sebagainya yang tentunya
akan meningkatkan nilai tambah.
Disarankan agar usaha pengolahan susu kedelai skala rumah tangga lebih
mengembangkan dan meningkatkan usahanya menjadi skala industri kecil.
Kepada Pemerintah
Dengan mempertimbangkan modal investasi awal yang dikeluarkan oleh
pengusaha susu kedelai cukup besar, maka pemerintah diharapkan dapat
memfasilitasi para pengusaha susu kedelai skala industri rumah tangga dalam hal
akses permodalan pengembangan usaha, antara lain berupa : Kredit Usaha Rakyat
(KUR), kredit investasi, modal kerja lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas dan jaminan ketersediaan bahan baku secara lokal,
pemerintah diharapkan membina petani kedelai untuk bekerja sama dengan usaha
pengolahan kedelai melalui pola kemitraan.
Kepada Peneliti Selanjutnya
Agar melakukan penelitian yang lebih terperinci tentang pendapatan riil
pengusaha, B/C, dan studi kelayakan usaha pengolahan susu kedelai, serta analisis
saluran pemasaran guna memperoleh manfaat lain dari pengolahan tersebut dan
hal-hal lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta.
Agung, I.G.N.,N.H.A. Pasay, Sugiharto. 2008. Teori Ekonomi Mikro, Suatu Analisis Produksi Terapan. PT. raja Grafindo. Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. 2013. Bagian Konsumsi Pangan. Medan
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2007. Direktori Industri Pengolahan. Medan.
Baroh, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Distribusi Keripik Nangka Studi Kasus pada Agroindustri Keripik Nangka di Lumajang. LP UMM. Malang.
Beattie, B.R. dan C.R. Taylor. 1996. Ekonomi Produksi. UGM Press. Yogyakarta.
Cahyadi, W. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 2010. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta.
Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta.
Hardjanto, W. 1993. Bahan Kuliah Manajemen Agribisnis. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Hayami, Y. et al. 1987. Agricultural marketing and processing in upland Java. A
perspective from a Sunda village. Bogor: CGPRT Centre.
Hicks, P. A. 1995. An Overview of issues and Strategies in The Development of Food Processing Industries In Asia and The Pacific, APO Symposium, 28 September-5 Oktober. Tokyo.
Irwan, A. 2006. Budidaya tanaman Kedelai. UNPAD Press. Jatinangor.
Karmadi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Manalili, 1996. Pembangunan Agroindustri Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Rukmana. 2002. Kedelai dan Pengolahannya. Kanisius. Jakarta.
Soekartawi (a). 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
_________(b). 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang
Sukirno, S. 1996. Pengantar Mikroekonomi. Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suprapto (a). 2001. Bertanam Kedelai. Penerbit Swadaya. Jakarta.
________(b). 2006. Proses Pengolahan dan Nilai Tambah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Lampiran 1. Karakteristik Pengusaha Susu Kedelai
Sampel Umur (Tahun)
Lama Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Lama Berusaha
Luas Gedung
Usaha (m²) (Tahun) (Jiwa) (Tahun)
