Post on 21-Nov-2021
ANALISIS NILAI MANFAAT TANAMAN NIPAH
(Nypa fruticans) DI DESA LAKKANG KECAMATAN TALLO
KOTA MAKASSAR
HIJRIANI M.DAHLAN
105950021411
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
NILAI MANFAAT EKONOMI TANAMAN NIPAH
(Nypa fruticans) DI DESA LAKKANG KECAMATAN TALLO
KOTA MAKASSAR
HIJRIANI M.DAHLAN
1059 5002 1411
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi
NILAI MANFAAT EKONOMI TANAMAN NIPAH (Nypa fruticans)
DESA LAKKANG KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Makassar, 04 Februari 2016
Penulis
ABSTRAK
HIJRIANI M DAHLAN 1059 5002 1411. Nilai Manfaat Ekonomi Tanaman
Nipah (Nypa fruticans) Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar,
dibimbing oleh Irma Sribianti dan Muthmainnah.
Nipah merupakan hasil hutan non kayu yang memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi sumber bahan baku dibidang industri, di Desa Lakkang
Kecamatan Tallo Kota Makassar masyarakat banyak yang memanfaatkan tanaman
nipah untuk membuat Sapu Lidi, Atap, Nira/Tuak dan lain-lain. Berdasarkan hal
tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi
tanaman nipah yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Agustus sampai
September 2015. Tahap persiapan yang dilakukan adalah penentuan lokasi
penelitian yaitu di Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar. Dengan
pertimbangan bahwa di Desa tersebut banyak terdaoat tanaman nipah, tahap
selanjutnya dilakukan identifikasi untuk melihat seberapa banyak masyarakat
yang mengelolah tanaman nipah untuk menghasilkan produk nipah olahan.
Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh 15 responden, Perhitungan nilai ekonomi
tanaman nipah dilakukan dengan menghitung pendapatan berdasarkan harga pasar
(Market Price).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman nipah yang telah diolah
menjadi Sapu Lidi, Atap dan Nira/Tuak. Nilai manfaat ekonomi tanaman nipah
yang diolah menjadi Sapu Lidi sebesar Rp. 2.055.333 dengan persentase produk
13,57 %. Nilai manfaat ekonomi tanaman nipah yang diolah menjadi Atap sebesar
Rp. 8.350.000 dengan persentase produk 55,14 %. Nilai manfaat ekonomi
tanaman nipah yang diolah menjadi Nira/Tuak sebesar Rp. 4.738.857 dengan
persentase produk 31,29 %. sehingga total Nilai Manfaat Ekonomi Tanaman
Bambu sebesar Rp. 15.142.190.
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apaun tanpa izin Umismuh Makassar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, salam dan
salawat semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Penulisan Skripsi ini disusun sebagai salah satu bukti bahwa penulis telah
menyelesaikan penelitian di Desa Lakkang. Dalam penulisan Skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang merupakan konsekuensi dari
keterbatasan ilmu penulis, oleh karena kritik dan saran sangat penulis harapkan
yang sifatnya membangun untuk menambah pengalaman penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini tidak akan rangkum
tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bunda Dr.Irma Sribianti, S.Hut.,MP dan Bunda Muthmainnah, S.Hut.,M.Hut
sebagai dosen pembimbing yang penuh dengan ketulusan telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan atau nasehat dan arahan mulai dari pra
penelitian sampai selesai skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada semua
pihak yang telah membantu baik moril maupun materil dalam usaha penyelesaian
skripsi ini yaitu kepada :
1. Ayahanda Ir.H.Saleh Molla, MM selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ucapan terima kasih juga buat Ibunda Husnah Latifah, S.Hut.,M.Si selaku
Ketua Program Sudi Kehutanan dan Ibunda Dr.Irma Sribianti, S.Hut.,MP
selaku pembimbing I, Ibunda Muthmainnah, S.Hut.,M.Hut selaku pembimbing
II dan Ibunda Hikmah, S.Hut.,M.Si selaku penguji I, Ibunda Husnah Latifah,
S.Hut.,M.Si selaku penguji II serta seluruh staf pengajar/Dosen dan karyawan
di Fakultas Pertanian yang selalu memberikan arahan, selalu memberikan
nasehat dan masukan selama ini.
3. Ucapan terpenting dan teristimewa kepada Ibunda Nasia dan Ayahanda
M.Dahlan, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang
tak terhingga kepada beliau. Sembah sujud penulis bagi ibunda dan ayahanda
kehadapan beliau yang tekun, sabar, tabah dan mau mengerti penulis. Dan
penulis ucapkan terima kasih yang sama pula kepada Ayahanda Muhammad
Tahnur, S.Hut.,M.Hut dan adikku tercinta Fitrawati.Dahlan yang selama ini
memberi dorongan dan motivasinya.
4. Ucapan terima kasih yang terkhusus juga buat Arman yang selama ini tidak
henti-hentinya memberikan dukungan maupun motivasi sumbangan pikiran
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ucapan terima kasih kepada pemerintah Desa Lakkang dan seluruh masyarakat
petani nipah yang telah banyak membantu memberikan informasi kepada
penulis.
6. Teman-teman seperjuangan Asdar, Ardi Alsyam, Dedi Purwanto, Hendra,
Gufran Maulana dan teman-teman seangkatan 2011 yang senantiasa
memberikan dorongan moril dan sumbangan pemikiran hingga penyelesaian
skripsi ini.
Makassar, 04 Februari 2016
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamolongan pada tanggal
01 Juni 1993 dari Ayah M.Dahlan dan Ibu Nasia. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Alla’
dan pada tahun 2011 penulis lulus ujian masuk perguruan
tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis melanjutkan pendidikan
pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan
Mahasiswa Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... v
HAK CIPTA................................................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nilai............................................................................................... 4
2.2 Nilai Manfaat ................................................................................ 5
2.3 Nilai Ekonomi Total Sumber Daya Hutan .................................... 7
2.4 Metode Analisis Nilai Manfaat...................................................... 11
2.5 Tanaman Nipah (Nypa fruticans).................................................. 16
2.5.1. Syarat Tumbuh Tanaman Nipah .......................................... 16
2.5.2. Morfologi Tanaman Nipah .................................................. 17
2.5.3. Sistematika Tanaman Nipah ................................................ 18
2.5.4. Manfaat Tanaman Nipah ..................................................... 19
2.6. Kerangka Pikir .............................................................................. 20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 23
3.2 Metode Pengambilan Sampel ....................................................... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 23
3.4 Jenis Data ...................................................................................... 24
3.5 Analisis Data...................................................................... ........... 25
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian………………………………. 28
4.2 Sarana dan Prasarana .................................................................... 29
4.3 Jumlah Penduduk .......................................................................... 31
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ............................................ 32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden ...................................................................... 33
5.1.1. Umur ................................................................................... 33
5.1.2. Tingkat Pendidikan ............................................................. 34
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ............................................ 35
5.1.4. Luas Lahan .......................................................................... 35
5.2. Identifikasi Manfaat Tanaman Nipah ........................................... 36
5.2.1. Sapu Lidi ............................................................................. 36
5.2.2. Atap ..................................................................................... 36
5.2.3. Nira/Tuak ............................................................................ 37
5.3. Nilai Manfaat Tanaman Nipah Dari Produksi Sapu Lidi.............. 38
5.4. Nilai Manfaat Tanaman Nipah Dari Produksi Atap ..................... 39
5.5. Nilai Manfaat Tanaman Nipah Dari Produksi Nira/Tuak ............. 40
5.6. Total Nilai Manfaat Ekonomi Tanaman Nipah ............................ 42
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 44
6.2. Saran ............................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Sarana Pendidikan di Desa Lakkang .................................................... 29
2. Prasarana Jalan di Desa Lakkang..................................... .................... 30
3. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 31
4. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Lakkang ......................................... 32
5. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Kelompok Umur............................. 33
6. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Tingkat Pendidikan......................... 34
7. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Tanggungan Keluarga..................... 35
8. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Luas Lahan.................................... 35
9. Responden Sapu Lidi di Desa Lakkang ............................................... 36
10. Responden Atap di Desa Lakkang ....................................................... 37
11. Responden Nira/Tuak di Desa Lakkang .............................................. 38
12. Nilai Manfaat Ekonomi Produksi Sapu Lidi ........................................ 39
13. Nilai Manfaat Ekonomi Produksi Atap ................................................ 40
14. Nilai Manfaat Ekonomi Produksi Nira/Tuak ....................................... 41
15. Total Nilai Manfaat Ekonomi Tanaman Nipah.................................... 42
16. Data Responden ................................................................................... 49
17. Identitas Petani Nipah di Desa Lakkang .............................................. 50
18. Biaya Produksi Sapu Lidi .................................................................... 51
19. Produksi Sapu Lidi Dari Tanaman Nipah ............................................ 52
20. Biaya Produksi Atap ............................................................................ 53
21. Produksi Atap Dari Tanaman Nipah .................................................... 55
22. Biaya Produksi Nira/Tuak .................................................................... 56
23. Produksi Nira/Tuak Dari Tanaman Nipah ........................................... 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Nilai Ekonomi Total Dari Sumber Daya Hutan ................................. 10
2. Kerangka Pikir .................................................................................... 22
3. Wawancara Dengan Responden yang memproduksi sapu lidi .......... 59
4. Wawancara Dengan Responden yang memproduksi atap ................. 59
5. Atap yang telah dibuat ........................................................................ 60
6. Wawancara Dengan Responden yang Memproduksi Nira/Tuak ....... 60
7. Penyadapan Nira/Tuak yang Dilakukan Responden .......................... 61
8. Nira/Tuak yang Ditadah Dalam Botol ................................................ 61
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kuisioner .............................................................................................. 46
2. Data Tabulasi Hasil Penelitian ............................................................. 49
3. Dokumentasi Kegiatan ......................................................................... 59
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan berbagai jenis palem,
diperkirakan ada sekitar 460 jenis palem yang termasuk dalam 35 genus dan
tersebar di wilayah Indonesia. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah
mengingat masih luasnya daerah yang belum diinventarisasi. Palem termasuk
tumbuhan yang penggunaanya sangat luas, buahnya digunakan sebagai bahan
pangan, obat-obatan dan minyak. Batang dan tangkai daunnya digunakan dalam
pembuatan perabotan, bangunan rumah dan perahu. Daunnya digunakan sebagai
atap, tikar dan pakaian, sedangkan ijuknya digunakan untuk membuat sapu.