1 2
24 16 0 4 30 28 16 1 3 20
3 60 6 3 3 36 4 60 9 2 4 24 5 53 9 2 3 40 6 48 12 3 7 75 7 55 15 2 5 60 8 24 16 0 3 30 9 54 12 2 11 50 10 56 12 3 7 45
Total 462 123 18 50 410 Rata-rata 46,2 12,3 1,8 5 41
Lampiran 2. Biaya Bahan Baku dalam Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Kedelai (Kg) Harga Kedelai (Rp/Kg)
Total Harga Beli Kedelai (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 6 36 144 1.728 12.000 72.000 432.000 1.728.000 20.736.000 2 6 24 288 3 18 72 864 8.500 25.500 153.000 612.000 7.344.000 3 7 30 360 4 28 120 1.440 8.500 34.000 238.000 1.020.000 12.240.000 4 7 30 360 5 35 150 1.800 8.000 40.000 280.000 1.200.000 14.400.000 5 4 16 192 3 12 48 576 8.500 25.500 102.000 408.000 4.896.000 6 7 30 360 8 56 240 2.880 8.000 64.000 448.000 1.920.000 23.040.000 7 6 24 288 10 60 240 2.880 8.500 85.000 510.000 2.040.000 24.480.000 8 5 20 240 2 10 40 480 8.000 16.000 80.000 320.000 3.840.000 9 7 30 360 12 84 360 4.320 8.000 6.000 672.000 2.880.000 34.560.000
10 7 30 360 5 35 150 1.800 8.500 42.500 297.500 1.275.000 15.300.000 Total 62 258 3.096 58 374 1.564 18.768 86.500 500.500 3.212.500 12.203.000 140.100.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 5,8 37,4 156,4 1.876,8 8.650 50.050 321.250 1.220.300 14.010.000
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai
Mesin Giling/Blender
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 1 3.000.000 3.000.000 50.000 5 1.638,9 12.291,6 49.166,6 590.000 2 6 24 288 1 150.000 150.000 5.000 2 201,4 1.510,4 6.041,6 72.500 3 7 30 360 1 2.000.000 2.000.000 50.000 5 1.083,3 8.125 32.500 390.000 4 7 30 360 1 200.000 200.000 10.000 2 270,8 1.979,2 7.916,7 95.000 5 4 16 192 1 240.000 240.000 5.000 2 326,4 2.447,9 9.791,7 117.500 6 7 30 360 2 180.000 360.000 5.000 2 493,1 3.697,9 14.791,6 177.500 7 6 24 288 1 2.000.000 2.000.000 50.000 5 1.083,3 8.125 32.500 390.000 8 5 20 240 1 255.000 255.000 15.000 2 333,3 2.500 10.000 120.000 9 7 30 360 1 2.000.000 2.000.000 50.000 5 1.083,3 8.125 32.500 390.000
10 7 30 360 1 265.000 265.000 10.000 2 354,2 2.656,3 10.625 127.500 Total 62 258 3.096 11 10.290.000 10.470.000 250.000 32 6868 51.458,3 205.833,2 2.470.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1,1 1.029.000 1.047.000 25.000 3,2 686,8 5.145,83 20.583,32 247.000
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Ember
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 3 10.000 30.000 0 0,5 166,67 1.250 5.000 60.000 2 6 24 288 2 15.000 30.000 0 0,5 166,67 1.250 5.000 60.000 3 7 30 360 2 7.500 15.000 0 0,5 83,3 625 2.500 30.000 4 7 30 360 2 15.000 30.000 0 0,5 166,67 1.250 5.000 60.000 5 4 16 192 1 15.000 15.000 0 0,5 83,3 625 2.500 30.000 6 7 30 360 2 15.000 30.000 0 0,5 166,67 1.250 5.000 60.000 7 6 24 288 3 50.000 150.000 0 0,5 833,3 6.250 25.000 300.000 8 5 20 240 1 7.000 7.000 0 0,5 38,9 291,7 1.166,7 14.000 9 7 30 360 5 20.000 100.000 0 0,5 555,6 4.166,7 16.667 200.000
10 7 30 360 2 20.000 40.000 0 0,5 222,2 1.666,7 6.666,7 80.000 Total 62 258 3.096 23 174.500 447.000 0 5 2.483,3 18.625,1 74.500,4 894.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 2,3 17.450 44.700 0 0,5 248,33 1.862,51 7.450,04 89.400