Menurut Bandini (1996) dalam Mulyadi (2011), nipah (Nypa fruticans)
adalah jenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan mangrove atau daerah
pasang surut tepi laut. Nipah sering dianggap sebagai tanaman liar karena tumbuh
secara alami atau tumbuh tanpa adanya budidaya secara khusus, luas tanaman
nipah diseluruh Indonesia diperkirakan mencapai 700.000 Ha atau 10% dari luas
lahan pasang surut yang mencapai 7 juta Ha dengan rerata populasi pohon
8.000/Ha diperkirakan total populasi nipah di Indonesia mencapai 5.600 juta
pohon.
Menurut Santoso et al (2005) dalam Subiando (2011) nipah juga
merupakan sumber pangan dan energi, namun belum banyak dipublikasikan
mengenai potensi maupun pemanfaatannya. Padahal hampir di sebagian besar
sungai yang masih terpengaruh oleh pasangnya air laut banyak dijumpai
tumbuhan nipah dengan populasi yang sangat besar. Dilaporkan bahwa
pemanfaatan nipah secara tradisional oleh masyarakat di Batu Ampar dan
Pontianak untuk menghasilkan gula dan garam selain jajanan yang dibuat dari
buah (endosperma) nipah. Pemanfaatan nipah secara tradisional juga dilakukan
oleh masyarakat Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan.
Di Desa Lakkang Kecamatan Tello Makassar banyak dijumpai tanaman
nipah, dimana tanaman ini masih merupakan tanaman yang tumbuh secara alami
tanpa adanya budidaya secara khusus. Tanaman nipah merupakan hasil hutan
yang sudah lama diketahui oleh masyarakat dan sudah diusahakan secara turun
temurun. Buahnya dapat dijadikan bahan makanan, selain dari itu pemanfaatan
nipah yang bernilai ekonomi seperti atap, nira/tuak dan sapu lidi yang dapat
diperjualbelikan masyarakat di daerah tersebut.
Tanaman nipah juga memiliki fungsi yang sangat besar bagi kehidupan
masyarakat di Desa Lakkang Kecamatan Tello Makassar, diantaranya melindungi
tebing sungai dari erosi air laut (abrasi), menjadi wilayah penyangga terhadap
rembesan air laut (intrusi) dan berfungsi dalam menyaring air laut menjadi air
daratan yang tawar sehingga dapat pula menjadi penyangga kehidupan di
daratannya, mengolah bahan limbah, penghasil oksigen dan penyerap
karbondioksida sumber plasma nutfah.
Berdasarkan manfaat yang dapat dihasilkan dari tanaman nipah, maka
penelitian ini bermaksud mengetahui nilai manfaat ekonomi dari tanaman nipah
khususnya nipah olahan di Desa Lakkang Kecamatan Tello Makassar.
1.2. Rumusan Masalah
1. Manfaat apa saja yang diperoleh masyarakat dari tanaman nipah
(Nypa fruticans) di Desa Lakkang Kecamatan Tello Makassar ?
2. Berapa besar nilai manfaat tanaman nipah (Nypa fruticans) di Desa
Lakkang Kecamatan Tello Makassar ?
1.3. Tujuan penelitian
1. Untuk mengidentifikasi manfaat tanaman nipah (Nypa fruticans).
2. Untuk mengetahui nilai manfaat tanaman nipah (Nypa fruticans).
1.4. Kegunaan penelitian
1. Sebagai pertimbangan dalam meningkatkan pengelolaan tanaman nipah
(Nypa fruticans) di Desa Lakkang Kecamatan Tello Makassar.
2. Dapat memberikan informasi bagi peneliti dan menjadikan referensi bagi
peneliti selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nilai
Menurut Djijono (2002) dalam Muthmainnah (2012), nilai merupakan
persepsi manusia, tentang makna sesuatu objek tertentu, tempat dan waktu
tertentu pula. Persepsi merupakan ungkapan, pandangan, perspektif seseorang
tentang atau terhadap sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui panca
indera yang diteruskan ke otak untuk pemikiran dan disini berpadu dengan
harapan ataupun norma-norma kehidupan yang melekat pada individu-individu
atau masyarakat tersebut .
Beberapa pengertian nilai menurut para ahli :
a. Lorens Bagus 2002, dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan tentang nilai
yaitu :
1. Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa latin valere (berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, kuat).
2. Nilai ditinjau dari segi harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan
hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna atau dapat menjadi objek
kepentingan.
3. Nilai ditinjau dari segi keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai
tinggi atau dihargai sebagai sesuatu kebaikan.
4. Nilai ditinjau dari sudut ekonomi yang bergelut dengan kegunaan dan nilai
tukar benda-benda material
b. Bertens 2004, mendefinisikan nilai sebagai sesuatu yang kita iakan atau
sesuatu yang kita setujui.
c. Mulyana 2004, mendefinisikan tentang nilai adalah rujukan dan keyakinan
dalam menentukan pilihan.
d. David dan Johnson 1987, mengklasifikasi nilai berdasarkan cara penilaian
atau penentuan besar nilai dilakukan, yaitu :
1. Nilai pasar yaitu nilai nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar
2. Nilai kegunaan yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya
tersebut oleh individu tertentu
3. Nilai sosial yaitu nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum ataupun
perwakilan masyarakat.
2.2. Nilai Manfaat
Nilai manfaat merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari
suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia. Menurut Suparmoko (1995)
dalam Muthmainnah (2012), bahwa nilai hutan dapat dilihat dari manfaat yang
diperoleh dari hutan. Manfaat tersebut adalah :
1. Manfaat riil (real benefit) yaitu manfaat yang timbul bagi seseorang yang
tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi pihak lain.
2. Manfaat semu yaitu manfaat yang timbul dari suatu proyek dan diterima
oleh sekelompok orang tertentu, tetapi ada sekelompok orang lain yang
menjadi menderita karena adanya proyek tersebut.
Sumberdaya hutan Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat
dirasakan pada tingkatan lokal, nasional maupun global. Manfaat tersebut terdiri
atas :
1. Nilai Manfaat nyata (tangible)
Nilai manfaat nyata adalah nilai-nilai yang dapat lebih mudah diamati dan
diukur berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu,
nipah, madu, tumbuhan obat-obatan dan lain-lain.
2. Nilai manfaat tidak nyata (intangible)
Nilai manfaat tidak nyata adalah merupakan nilai yang terutama berkaitan
dengan fungsi-fungsi ekosistem (sumber daya lingkungan) meliputi
pengaturan tata air, penunjang pariwisata dan rekreasi, keragaman genetik
dan menciptakan lapangan kerja
Menurut Dixon dan Hufschmidt (1996) dalam Muthmainnah (2012), nilai
hutan berdasarkan manfaat sumberdaya hutan dikelompokkan sebagai berikut :
1. Nilai manfaat untuk kepentingan konsumsi berupa hasil hutan kayu maupun
bukan kayu.
2. Nilai rekreasi/wisata
3. Nilai perlindungan berbagai fungsi hidrologis seperti perlindungan terhadap
erosi, pengaturan air dan sebagainya.
4. Nilai-nilai dari proses yang bersifat ekologis seperti siklus hara, pengaturan
iklim mikro dan makro, pembentukan formasi tanah dan pendukung
kehidupan global.
5. Nilai keanekaragaman hayati sebagai sumber genetik, perlindungan
keanekaragaman spesies dan ekosistem.
6. Nilai pendidikan dan penelitian.
7. Nilai manfaat yang bersifat bukan konsumsi seperti manfaat budaya,
sejarah, spiritual dan keagamaan.
8. Nilai manfaat yang mungkin biasa diperoleh di masa depan
Nilai sumberdaya hutan sendiri bersumber dari berbagai manfaat yang
diperoleh masyarakat. Masyarakat yang menerima manfaat secara langsung akan
memiliki persepsi yang positif terhadap nilai sumberdaya hutan dan hal tersebut
dapat ditunjukkan dengan tingginya nilai sumber daya hutan tersebut. Hal tersebut
mungkin berbeda dengan persepsi masyarakat yang tinggal jauh dari hutan dan
tidak menerima manfaat secara langsung.
2.3. Nilai Ekonomi Total Sumber Daya Hutan
Menurut Bahruni (1999) dalam Muthmainnah (2012), Penilaian adalah
penentuan nilai manfaat suatu barang atau pun jasa bagi manusia atau masyarakat.
Adanya nilai yang dimiliki oleh suatu barang dan jasa (sumberdaya lingkungan)
pada gilirannya akan mengarahkan perilaku pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh individu, masyarakat maupun organisasi.
Menurut Pearce (1992) dalam Muthmainnah (2012), membuat klasifikasi
nilai manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total (Total Ekonomi Value)
berdasarkan cara atau proses manfaat tersebut diperoleh. Nilai ekonomi total
(NET) merupakan penjumlahan dari nilai guna langsung, nilai guna tidak
langsung dan nilai non guna dengan formulasi sebagai berikut :
NET = Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai Pilihan +
Nilai Keberadaan
1. Nilai guna langsung merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat
diambil dari sumber daya hutan. Sebagai contoh manfaat penggunaan sumber
daya hutan sebagai input untuk proses produksi atau sebagai barang
konsumsi.
2. Nilai guna tidak langsung merupakan nilai dari manfaat yang secara tidak
langsung dirasakan manfaatnya dan dapat berupa hal yang mendukung nilai
guna langsung seperti berbagai manfaat yang bersifat fungsional yaitu
berbagai manfaat ekologis hutan.
3. Nilai pilihan mengacu kepada nilai penggunaan langsung dan tidak langsung
yang berpotensi dihasilkan di masa yang akan datang. Hal ini meliputi
manfaat-manfaat sumberdaya alam yang disimpan atau dipertahankan untuk
kepentingan yang akan datang (sumberdaya hutan yang disisihkan untuk
pemanenan yang akan datang), apabila terdapat ketidakpastian akan akan
ketersediaan sumberdaya hutan tersebut untuk pemanfaatan yang akan
datang, contoh lainnya adalah sumberdaya genetik dari hutan tropis untuk
kepentingan masa depan.
4. Nilai bukan guna meliputi manfaat yang tidak dapat diukur yang diturunkan
dari keberadaan hutan diluar nilai guna langsung dan tidak langsung. Nilai
bukan guna terdiri atas nilai keberadaan dan nilai warisan.
5. Nilai keberadaan merupakan nilai atau harga yang diberikan oleh seseorang
terhadap keberadaan barang atau jasa lingkungan tertentu seperti objek
tertentu, spesies atau alam dengan didasarkan pada etika atau norma tertentu.
Misalnya orang mau membayar sesuatu agar anoa di hutan tetap ada dan
hidup meskipun mereka tidak punya niat untuk melihat.
6. Nilai warisan merupakan nilai yang diberikan masyarakat yang hidup saat ini
terhadap sumberdaya hutan agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi
akan datang. Nilai-nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar.
Gambar 1. Nilai Ekonomi Total Dari Sumber Daya Hutan (Pearce, 1992).
Nilai Ekonomi Total
Nilai Guna Nilai Bukan
Guna
Nilai Guna
Langsung
Nilai Guna
Tidak
Langsung
Nilai
Pilihan
Nilai
keberadaan
Nilai Lain-
lain
Hasil yang dapat
dikonsumsi
langsung
Manfaat
fungsional
Nilai langsung
dan tidak
langsung yang
akan datang
Nilai pengetahuan
- Kayu
- Makanan
- Biomassa
- Rekreasi
- Tumbuhan obat
- Fungsi ekologis
- Pengendalian
banjir
- Perlindungan
terhadap angin
- Keanekaragaman
hayati
- Perlindungan
habitat
- Habitat
- Spesies langka
2.4. Metode Analisis Nilai Manfaat
Nilai ekonomi sumberdaya hutan bersumber dari berbagai manfaat yang
diperoleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keseluruhan manfaat
yang ada dilakukan identifikasi setiap jenis manfaat. Keberadaan setiap jenis
manfaat ini merupakan indikator nilai yang menjadi sasaran penilaian ekonomi
sumberdaya hutan. Indikator nilai sumberdaya hutan dapat berupa barang hasil
hutan, jasa dari fungsi ekosistem hutan maupun atribut yang menggambarkan
hubungan antara sumberdaya hutan dengan sosial budaya masyarakat.
Menurut Bishop (1999), metode penilaian ekonomi untuk manfaat yang
diperoleh dari sumberdaya alam lingkungan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Pendekatan Berdasarkan Harga Pasar
Harga pasar adalah hasil interaksi antara konsumen dan produsen pada suatu
tingkat penawaran dan permintaan barang dan jasa. Jika transaksi dilakukan
dengan menggunakan uang, nilai yang terbentuk di pasar adalah harga pasar.
Asumsi yang menopang disini adalah bahwa harga tersebut mencerminkan harga
efisiensi ekonomi, namun demikian ini tidak selalu benar. Pada umumnya terdapat
distirsi harga yang berupa pajak, subsidi, perubahan suku bunga dan lain-lain. Jika
transaksi dilakukan dalam bentuk barter nilai yang terbentuk di pasar adalah nilai
tukar pasar (market exchange value).
b. Metode Biaya Pengganti
Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa nilai sumberdaya hutan yang
tidak memiliki harga pasar dapat tergambarkan secara tidak langsung pada
pengeluaran konsumen , harga barang dan jasa yang diperjualbelikan atau dalam
tingkat produktivitas dari kegiatan pasar tertentu. Metode ini terbagi atas :
1. Metode biaya perjalanan
Metode ini berdasarkan asumsi bahwa konsumen menilai tempat rekreasi
hutan berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk dapat sampai ke
tempat tujuan (wisata hutan), termasuk biaya perjalanan sebagai
opportunitas dari waktu yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan ke
tempat wisata hutan.
2. Harga Hedonik
Metode harga hedonik menekankan pada pengukuran manfaat lingkungan
yang melekat pada barang dan jasa yang memiliki harga pasar. Metode ini
didasarkan pada gagasan bahwa barang pasar menyediakan pembeli dengan
sejumlah jasa, yang beberapa diantaranya biasa merupakan kualitas
lingkungan.