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Panci Rebusan
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 2 50.000 100.000 0 1 277,8 2.083,3 8.333,3 100.000 2 6 24 288 1 50.000 50.000 0 1 138,9 1.041,7 4.166,7 50.000 3 7 30 360 1 50.000 50.000 0 1 138,9 1.041,7 4.166,7 50.000 4 7 30 360 1 35.000 35.000 0 1 97,22 729,2 2.916,7 35.000 5 4 16 192 1 50.000 50.000 0 1 138,9 1.041,7 4.166,7 50.000 6 7 30 360 2 50.000 100.000 0 1 277,8 2.083,3 8.333,3 100.000 7 6 24 288 2 50.000 100.000 0 1 277,8 2.083,3 8.333,3 100.000 8 5 20 240 1 40.000 40.000 0 1 111,1 833,3 3.333,3 40.000 9 7 30 360 2 50.000 100.000 0 1 277,8 2.083,3 8.333,3 100.000
10 7 30 360 2 35.000 70.000 0 1 194,4 1.458,3 5.833,3 70.000 Total 62 258 3.096 15 174.500 695.000 0 10 1.930,6 14.479,1 57.916,6 695.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1,5 17.450 69.500 0 1 193,06 1.447,91 5.791,66 69.500
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Sendok Aduk
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 2 10.000 20.000 0 0,5 111,1 833,3 3.333,3 40.000 2 6 24 288 1 8.000 8.000 0 0,5 44,4 333,3 1.333,3 16.000 3 7 30 360 1 7.500 7.500 0 0,5 41,7 312,5 1.250 15.000 4 7 30 360 1 10.000 10.000 0 0,5 55,6 416,7 1.666,7 20.000 5 4 16 192 1 16.500 16.500 0 0,5 91,7 687,5 2.750 33.000 6 7 30 360 2 12.000 24.000 0 0,5 133,3 1.000 4.000 48.000 7 6 24 288 1 8.500 8.500 0 0,5 47,2 354,2 1.416,7 17.000 8 5 20 240 1 7.000 7.000 0 0,5 38,9 291,7 1.166,7 14.000 9 7 30 360 2 10.000 20.000 0 0,5 111,1 833,3 3.333,3 40.000
10 7 30 360 2 8.000 16.000 0 0,5 88,9 666,7 2.666,7 32.000 Total 62 258 3.096 14 97.500 137.500 0 5 763,9 5.729,2 22.916,7 275.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1,4 9.750 13.750 0 0,5 76,39 572,92 2.291,67 27.500
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Saringan/Kain Saring
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 1 6.000 6.000 0 0,5 33,3 250 1.000 12.000 2 6 24 288 1 8.000 8.000 0 0,5 44,4 333,3 1.333,3 16.000 3 7 30 360 1 7.500 7.500 0 0,5 41,7 312,5 1.250 15.000 4 7 30 360 1 5.000 5.000 0 0,5 27,8 208,3 833,3 10.000 5 4 16 192 1 6.500 6.500 0 0,5 36,1 270,3 1.083,3 13.000 6 7 30 360 1 7.000 7.000 0 0,5 38,9 291,7 1.166,7 14.000 7 6 24 288 1 8.500 8.500 0 0,5 47,2 354,2 1.416,7 17.000 8 5 20 240 1 7.000 7.000 0 0,5 38,9 291,7 1.166,7 14.000 9 7 30 360 1 7.500 7.500 0 0,5 41,7 312,5 1.250 15.000
10 7 30 360 1 8.000 8.000 0 0,5 44,4 333,3 1.333,3 16.000 Total 62 258 3.096 10 71.000 71.000 0 5 394,4 2.857,8 11.833,3 142.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1 7.100 7.100 0 0,5 39,44 285,78 1.183,33 14.200
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Tong Rendaman
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 1 50.000 50.000 3.000 3 261,1 326,4 1.305,6 15.667 2 6 24 288 1 55.000 55.000 3.000 3 288,9 361,1 1.444,4 17.333 3 7 30 360 1 30.000 30.000 3.000 3 150 187,5 750 9.000 4 7 30 360 1 20.000 20.000 2.000 3 100 125 500 6.000 5 4 16 192 1 50.000 50.000 3.000 3 261,1 326,4 1.305,6 15.667 6 7 30 360 1 15.000 15.000 1.000 3 77,8 97,2 388,9 4.666,7 7 6 24 288 2 45.000 90.000 3.000 3 483,3 604,2 2.416,7 29.000 8 5 20 240 1 30.000 30.000 3.000 3 150 187,5 750 9.000 9 7 30 360 2 25.000 50.000 3.000 3 261,1 326,4 1.305,6 15.667