3. Pendekatan Barang Subtitusi
Untuk produk-produk kehutanan yang tidak ada pasarnya atau langsung
dimanfaatkan oleh pemungutnya misalnya kayu bakar, nilai produk tersebut
dapat diduga dari harga pasar produk-produk sejenis misalnya kayu bakar
yang dijual di daerah lain atau nilai terbaik dari barang subtitusi atau barang
alternatif misalnya batu bara. Untuk barang subtitusi yang tidak memiliki
harga pasar, nilainya dapat diperkirakan dengan menghitung biaya
oportunitas dari pemakaian sebagai barang subtitusi.
c. Pendekatan Fungsi Produksi
Metode penilaian ini sering disebut dengan teknik perubahan dalam produksi,
metode input-output atau dosis respon atau pendekatan fungsi produksi. Metode
ini menekankan pada hubungan antara kehidupan manusia (lebih sempitnya lagi
pada pertambahan output dari barang dan jasa yang memiliki pasar) dan
perubahan dari sumberdaya alam yang baik kualitas maupun kuantitas
(Maller, 1992). Pendekatan fungsi produksi dapat digunakan untuk mengestimasi
nilai guna tidak langsung dari fungsi ekologis hutan, melalui konstribusi nilai
guna tersebut terhadap kegiatan pasar.
Menurut James (1999), teknik penilaian manfaat sumberdaya hutan
dikelompokkan berdasarkan kriteria yang menggambarkan karakteristik setiap
jenis nilai, baik nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, nilai pilihan dan
nilai keberadaan.
Untuk metode nilai guna langsung terdiri atas :
1. Nilai manfaat sosial bersih
Metode ini menggunakan data demand dan supply yang lengkap secara
series sehingga dapat disusun kurva suppy dan demand untuk menetukan
nilai barang.
2. Harga pasar
Metode ini digunakan untuk barang dan jasa hutan yang memiliki harga
pasar. Data yang diperlukan adalah harga dan jumlah setiap jenis barang
atau jasa hutan. Menurut David dan Johnson 1983, metode fakta pasar dan
nilai kini bersih termasuk dalam teknik penilaian ini.
3. Harga pengganti
Metode ini terdiri dari beberapa teknik :
a. Harga subtitusi merupakan nilai barang atau jasa hutan yang tidak
memiliki harga pasar didekati dari harga barang subtitusinya.
b. Harga subtitusi tidak langsung yaitu untuk barang subtitusi yang tidak ada
harga pasarnya, maka nilai barang didekati dari harga penggunaan lain dari
barang subtitusi
c. Biaya oportunitas tidak langsung yaitu nilai barang atau jasa hutan
didekati dari faktor biaya pengadaannya (khususnya upah)
d. Nilai tukar perdagangan yaitu harga barang dan jasa hutan didekati dari
nilai pertukaran dengan barang yang ada harganya
e. Biaya relokasi yaitu nilai barang atau jasa hutan didekati dari biaya
pemindahan ke tempat lain dimana manfaat penggunaan dapat digantikan
di tempat baru.
4. Biaya perjalanan
Metode ini biasa digunakan untuk menghitung nilai kawasan rekreasi hutan.
Modifikasi dari metode ini adalah biaya pengadaaan yang biasa digunakan
untuk menghitung nilai air berdasarkan besarnya biaya pengadaan sampai
air tersebut dikonsumsi.
5. Nilai dalam proses produksi
Teknik ini digunakan untuk menilai barang atau jasa hutan yang merupakan
input dalam produksi suatu barang. Sebagai contoh untuk menghitung nilai
tegakan melalui pendekatan output kayu gergajian yang dihasilkan.
Untuk metode penilaian nilai guna tidak langsung, nilai pilihan dan nilai
keberadaan dari sumberdaya hutan terdiri dari :
1. Perlindungan aset
a. Biaya penggantian yaitu nilai dari fungsi sumberdaya didekati dari biaya
penggantian atau pembuatan kembali sumberdaya hutan yang rusak,
sehingga fungsinya terpulihkan kembali atau berdasarkan biaya penggantian
fungsi sumberdaya hutan yang rusak dengan alternatif barang atau jasa
lainnya.
b. Biaya rehabilitasi yaitu nilai dari fungsi sumberdaya hutan didekati dari
biaya perbaikan kondisi sumberdaya tersebut sehingga fungsinya kembali
seperti semula. Perbedaan dengan biaya penggantian adalah tingkat
kerusakan yang terjadi tidak sampai harus mengganti total aset tersebut.
c. Nilai produksi yang hilang yaitu nilai dari fungsi sumerdaya didekati dari
nilai perubahan hasil produksi akibat perubahan fungsi sumberdaya tersebut.
d. Biaya pembangunan tambahan yaitu nilai dari fungsi sumberdaya hutan
didekati dari pengeluaran biaya tambahan pembuatan fasilitas tertentu agar
fungsi sumberdaya hutan tetap ada.
2. Metode penilaian kontingensi
Pemilihan metode penilaian nilai guna tidak langsung, nilai pilihan, nilai
keberadaan ditentukan berdasarkan pada dapat tidaknya nilai tersebut
direfleksikan pada nilai-nilai manfaat yang mudah terukur.
2.5. Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
Nipah merupakan jenis mangrove yang banyak didapati di rawa-rawa air
payau dan di depan muara-muara sungai (Hyene, 1987). Pada ketinggian
0-200 m dpl, iklim basah dan mengandung cukup banyak bahan organik,
walaupun tergolong tumbuhan yang potensial pemanfaatan nipah secara
konvensional masih sangat jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan kurangnya
referensi dan pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan nipah dan cara
pengelolaannya.
Nipah telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan sudah diusahakan secara
turun temurun. Atap daun nipah banyak digunakan masyarakat Sumatera Selatan
untuk atap rumah tradisional di kampung-kampung, untuk bedeng, kandang
ternak atau membuat gubuk di sawah. Tangkai daun dan pelepahnya juga dapat
dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat
digunakan untuk pembuatan sapu lidi dan dapat digunakan sebagai anyaman
(Alrasyid, 2001).
2.5.1. Syarat Tumbuh Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
Menurut Harahap dan Nurhamni (2010), bahwa tumbuhan nipah
tumbuh pada substrat halus, pada bagian tepi atas dari jalan air, memerlukan
masukan air tawar tahunan yang tinggi dan jarang terdapat diluar zona pantai.
Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok, memiliki sistem perakaran
yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap pertumbuhan masukan
air dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya.
Nipah tumbuh dibelakang hutan bakau, terutama di dekat aliran sungai
yang memasok lumpur ke pesisir. Palem ini dapat tumbuh di wilayah yang berair
agak tawar, sepanjang daerah tersebut masih terpengaruh pasang surut air laut
yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Di tempat-tempat yang
sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus kurang lebih sejajar
dengan garis pantai. Nipah mampu hidup di atas lahan agak kering atau yang
kering sementara air surut (Alrasyid, 2001).
2.5.2. Morfologi Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
Nipah adalah jenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan mangrove
atau daerah pasang surut dekat tepi laut. Di beberapa negara lain, tumbuhan ini
dikenal dengan nama Attap palm (Singapura), Nipa palm (Filipina) atau umumnya
disebut Nipah palm. Nama ilmiahnya adalah Nypa fruticans dan diketahui sebagai
satu-satunya anggota genus nipah, juga merupakan satu-satunya jenis palem dari
wilayah mangrove. Fosil serbuk sari palem ini diketahui dari sekitar 70 juta tahun
yang silam (Ditjenbun, 2006).
Buah nipah berbentuk gepeng dengan 2-3 rusuk dengan warna coklat
kemerahan, terkumpul dalam kelompok rapat menyerupai bola berdiameter sekitar
13 cm. Struktur buah mirip dengan buah kelapa dengan eksokarp halus, mesokarp
berupa sabut dan endokarp keras yang disebut tempurung. Biji dilindungi oleh
tempurung dengan panjang antara 8-13 cm dan berbentuk kerucut. Dalam satu
tandan buahnya mencapai antara 30-50 butir, berdempetan satu dengan yang lain
membentuk kumpulan buah bundar.
Batang pohon nipah membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur.
Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 cm, panjang anak daun dapat
mencapai 100 cm dan lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna
kuning sedangkan daunnya yang masih muda berwarna hijau, banyaknya daun
dalam tiap tandan mencapai 25-100 helai (Vernandos dan Huda, 2008).
Cairan manis yang dikandung nipah memiliki kadar gula (sucrosa)
antara 15-17% (jumlah zat padat semu yang larut dalam gr setiap 100 gr larutan).
Dengan kandungan itu, maka nira nipah berpotensi untuk dikembangkan menjadi
bahan baku industri bioetanol. Satu tangkai bunga nipah mampu memproduksi
sekitar 3 liter nira per hari, setiap tangkai dapat dipanen terus menerus selama 20
hari. Setiap rumpun pohon nipah mampu menghasilkan sekitar 4 tangkai pada
waktu bersamaan, dengan demikian satu pohon nipah dapat menghasilkan 12 liter
nira per hari (Riyadi, 2010).
2.5.3. Sistematika Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
Klasifikasi tanaman nipah menurut Backer dan Brink, 1968 :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Nypa
Spesis : Nypa fruticans wurmb
2.5.4. Manfaat Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
Menurut Endro dkk 2011, manfaat tanaman nipah adalah :
a. Daun Nipah
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional
untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun, daun nipah
yang masih muda mirip janur kelapa dapat dianyam untuk membuat dinding
rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar,
tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah
yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok, yaitu lembaran pembungkus
untuk melinting tembakau setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur
kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai
ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah
sebagai alas tulis, bukannya daun lontar.
b. Tangkai dan Pelepah Nipah
Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu
bakar yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung selulosa yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat
digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman dan tali.
c. Tandan Bunga Nipah
Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh
dari tandan bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak
dipasarkan sebagai gula nipah (palm sugar), dari hasil oksidasi gula nipah dapat
dihasilkan cuka. Di Pulau Rote dan Sawu, Nusa Tenggara Timur, nira nipah
diberikan ke ternak babi di musim kemarau. Konon, hal ini bisa memberikan rasa
manis pada daging babi. Di Filipina dan juga di Papua, nira ini diperam untuk
menghasilkan semacam tuak yang dinamakan tuba (dalam bahasa Filipina).
Fermentasi lebih lanjut dari tuba akan menghasilkan cuka. Di Malaysia, nira
nipah dibuat sebagai bahan baku etanol yang dapat dijadikan bahan bakar nabati
pengganti bahan bakar minyak bumi. Etanol yang dapat dihasilkan adalah sekitar
11.000 liter/Ha/tahun, jauh lebih unggul dibandingkan kelapa sawit (5.000
liter/Ha/tahun).
d. Umbut dan Buah Nipah
Umbut nipah dan buah yang muda dapat dimakan, biji buah nipah
yang muda disebut tembatuk mirip dengan kolang-kaling (buah atep) dan juga
diberi nama attap chee ("chee" berarti "biji" menurut dialek China tertentu).
Sedangkan buah yang sudah tua bisa ditumbuk untuk dijadikan tepung. Di
Kalimantan arang dari akar nipah digunakan untuk obat sakit gigi dan sakit
kepala.
2.6. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian gambaran kerangka pikir menjelaskan bahwa
pokok penelitian ini berpusat pada kondisi masyarakat disekitar wilayah Desa
Lakkang Kecamatan Tello Kota Makassar dengan menganalisis nilai manfaat
tanaman nipah disekitar Desa, besarnya manfaat tanaman nipah terhadap
masyarakat.
Masyarakat terlibat langsung dalam mengelola tanaman nipah dengan
berbagai macam cara sehingga dapat menambah pendapatan ekonomi dan ikut
serta dalam menjaga kelestarian lingkungan hutan mangrove. Adapun kerangka
pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
TANAMAN NIPAH
(Nypa fruticans)
IDENTIFIKASI MANFAAT
LANGSUNG TANAMAN
NIPAH
(Nypa fruticans)
ATAP NIRA/TUAK SAPU LIDI
NILAI MANFAAT TANAMAN NIPAH
(Nypa fruticans)
NILAI EKONOMI TOTAL
TANAMAN NIPAH
(Nypa fruticans)
ANALISIS NILAI MANFAAT
TANAMAN NIPAH
(Nypa fruticans)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lakkang Kecamatan Tello Makassar
dalam waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, penelitian awal dimulai dari bulan
Agustus-Oktober 2015.
3.2. Metode pengambilan sampel
Populasi adalah masyarakat yang memperoleh manfaat dari tanaman nipah
(Nypa fruticans) di Desa Lakkang Kecamatan Tello Makassar
Sampel responden adalah anggota masyarakat yang memperoleh manfaat dari
tanaman nipah. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah metode sensus yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel. Penelitian
ini yang dijadikan sampel adalah petani nipah di Desa Lakkang Kecamatan Tello
Makassar sebanyak 15 orang.
3.3. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Objek yang diteliti
adalah masyarakat yang terlibat langsung dalam proses pemanfaatan tanaman
nipah.
2. Metode Wawancara
Pengumpulan data dengan wawancara mendalam (interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab antara
penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden.
3. Metode Kuisioner
Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan
tertulis yang ditujukan kepada responden.
3.4. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung di
lapangan dan wawancara dengan responden yang berada disekitar Desa Lakkang
Kecamatan Tello Makassar yang terlibat langsung dalam proses pemanfaatan
tanaman nipah. Data primer berupa identitas responden (nama, umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga) dan manfaat yang diperoleh dari
tanaman nipah (Nypa fruticans).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor desa, kantor lurah
serta instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) yang
meliputi data keadaan umum lokasi dan data sosial ekonomi dan Dinas Kehutanan
dan Perkebunan.
3.5. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi manfaat – manfaat
yang diperoleh masyarakat dari tanaman nipah. yang diperoleh dengan observasi
langsung di lapangan dan melakukan wawancara dengan responden serta data
kondisi biofisik dan data sosial ekonomi masyarakat.
2. Analisis Nilai Manfaat Ekonomi
Untuk menganalisis nilai manfaat ekonomi tanaman nipah maka dilakukan
prosedur :
a. Identifikasi manfaat tanaman nipah.
b. Menghitung nilai manfaat ekonomi dari tiap manfaat yang diperoleh
dari tanaman nipah.
c. Menghitung total nilai dari seluruh manfaat yang diperoleh dari
tanaman nipah.
Tahap selanjutnya dilakukan identifikasi untuk melihat seberapa banyak
masyarakat yang mengelolah tanaman nipah. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang memanfaatkan tanaman nipah untuk menghasilkan produksi
nipah olahan. Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh responden sebanyak 15
yang terdiri dari 3 orang yang membuat sapu lidi, 5 orang yang membuat atap dari
daun dan 7 orang yang membuat nira atau tuak.
Perhitungan nilai manfaat ekonomi tanaman nipah dilakukan dengan
menghitung pendapatan masyarakat berdasarkan harga pasar (Market Price)
dengan rumus sebagai berikut:
I = TR-TC
Dimana :
I = pendapatan bersih
TR = total penerimaan
TC = total biaya
TR =∑Qi. Pi
𝑛
𝑖=1
Dimana :
TR = total penerimaan
Qi = jumlah produksi
Pi = harga produksi
TC =∑Xi. Pxi
𝑛
𝑖=2
Dimana :
TC = total biaya
Xi = jenis input biaya
Pxi = harga input biaya
3. Nilai Ekonomi Total
Nilai ekonomi total tanaman nipah diperoleh dengan menjumlahkan semua
nilai manfaat yang terkandung dari nilai penggunaan langsung. Dengan rumus
sebagai berikut :
NET = NMA + NMN + NMSL
Dimana :
NET = Nilai Ekonomi Total
NMA = Nilai Manfaat Atap
NMN = Nilai Manfaat Nira/Tuak
NMSL = Nilai Manfaat Sapu Lidi
3.6. Defenisi Operasional
1. Nilai manfaat ekonomi tanaman nipah adalah nilai atau manfaat yang
diperoleh secara langsung dari tanaman nipah sebagai bahan baku industri
rumahan.
2. Nilai ekonomi total adalah nilai hasil penjualan dari seluruh nilai manfaat
produksi yang dihasilkan dari tanaman nipah.
3. Masyarakat adalah penduduk yang memanfaatkan tanaman nipah baik untuk
kepentingan produksi maupun konsumsi.
4. Nipah adalah merupakan hasil hutan non kayu yang potensi untuk
dikembangkan menjadi sumber bahan baku kepentingan produksi.
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Keadaan umum lokasi penelitian
Kelurahan Lakkang terletak di Kecamatan Tallo Kota Makassar Sulawesi
Selatan. Secara historis, daerah ini awalnya bernama Bonto Malangere yang
penduduk aslinya merupakan pindahan dari Gowa. Sehingga daerah ini dikenal
sampai sekarang dengan daerah Lakkang yang dalam bahasa Makassar berarti
pindah.
Kelurahan Lakkang memiliki luas wilayah 195 Ha dan terletak di daerah
aliran sungai tallo. Posisi geografis terletak di 05°06’38,2”LU dan
119°25’37,2”LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan panakukkang (Kelurahan kapasa
dan Kelurahan Parangloe).
Sebelah Selatan : Kecamatan Panakukkang (Kelurahan Pampang).
Sebelah Barat : Kecamatan Rappokalling dan Kelurahan Parangloe.
Sebelah Timur : Kecamatan Tamalanrea (Kelurahan Tamalanrea
indah)
Secara administratif, Desa Lakkang yang lebih dikenal dengan Pulau
Lakkang merupakan kawasan tersendiri yaitu masuk ke dalam administrasi
Kelurahan Lakkang. Daerah Lakkang disebut pulau karena diapit oleh Sungai
Tallo dan Sungai Pampang, terbentuk karena endapan sedimen selama ratusan
tahun.
4.2. Sarana dan Prasarana
4.2.1. Sarana
1. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di Desa Lakkang Kecamatan Tallo kota Makassar
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sarana pendidikan Di Desa Lakkang
No Sarana Pendidikan Jumlah Unit Luas
1
2
3
SD
SLTP
SLTA
1
-
-
2.400 M2
-
-
Jumlah 1
Sumber : Data Kelurahan, 2014
Sarana pendidikan di Kelurahan Lakkang terdiri atas satu unit sekolah dasar
dengan luas 2.400 m2. Penduduk yang sudah tamat dari sekolah dasar melanjutkan
pendidikannya di Kota Makassar, hal ini dikarenakan tidak adanya sekolah tingkat
pertama dan sekolah menengah atas yang berada di Kelurahan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan ketua RW, telah direncanakan pembangunan
SMP dan proposalnya sudah diterima oleh pemerintah setempat. Sedang untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat Lakkang untuk pendidikan, masyarakat harus
ekstra keras ke luar kawasan Lakkang untuk bersekolah.
2. Sarana Kesehatan
Pulau Lakkang telah memiliki sarana kesehatan berupa puskesmas pembantu
dengan luas 900 m2 yang terletak disebelah kantor Kelurahan Lakkang.
Berdasarkan jumlah penduduk Lakkang sesuai data kelurahan 2014, jumlah
penduduk lakkang 952 jiwa sedangkan berdasarkan standar nasional Indonesia
untuk puskesmas pembantu dan balai pengobatan yang berfungsi sebagai unit
pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas
dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang
lebih kecil diperuntukkan bagi 30.000 jiwa dengan luas lahan 300m2.
3. Prasarana Jalan
Prasarana jalan yang ada di Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Prasarana jalan di Desa Lakkang
No Nama Jalan Panjang (Meter) Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jl. Nurul Ansar
Jl. Nurul Ikhlas
Jl. Janang Pabe
Jl. Dg.Rilakkang
Jl. Dg. Makuling
Jl. Dg.Masesse
Jl. Dg.Maddi
Jl. Dermaga 1-Nurul Ansar
Jl. Dermaga 2 (RW 01)
Jl. Dermaga 3 (RW 01)
Jl. Dermaga 4 (RW 02)
Jl. Dermaga 5 (RW 02)
Jl. Dermag 6 (Kera-kera)
300
273
238
192
100
250
147
318
50
80
75
50
1.250
Jalan paving blok
Jalan paving blok
Jalan paving blok
Jalan tanah
Jalan paving blok
Jalan paving blok
Jalan paving blok
Jalan paving blok
Jalan paving blok
Jalan tanah
Jalan tanah
Jalan tanah
Jalan tanah
Jumlah 3.413
Sumber : Data Kelurahan, 2014
Jalan yang terdapat di Kelurahan Lakkang bermaterialkan paving blok dan
sebagian berupa tanah, jalan ini merupakan hasil dari PNPM Mandiri. Ada
beberapa jalan dengan kondisi jalan yang rusak berupa lubang diakibatkan oleh
beberapa paving blok yang telah mengalami kerusakan pada jalan tersebut.
4. Prasarana Listrik
Kelurahan Lakkang telah terjangkau oleh aliran listrik, hal ini dapat dilihat
dengan adanya tiang-tiang listrik yang berada di pulau tersebut. Aliran listrik ini
berasal dari Kota Makassar, tiang listrik berada di beberapa bahu jalan dan bahkan
ada yang berada di depan rumah warga.
4.3. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Lakkang pada tahun 2014 adalah sebanyak 955
jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 330 KK. Kepadatan
penduduk sebesar 582 jiwa/km2.
Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di
Desa Lakkang Kecamatan Tallo.
Kelas Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase
(%) Laki-laki perempuan
0- 4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
44
38
40
50
64
48
47
34
30
22
21
12
10
24
42
39
34
47
60
44
38
32
32
21
22
13
15
32
86
77
74
97
124
92
85
66
62
43
43
25
25
56
9,00
8,06
7,74
9,26
12,98
9,63
8,90
6,91
6,49
4,50
4,50
2,61
2,61
5,86
Jumlah 483 472 955 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2014
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Masyarakat Kelurahan Lakkang sebagian besar bermata pencaharian petani
atau nelayan sedangkan sebagian bermata pencaharian sebagai pedagang, buruh,
pegawai negri sipil dan pegawai swasta. Rata-rata masyarakat yang berprofesi
sebagai buruh bekerja di Kota Makassar, selain itu padi yang merupakan hasil
pertanian tidak dijual ke luar pulau Lakkang karena padi tersebut hanya menjadi
konsumsi bagi masyarakat pulau Lakkang. Lain halnya dengan hasil tambak
berupa udang yang dijual ke perusahaan yang berlokasi di Kawasan Industri
Makassar. Jenis Pekerjaan masyarakat di Desa Lakkang dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Lakkang
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
Petani/Nelayan
Pedagang
Mahasiswa/Pelajar
Buruh
PNS/Polri/TNI
Karyawan/Pegawai Swasta
Anak-anak/Tidak Bekerja
Dll
166
38
230
79
7
31
330
24
18,3
4,2
25,4
8,7
0,8
3,4
36,5
2,7
Jumlah 905 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas petani menggambarkan kondisi atau keadaan serta status orang
yang menjadi responden. Identitas responden ini meliputi umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan.
5.1.1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian dari 15 orang , umur petani berkisar antara
30-56 tahun yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Kelompok Umur.
Kelompok Umur
(Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
30 - 38
39 - 47
48 - 56
4
9
2
26,67
60,00
13,33
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa dari 15 orang yang berumur 30-38
tahun sebanyak 4 orang atau 26,67 %, umur 39-47 tahun sebanyak 9 orang atau
60,00 % dan umur 48-56 sebanyak 2 orang atau 13,33 %. Dari hasil data tersebut
diketahui bahwa umur petani nipah yang tergolong usia muda atau lebih produktif
lebih banyak dibandingkan usia yang relatif tua.
5.1.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani
dalam mengembangkan usahanya terutama pemanfaatan tanaman nipah untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal
yang diperoleh petani nipah semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan
kemampuan petani nipah dalam usaha pemanfaatan tanaman nipah. Tingkat
pendidikan petani nipah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
SD
SMP
SMA
4
6
5
26,67
40,00
33,33
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer setelah diolah. 2015
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa jumlah petani nipah yang tingkat
pendidikannya sampai SD sebanyak 4 orang atau 26,67 %, SMP sebanyak 6 orang
atau 40,00 % dan SMA sebanyak 5 orang atau 33,33 %. Tingkat pendidikan
responden yang paling banyak adalah SMP tentunya pemahaman dan ilmu yang
dimiliki sangat berpengaruh terhadap usaha nipah.