10 7 30 360 1 30.000 30.000 3.000 3 150 187,5 750 9.000 Total 62 258 3.096 12 350.000 420.000 27.000 30 2.183,3 2.729,2 10.916,8 130.999,7 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1,2 35.000 42.000 2.700 3 218,33 272,92 1.091,68 13.099,97
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Kulkas/Lemari Pendingin
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 1 2.500.000 2.500.000 0 5 1.388,9 10.416,7 41.666,7 500.000 2 6 24 288 1 1.200.000 1.200.000 0 5 666,7 5.000 20.000 240.000 3 7 30 360 1 2.000.000 2.000.000 0 5 1.111,1 8.333,3 33.333,3 400.000 4 7 30 360 1 1.800.000 1.800.000 0 5 1.000 7.500 30.000 360.000 5 4 16 192 1 3.000.000 3.000.000 0 5 1.666,7 12.500 50.000 600.000 6 7 30 360 1 1.500.000 1.500.000 0 5 833,3 6.250 25.000 300.000 7 6 24 288 1 2.000.000 2.000.000 0 5 1.111,1 8.333,3 33.333,3 400.000 8 5 20 240 1 2.300.000 2.300.000 0 5 1.277,8 9.583,3 38.333,3 460.000 9 7 30 360 1 2.000.000 2.000.000 0 5 1.111,1 8.333,3 33.333,3 400.000
10 7 30 360 1 1.500.000 1.500.000 0 5 833,3 6.250 25.000 300.000 Total 62 258 3.096 10 19.800.000 19.800.000 0 50 11.000 82.499,9 329.999,9 3.960.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1 1.980.000 1.980.000 0 5 1.100 8.249,99 32.999,99 396.000
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Kompor/Kompor Gas
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 1 550.000 550.000 0 2 763,9 5.729,2 22.916 275.000 2 6 24 288 1 150.000 150.000 5.000 2 201,4 1.510,4 6.041,7 72.500 3 7 30 360 1 180.000 180.000 5.000 2 243,1 1.822,9 7.291,7 87.500 4 7 30 360 1 725.000 725.000 0 2 1.006,9 7.552,1 30.208,3 362.500 5 4 16 192 1 850.000 850.000 0 2 1.180,6 8.854,1 35.416,7 425.000 6 7 30 360 1 180.000 180.000 5.000 2 243,1 1.822,9 7.291,7 87.500 7 6 24 288 1 1.200.000 1.200.000 0 2 1.666,7 12.500 50.000 600.000 8 5 20 240 1 750.000 750.000 0 2 1.041,7 7.812,5 31.250 375.000 9 7 30 360 1 650.000 650.000 0 2 902,8 6.770,8 27.083,3 325.000
10 7 30 360 1 175.000 175.000 5.000 2 236,1 1.770,8 7.083,3 85.000 Total 62 258 3.096 10 5.410.000 5.410.000 20.000 20 7.486,3 56.145,7 224.582,7 2.965.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1 541.000 541.000 2.000 2 748,63 5.614,57 22.458,27 296.500
Lampiran 3. Penggunaan Peralatan Pada Pengolahan Susu Kedelai (Lanjutan)
Cangkir/Gelas
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya Penyusutan (Rp) Minggu Bulan Tahun Jumlah
(Unit) Harga (Rp)
Total Harga (Rp)
Nilai Akhir
Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 1 3.000 3.000 0 0,5 16,7 125 500 6.000 2 6 24 288 1 4.000 4.000 0 0,5 22,2 166,7 666,7 8.000 3 7 30 360 1 3.500 3.500 0 0,5 145,8 145,8 583,3 7.000 4 7 30 360 1 5.000 5.000 0 0,5 27,8 208,3 833,3 10.000 5 4 16 192 1 4.500 4.500 0 0,5 25 187,5 750 9.000 6 7 30 360 1 3.000 3.000 0 0,5 16,7 125 500 6.000 7 6 24 288 1 5.500 5.500 0 0,5 19,4 229,2 916,7 11.000 8 5 20 240 1 3.000 3.000 0 0,5 16,7 125 500 6.000 9 7 30 360 1 2.500 2.500 0 0,5 13,9 104,2 416,7 5.000
10 7 30 360 1 5.000 5.000 0 0,5 27,8 208,3 833,3 10.000 Total 62 258 3.096 10 39.000 39.000 0 5 332 1.625 6.500 78.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1 3.900 3.900 0 0,5 33,2 162,5 650 7.800
Lampiran 4. Penggunaan Tenaga Kerja per Produksi (per Hari) pada Pembuatan Susu Kedelai
Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Satu Kali Proses Produksi (HKP) Sampel Pencucian Perendaman Perebusan Penggilingan Penyaringan Pemasakan Pengemasan Total
TK HKP
TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK
1 0,07 0 1,14 0 0,43 0 0,14 0 0,14 0 0,07 0 0,21 0 2,2 2 0,04 0 0,86 0 0,14 0 0,21 0 0,14 0 0,04 0 0,11 0 1,54 3 0,04 0 0,71 0 0,14 0 0,07 0 0,06 0 0,06 0 0,18 0 1,26 4 0,06 0 0,69 0 0,11 0 0,17 0 0,14 0 0,08 0 0,18 0 1,43 5 0,06 0 0,91 0 0,07 0 0,17 0 0,06 0 0,06 0 0,11 0 1,44 6 0,11 0 0,57 0 0,09 0 0,14 0 0,17 0 0,09 0 0,22 0 1,39 7 0,11 0 0,91 0 0,17 0 0,11 0 0,17 0 0,07 0 0,26 0 1,80 8 0,03 0 0,69 0 0,53 0 0,11 0 0,03 0 0,04 0 0,06 0 1,49 9 0,06 0 0,91 0 0,53 0 0,28 0 0,17 0 0,09 0 0,18 0 2,22 10 0,07 0 1,14 0 0,43 0 0,21 0 0,14 0 0,07 0 0,09 0 2,15 Total 0,65 0 8,53 0 2,64 0 1,61 0 1,22 0 0,67 0 1,6 0 16,92 Rata-rata
0,065 0 0,853 0 0,264 0 0,161 0 0,122 0 0,067 0 0,16 0 1,69
Lampiran 5. Biaya Penggunaan Gula pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Gula (Kg) Harga Gula
(Rp/Kg)
Total Harga Beli Gula(Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 4 24 96 1.152 11.000 44.000 264.000 1.056.000 12.672.000 2 6 24 288 1,5 9 36 432 13.000 19.500 117.000 468.000 5.616.000 3 7 30 360 3 21 90 1.080 12.000 36.000 252.000 1.080.000 12.960.000 4 7 30 360 4 28 120 1.440 12.000 48.000 336.000 1.440.000 17.280.000 5 4 16 192 2,4 9,6 38,4 460,8 12.000 28.800 115.200 460.800 5.529.000 6 7 30 360 4 28 120 1.440 11.000 44.000 308.000 1.320.000 15.840.000 7 6 24 288 8 48 192 2.304 11.000 88.000 528.000 2.112.000 25.344.000 8 5 20 240 1 5 20 240 13.000 13.000 65.000 260.000 3.120.000 9 7 30 360 10 70 300 3.600 12.000 120.000 840.000 3.600.000 43.200.000 10 7 30 360 3 21 90 1.800 12.000 36.000 252.000 1.080.000 12.960.000
Total 62 258 3.096 40,9 263,6 1.102,4 13.228,8 119.000 477.300 3.077.200 12.876.800 154.521.600 Rata-rata 6,2
25,8 309,6 4,09 26,36 110,24 1.322,88 11.900 47.730 307.720 1.287.680 15.452.160
Lampiran 6. Biaya Penggunaan Garam pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Garam (Kg) Harga Garam (Rp/Kg)
Total Harga Beli Garam(Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 0,3 1,8 7,2 86,4 2.000 600 3.600 14.400 172. 800 2 6 24 288 0,075 0,45 1,8 21,6 2.000 150 900 3.600 43.200 3 7 30 360 0,2 1,4 6 72 2.000 400 2.800 12.000 144.000 4 7 30 360 0,25 1,75 7,5 90 2.000 500 3.500 15.000 180.000 5 4 16 192 0,15 0,6 2,4 28,8 2.000 300 1.200 4.800 57.600 6 7 30 360 0,4 2,8 12 144 2.000 800 5.600 24.000 288.000 7 6 24 288 0,25 1,5 6 72 2.000 500 3.000 12.000 144.000 8 5 20 240 0,05 0,25 1 12 2.000 100 500 2.000 24.000 9 7 30 360 0,3 2,1 9 108 2.000 600 4.200 18.000 216.000
10 7 30 360 0,13 0,91 3,9 46,8 2.000 260 1.820 7.800 93.600 Total 62 258 3.096 2,11 13,6 56,8 681,6 20.000 4.210 27.120 113.600 1.363.200 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 0,211 1,36 5,68 68,16 2.000 421 2.712 11.360 136.320
Lampiran 7. Biaya Penggunaan Vanili pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Kedelai (Kg) Total Biaya Penggunaan Vanili (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 6 36 144 1.728 2.000 12.000 48.000 576.000 2 6 24 288 3 18 72 864 1.000 6.000 24.000 288.000 3 7 30 360 4 28 120 1.440 1.000 7.000 30.000 360.000 4 7 30 360 5 35 150 1.800 2.000 14.000 60.000 720.000 5 4 16 192 3 12 48 576 1.500 4.000 16.000 192.000 6 7 30 360 8 56 240 2.880 2.500 17.500 75.000 900.000 7 6 24 288 10 60 240 2.880 2.500 15.000 60.000 720.000 8 5 20 240 2 10 40 480 1.000 5.000 20.000 240.000 9 7 30 360 12 84 360 4.320 3.000 21.000 90.000 1.080.000 10 7 30 360 5 35 150 1.800 1.500 10.500 45.000 540.000
Total 62 258 3.096 58 374 1.564 18.768 17.000 112.000 468.000 5.616.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 5,8 37,4 156,4 1.876,8 1.700 11.200 46.800 561.600
Lampiran 8. Biaya Penggunaan Daun Pandan pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Daun Pandan (Kg) Harga Daun
Pandan (Rp/Kg)
Total Harga Beli Daun Pandan (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 1,2 7,2 28,8 345,6 5.000 6.000 36.000 144.000 1.728.000 2 6 24 288 0 0 0 0 - 0 0 0 0 3 7 30 360 0,8 5,6 24 288 5.000 4.000 28.000 120.000 1.440.000 4 7 30 360 1 7 30 360 5.000 5.000 35.000 150.000 1.800.000 5 4 16 192 0 0 0 0 - 0 0 0 0 6 7 30 360 1,6 11,2 48 576 5.000 8.000 56.000 240.000 2.880.000 7 6 24 288 0 0 0 0 - 0 0 0 0 8 5 20 240 0 0 0 0 - 0 0 0 0 9 7 30 360 1,2 8,4 36 432 5.000 6.000 42.000 180.000 2.160.000
10 7 30 360 1 7 30 360 5.000 5.000 35.000 150.000 1.800.000 Total 62 258 3.096 6,8 46,4 196,8 2.037,6 30.000 34.000 232.000 984.000 11.808.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 0,68 4,64 19,68 203,76 3.000 3.400 23.200 98.400 1.180.800
Lampiran 9. Biaya Penggunaan Air pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Kedelai (Kg) Biaya Penggunaan Air (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 6 36 144 1.728 8.000 48.000 192.000 2.304.000 2 6 24 288 3 18 72 864 5.000 30.000 120.000 1.440.000 3 7 30 360 4 28 120 1.440 4.000 28.000 120.000 1.440.000 4 7 30 360 5 35 150 1.800 6.000 42.000 180.000 2.160.000 5 4 16 192 3 12 48 576 4.000 16.000 64.000 76.800 6 7 30 360 8 56 240 2.880 0 0 0 0 7 6 24 288 10 60 240 2.880 0 0 0 0 8 5 20 240 2 10 40 480 3.000 15.000 60.000 720.000 9 7 30 360 12 84 360 4.320 0 0 0 0 10 7 30 360 5 35 150 1.800 0 0 0 0
Total 62 258 3.096 58 374 1.564 18.768 30.000 179.000 736.000 8.140.800 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 5,8 37,4 156,4 1.876,8 3.000 17.900 73.600 814.080
Lampiran 10. Biaya Penggunaan Plastik pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Plastik (Kg) Harga Plastik
(Rp/Kg)
Total Harga Beli Plastik (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 0,5 3 12 144 20.000 10.000 60.000 240.000 2.880.000 2 6 24 288 0,3 1,8 7,2 86,4 20.000 6.000 36.000 144.000 1.728.000 3 7 30 360 0,35 2,45 10,5 126 20.000 7.000 49.000 210.000 2.520.000 4 7 30 360 0,33 2,31 9,9 118,8 20.000 6.600 46.200 198.000 2.376.000 5 4 16 192 0,23 0,92 3,68 44,16 20.000 4.600 18.400 73.600 883.200 6 7 30 360 0,67 4,69 20,1 241,2 21.000 14.070 98.490 422.100 5.065.200 7 6 24 288 0,83 4,98 19,9 239,04 20.000 16.600 99.600 398.400 4.780.800 8 5 20 240 0,17 0,85 3,4 40,8 20.000 3.400 17.000 68.000 816.000 9 7 30 360 1,0 7 30 360 20.000 20.000 140.000 600.000 7.200.000
10 7 30 360 0,42 2,94 12,6 151,2 21.000 8.820 61.740 264.600 3.175.200 Total 62 258 3.096 4,8 30,94 129,28 1.515,6 202.000 97.090 626.430 2.618.700 31.424.400 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 0,48 3,094 12,928 155,16 20.200 9.709 62.643 261.870 3.142.440
Lampiran 11. Biaya Penggunaan Karet pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Karet (Kg) Harga Karet
(Rp/Kg)
Total Harga Beli Karet (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 0,15 0,9 3,6 43,2 15.000 2.250 13.500 54.000 648.000 2 6 24 288 0,08 0,48 1,92 23,04 15.000 1.200 7.200 28.800 345.600 3 7 30 360 0,11 0,77 3,3 39,6 15.000 1.650 11.550 49.500 594.000 4 7 30 360 0,10 0,7 3 36 15.000 1.500 10.500 45.000 540.000 5 4 16 192 0,07 0,28 1,12 13,44 15.000 1.050 4.200 16.800 201.600 6 7 30 360 0,21 1,47 6,3 75,6 15.000 3.150 22.050 94.500 1.134.000 7 6 24 288 0,26 1,56 6,24 74,88 15.000 3.900 23.400 93.600 1.123.200 8 5 20 240 0,05 0,25 1 12 15.000 750 3.750 15.000 180.000 9 7 30 360 0,32 2,24 9,6 115,2 15.000 4.800 33.600 144.000 1.728.000
10 7 30 360 0,13 0,91 3,9 46,8 15.000 1.950 13.650 58.500 702.000 Total 62 258 3.096 1,48 9,56 39,98 479,76 150.000 22.200 143.400 599.700 7.196.400 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 0,148 0,956 3,998 47,976 15.000 2.220 14.340 59.970 7196.640
Lampiran 12. Biaya Penggunaan Bahan Bakar (Gas/M.Lampu) pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Kedelai (Kg) Biaya Penggunaan Bahan Bakar (M.Lampu/Gas) (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 6 36 144 1.728 5.000 35.000 120.000 1.440.000 2 6 24 288 3 18 72 864 17.000 102.000 408.000 4.896.000 3 7 30 360 4 28 120 1.440 21.250 148.750 637.500 7.650.000 4 7 30 360 5 35 150 1.800 5.000 35.000 150.000 1.800.000 5 4 16 192 3 12 48 576 2.300 9.200 36.800 440.000 6 7 30 360 8 56 240 2.880 6.000 42.000 180.000 2.160.000 7 6 24 288 10 60 240 2.880 6.400 38.400 153.600 1.843.200 8 5 20 240 2 10 40 480 1.200 6.000 24.000 288.000 9 7 30 360 12 84 360 4.320 7.200 50.400 216.000 2.592.000 10 7 30 360 5 35 150 1.800 25.500 178.500 765.000 9.180.000
Total 62 258 3.096 58 374 1.564 18.768 96.850 644.500 736.000 32.290.800 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 5,8 37,4 156,4 1.876,8 9.685 64.450 73.600 3.229.080
Lampiran 13. Biaya Penggunaan Bensin pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel
Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Minyak Bensin (L) Harga Minyak Bensin (Rp/L)
Total Harga Beli Bensin (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 6 24 288 2 12 48 576 5.000 10.000 60.000 240.000 2.880.000 2 6 24 288 1 6 24 288 5.000 5.000 30.000 120.000 1.440.000 3 7 30 360 1,5 10,5 45 540 5.000 7.500 52.500 225.000 2.700.000 4 7 30 360 2 14 60 720 4.500 9.000 63.000 270.000 3.240.000 5 4 16 192 1 4 16 192 5.000 5.000 20.000 80.000 960.000 6 7 30 360 2,5 17,5 75 900 5.000 12.500 87.500 375.000 4.500.000 7 6 24 288 2 12 48 576 4.500 9.000 54.000 216.000 2.592.000 8 5 20 240 1 5 20 240 4.500 4.500 22.500 90.000 1.080.000 9 7 30 360 3 21 90 1080 5.000 15.000 105.000 450.000 5.400.000
10 7 30 360 1,5 10,5 45 540 5.000 7.500 52.500 225.000 2.700.000 Total 62 258 3.096 16,5 105,5 441 5.292 48.000 85.000 547.000 2.291.000 27.492.000 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 1,65 10,55 44,1 529,2 4.800 8.500 54.700 229.100 2.749.200
Lampiran 14. Biaya Penggunaan Listrik pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Kebutuhan Kedelai (Kg) Biaya Penggunaan Listrik (Rp)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 6 36 144 1.728 5.580 33.480 134.000 1.607.040 2 6 24 288 3 18 72 864 4.664 27.984 111.000 1.343.232 3 7 30 360 4 28 120 1.440 2.668 18.676 80.000 960.480 4 7 30 360 5 35 150 1.800 4.640 32.480 140.000 1.670.400 5 4 16 192 3 12 48 576 6.248 24.992 100.000 1.199.616 6 7 30 360 8 56 240 2.880 5.600 39.200 168.000 2.016.000 7 6 24 288 10 60 240 2.880 7.500 45.000 180.000 2.160.000 8 5 20 240 2 10 40 480 4.000 20.000 80.000 960.000 9 7 30 360 12 84 360 4.320 6.600 46.200 200.000 2.376.000 10 7 30 360 5 35 150 1.800 5.068 35.476 152.000 1.824.480
Total 62 258 3.096 58 374 1.564 18.768 52.568 644.500 1.346.000 16.117.248 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 5,8 37,4 156,4 1.876,8 5.256,8 64.450 134.600 1.611.724,8
Lampiran 15. Perhitungan Jumlah dan Harga Output pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Jumlah
Pemakaian Kedelai (Kg)
Bobot Output (Ons/Bungkus)
Jumlah Output
(Bungkus)
Total Bobot Output (Kg)
Jumlah Output per
Kg (Bungkus/Kg)
Harga Output
(Rp/Bungkus)
Harga Output per Kg (Rp/Kg)
1 6 1,5 150 22,5 7 2.000 14.000 2 3 1,3 84 10,92 8 1.500 12.000 3 4 1,5 104 15,6 7 2.000 14.000 4 5 1,5 100 15,0 7 1.500 10.500 5 3 2,0 69 13,8 5 2.000 10.000 6 8 1,2 200 24,0 8 1.500 12.000 7 10 1,5 250 37,5 7 2.000 14.000 8 2 1,5 52 7,8 7 2.000 14.000 9 12 1,5 300 45,0 7 2.000 14.000 10 5 2,0 125 25,0 5 2.500 12.500
Total 58 15,5 1434 217,12 68 19.000 127.000 Rata-rata 5,8 1,55 143,4 21,712 6,8 1.900 12.700
Lampiran 16. Jumlah Bahan Baku (Input) dan Output pada Pengolahan Susu Kedelai
Sampel Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)
Input (Kg) Output (Kg)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun 1 6 24 288 6 36 144 1.728 22,5 135 540 6.480 2 6 24 288 3 18 72 864 10,9 65,4 261,6 3.139 3 7 30 360 4 28 120 1.440 15,6 109,2 468 5.616 4 7 30 360 5 35 150 1.800 15,0 105 450 5.400 5 4 16 192 3 12 48 576 13,8 55,2 220,8 2.649,6 6 7 30 360 8 56 240 2.880 24,0 168 720 8.640 7 6 24 288 10 60 240 2.880 37,5 225 900 10.800 8 5 20 240 2 10 40 480 7,8 39 156 1.872 9 7 30 360 12 84 360 4.320 45,0 315 1.350 16.200
10 7 30 360 5 35 150 1.800 25,0 175 750 9.000 Total 62 258 3.096 58 374 1.564 18.768 217,12 1.391,8 5.816,4 69.796,6 Rata-rata 6,2 25,8 309,6 5,8 37,4 156,4 1.876,8 21,712 139,18 581,k64 6.979,66