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan
kepala rumah tangga yang tinggal dalam rumah tersebut. Jumlah keluarga juga
mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan, tentunya juga dapat
mempengaruhi responden untuk terus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan
keluarganya. Jumlah tanggungan keluarga petani nipah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Tanggungan Keluarga.
Tanggungan Keluarga Jumlah (KK) Persentase (%)
1 - 3
4 - 6
6
9
40,00
60,00
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa petani nipah yang memiliki
tanggungan keluarga 1-3 sebanyak 6 KK atau 40 % dan 4-6 sebanyak 9 orang
atau 60 %. Sehingga dapat diketahui bahwa petani nipah yang memiliki
tanggungan keluarga paling banyak antara 4-6, tentunya memrlukan biaya yang
banyak pula untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
5.1.4. Luas Lahan
Luas lahan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan petani nipah, lahan
yang luas serta dimanfaatkan secara optimal tentunya akan memperoleh hasil yang
lebih banyak. Luas lahan petani nipah dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Petani Nipah Berdasarkan Luas Lahan.
Luas Lahan (Are) Jumlah (Kepala Keluarga) Persentase (%)
20 - 34
35 - 49
50 - 64
65 - 79
80 - 94
1
1
8
2
3
6,67
6,67
53,33
13,33
20,00
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa petani nipah yang memiliki luas
lahan 20-34 are sebanyak 1 kepala keluarga atau 6,67 %, 35-49 sebanyak 1 kepala
keluarga atau 6,67 %, 50-64 sebanyak 8 kepala keluarga atau 53,33 %, 65-79
sebanyak 2 kepala keluarga atau 13,33 % dan 80-94 sebanyak 3 kepala keluarga
atau 20 %.
5.2. Identifikasi Manfaat Tanaman Nipah
5.2.1. Sapu Lidi
Kebutuhan sapu lidi di Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar
relatif besar. Hal ini terjadi karena hampir sebagian besar masyarakat Desa
Lakkang menggunakan sapu lidi untuk kebutuhan sendiri. Selain untuk kebutuhan
sendiri ada beberapa responden yang menjual sapu lidinya. Sapu lidi ini diperoleh
dari daun tanaman nipah yang sudah tua. Dari pengolahan data responden yang
memanfaatkan sapu lidi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Responden Sapu Lidi Di Desa Lakkang Kecamatan Tallo
Banyaknya Sapu Lidi
(ikat)
Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
2
3
2
1
66,67
33,33
Jumlah 3 100
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa sapu lidi yang diambil oleh
responden di Desa Lakkang yang paling besar adalah 2 ikat dengan jumlah
responden sebanyak 2 orang (66,67%) dari jumlah total responden. Hal ini
membuktikan bahwa kebutuhan sapu lidi di Desa Lakkang relatif besar baik
untuk dijual maupun kebutuhan sendiri.
5.2.2. Atap
Pemanfaatan tanaman nipah telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan
sudah diusahakan secara turun temurun. Salah satu manfaat tanaman nipah yang
banyak digunakan masyarakat di Desa Lakkang adalah daun nipah yang
dimanfaatkan secara tradisional untuk pembuatan atap. Daun yang baik digunakan
adalah daun yang sudah tua yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Produksi
atap di Desa Lakkang dipasarkan untuk digunakan sebagai atap kandang ternak
dan rumah pembuatan batu bata. Adapun responden yang memanfaatkan atap
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Responden Atap Di Desa Lakkang Kecamatan Tallo
Banyaknya Atap
(Lembar)
Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
5
6
7
1
1
3
20
20
60
Jumlah 5 100
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa jumlah atap yang dapat diproduksi
masyarakat di Desa Lakkang paling besar adalah 7 lembar dengan jumlah
responden sebanyak 3 orang dengan persentase 60 %.
5.2.3. Nira/Tuak
Tanaman nipah dapat juga disadap niranya, yakni cairan manis yang
diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar. Satu tangkai bunga nipah mampu
memproduksi sekitar 3 liter nira perhari, setiap tangkai dapat dipanen terus
menerus selama 30 hari. Setiap rumpun pohon nipah mampu menghasilkan 4
tangkai pada waktu yang bersamaan. Nira/Tuak di desa Lakkang selain
dikonsumsi sendiri ada beberapa responden yang menjual niranya ke pengumpul,
adapun responden yang memanfaatkan nira/tuak dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Responden Nira/Tuak Di Desa Lakkang Kecamatan Tallo
Banyaknya Nira/Tuak
(Botol) Jumlah (Orang) Persentase (%)
2
3
4
5
2
3
1
1
28,58
42,86
14,28
14,28
Jumlah 7 100
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa jumlah nira/tuak yang dapat
diproduksi masyarakat di Desa Lakkang paling besar adalah 3 botol dengan
jumlah responden sebanyak 3 orang dengan persentase 42,86 %.
5.3. Nilai Manfaat Tanaman Nipah Dari Produksi Sapu Lidi
Pendapatan petani nipah dari produksi sapu lidi adalah semua penerimaan
petani nipah dari hasil produksi sapu lidi dikurangi dengan semua pengeluaran
pada saat melakukan usaha produksi sapu lidi. Untuk mengetahui berapa besar
pendapatan petani nipah dari hasil usaha sapu lidi di Desa Lakkang Kecamatan
Tallo Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Manfaat Ekonomi Produksi Sapu Lidi
No Nama
Responden
Produksi Sapu
Lidi (Rp/Tahun)
Biaya Produksi
(Rp/Tahun)
Nilai Manfaat
(Rp) /tahun
1
2
3
Dg.Sija
Dg.Japa
Tanawiah
2.160.000
2.160.000
3.240.000
490.000
460.000
450.000
1.670.000
1.700.000
2.790.000
Jumlah 7.560.000 1.400.000 6.160.000
Rata-rata (Σ) 2.520.000 466.666 2.053.333
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa nilai manfaat ekonomi dari produksi
sapu lidi yang paling tinggi adalah Tanawiah dengan nilai manfaat sebesar
2.790.000/tahun, hal ini dipengaruhi tingkat perawatan lahan yang intensif dan
biaya pengeluaran yang cukup sedikit dibandingkan dengan responden yang lain.
Penerimaan petani nipah dari hasil produksi sapu lidi sebesar Rp. 7.560.000 atau
dengan rata – rata Rp. 2.520.000/tahun. Pengeluaran dari usaha sapu lidi sebesar
Rp. 1.400.0000 atau dengan rata-rata Rp 466.666/tahun. Nilai manfaat ekonomi
yang diperoleh masyarakat dari produksi sapu lidi sebesar Rp. 6.160.000 atau
dengan rata-rata Rp. 2.053.333/tahun.Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
membuat produk sapu lidi dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.4. Nilai Manfaat Tanaman Nipah Dari Produksi Atap
Pendapatan petani nipah dari produksi atap adalah semua penerimaan petani
nipah dari hasil produksi atap dikurangi dengan semua pengeluaran pada saat
melakukan usaha produksi atap. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan
petani nipah dari hasil usaha atap di Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota
Makassar dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Nilai Manfaat Ekonomi Dari Hasil Produksi Atap
No Nama
Responden
Produksi Atap
(Rp/Tahun)
Biaya Produksi
(Rp/Tahun)
Nilai Manfaat
(Rp/tahun)
1
2
3
4
5
Hj.Tino
Hj.Rabasiah
Dg.Suriah
Amir
St.Fatimah
10.080.000
10.080.000
7.200.000
10.080.000
8.640.000
821.200
781.200
781.200
791.200
791.200
9.258.800
9.298.800
6.418.800
9.288.800
7.848.800
Jumlah 11.304.000 3.966.000 41.750.000
Rata-rata (Σ) 2.260.000 793.200 8.350.000
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa nilai manfaat ekonomi dari produksi
atap yang paling tinggi adalah Hj.Rabasiah dengan nilai manfaat sebesar
Rp. 9.298.000/tahun, hal ini dipengaruhi lahan yang cukup luas, perawatan yang
intensif dan biaya pengeluaran yang cukup sedikit dibandingkan dengan
responden yang lain. Penerimaan petani nipah dari hasil produksi atap sebesar
Rp. 11.304.000 atau dengan rata-rata Rp. 2.260.000/tahun. Pengeluaran petani
nipah dari usaha atap sebesar Rp. 3.966.000 atau dengan rata-rata Rp
793.000/tahun. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dari produksi
atap sebesar Rp. 41.750.000 atau dengan rata-rata Rp. 8.350.000/tahun.
Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk membuat produk atap dapat dilihat pada
Lampiran 2.
5.5. Nilai Manfaat Tanaman Nipah Dari Produksi Nira/Tuak
Pendapatan petani nipah dari produksi nira/tuak adalah semua penerimaan
petani nipah dari hasil produksi nira/tuak dikurangi dengan semua pengeluaran
pada saat melakukan usaha produksi nira/tuak. Untuk mengetahui berapa besar
pendapatan petani nipah dari hasil usaha nira/tuak di Desa Lakkang Kecamatan
Tallo Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Nilai Manfaat Ekonomi Dari Hasil Produksi Nira/Tuak
No Nama
Responden
Produksi
Nira/Tuak
(Rp/Tahun)
Biaya Produksi
(Rp/Tahun)
Nilai Manfaat
(Rp) /tahun
1
2
3
4
5
6
7
Haeruddin
Amir
Abd.Aziz
Nasir
Dg.Ramma
Herman
Hasantaba
3.600.000
5.400.000
9.000.000
7.200.000
3.600.000
5.400.000
5.400.000
935.000
815.000
945.000
822.000
743.000
738.000
1.430.000
2.665.000
4.585.000
8.055.000
6.378.000
2.857.000
4.662.000
3.970.000
Jumlah 39.600.000 6.428.000 33.172.000
Rata-rata (Σ) 5.657.142 918.285 4.738.857
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa nilai manfaat ekonomi dari produksi
nira/tuak yang paling tinggi adalah Abd.Aziz dengan nilai manfaat sebesar
Rp. 8.055.000/tahun, hal ini dipengaruhi proses perlakuan yang intensif.
Penerimaan petani nipah dari hasil produksi nira/tuak sebesar Rp. 39.6000.000
atau dengan rata-rata Rp. 5.657.000/tahun. Pengeluaran petani nipah dari usaha
nira/tuak sebesar Rp. 6.428.000 atau dengan rata-rata Rp 918.285/tahun. Nilai
manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dari produksi atap sebesar
Rp. 33.172.000 atau dengan rata-rata Rp. 4.738.000/tahun. Biaya-biaya yang
dibutuhkan untuk membuat produk nira/tuak dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.6. Total Nilai Manfaat Ekonomi Tanaman Nipah
Nilai ekonomi total tanaman nipah diperoleh dengan menjumlahkan semua
nilai yang terkandung seperti nilai penggunaan langsung. Nilai manfaat ekonomi
total tanaman nipah diperoleh dari nilai manfaat ekonomi produksi Sapu Lidi,
nilai manfaat ekonomi produksi Atap dan nilai manfaat Ekonomi Produksi
Nira/Tuak. Hasil penjumlahan dari ketiga manfaat tersebut diperoleh nilai
ekonomi total tanaman nipah.
Secara lengkap nilai manfaat ekonomi total tanaman nipah dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15. Total Nilai Manfaat Ekonomi Tanaman Nipah
No Manfaat Nilai total (Rp) Persentase nilai manfaat
(%)
1
2
3
Produksi Sapu Lidi
Produksi Atap
Produksi Nira/Tuak
2.053.333
8.350.000
4.738.857
13,57
55,14
31,29
Total 15.142.190 100
Sumber: Data primer setelah diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa total nilai manfaat Ekonomi
tanaman nipah dari produksi sapu lidi sebesar Rp. 2.053.333 dengan persentase
13,57 %, produksi atap sebesar Rp. 8.350.00 dengan persentase 55,14 % dan
produksi nira/tuak sebesar Rp. 4.738.857 dengan persentase 31,29 %. Nilai
manfaat tanaman nipah di Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar yang
paling besar adalah produksi atap dengan jumlah nilai total Rp. 8.350.000 dengan
persentase 55,14 %, hal ini dikarenakan jumlah produksi atap cukup tinggi
dibandingkan dengan produksi sapu lidi dan nira/tuak. Daun dari tanaman nipah
yang digunakan untuk membuat atap cukup tersedia dan banyaknya permintaan
produsen, selain itu masyarakat lebih banyak memproduksi atap karena
keuntungan yang besar berupa pendapatan.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian nilai manfaat ekonomi tanaman nipah dapat
disimpulkan bahwa :
1. Manfaat tanaman nipah di Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota
Makassar terdiri atas manfaat sapu lidi, atap dan nira/tuak
2. Nilai manfaat ekonomi produksi Sapu Lidi dari tanaman nipah sebesar
Rp. 2.053.333 dengan persentase produk 13,57 %, Nilai manfaat
ekonomi produksi Atap dari tanaman nipah sebesar Rp. 8.350.000
dengan persentase produk 55,14 %, Nilai manfaat ekonomi produksi
Nira/Tuak dari tanaman nipah sebesar Rp. 4.738.857 dengan
persentase produk 31,29 %. Total nilai manfaat ekonomi tanaman
nipah sebesar Rp. 15.142.190.
6.2. Saran
Untuk meningkatkan nilai manfaat ekonomi dari hasil tanaman nipah,
perlu adanya perhatian khusus dari pemerintahan terkait yang nantinya bisa
membantu perekonomian masyarakat dan perlu adanya peninjauan terhadap
masalah-masalah apa saja yang menghambat proses pemasaran dari tanaman
nipah.
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid, H. 2001. Pedoman Pengelolaan Hutan Nipah (Nypa fruticans) Secara
Lestari. Puslitbang Hutan Dan Konservasi Alam. Badan Litbang
Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor
Arief, F., Usman dan Rio. Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial produksi
Selai Dari Tanaman Nipah (Nypa fruticans). Fakultas Teknologi Industri
Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. Diakses Tanggal 20 Juni 2015
Backer dan Brink. 1968. Sistematika Tanaman Nipah (Nipa fruticans). Gajah
Mada University, Yogyakarta
Ditjenbun. 2006. Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jendral Perkebunan
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/KPTS/PD
310/92006.
Endro, S., N.M. Heriyanto dan Endang, K. Potensi Nipah (Nypa fruticans
(Thunb.) Wurmb.) Sebagai Sumber Pangan Dari Hutan Mangrove.
Buletin Plasma Nutfah No. 1. Vol 17 Maret 2011. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Hutan Dan Konservasi Alam. Bogor
Harahap danNurhamni. Studi Etnobotani Nipah (Nypa fruticans Wurmb). No
1.Vol 1 Januar-Juni 2010. STKIP Bina Bangsa Getsempena. Banda Aceh
Kuswandi, Relawan. 2012. Inventarisasi Potensi Dan Sebaran Jenis Nipah.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan. Diakses Tanggal 20 Juni
2015
Muthmainnah. 2012. Nilai Manfaat Hutan Pada Catchment Area Das Tanralili
Kabupaten Maros. Program Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin.
Makassar
Putri, D., Rina, W Dan Armein, L. Analisis Lambung Kerang Bakau (Polymesoda
bengalensis Lamarck) Di Muara Nipah Kecamatan Sutera Kabupaten
Pesisir Selatan. STKIP PGRI. Sumatera Barat. Diakses Tanggal 20 Juni
2015
Riyadi, A. 2010. Nipah Membawa Berkah. http://jurnalenergi.com/news/55-
nipah-membawa-berkah. Diakses tanggal 20 Juni 2015
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner
DAFTAR PERTANYAAN
Analisis Nilai Manfaat Tanaman Nipah (Nypa Fruticans) Di Desa Lakkang
Kecamatan Tello Kota Makassar.
IDENTIFIKASI RESPONDEN/MASYARAKAT
Nomor urut responden :
Tanggal wawancara :
Desa/Dusun :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Tanggungan keluarga :
6. Pekerjaan utama :
7. Pekerjaan sampingan :
8. Luas lahan :
II. a. Produksi Sapu Lidi dari Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
No Nama
Responden
Jumlah/Hari
(ikat)
Jumlah/Bulan
(ikat)
Jumlah/Tahun
(ikat)
Harga
(Rp) Total
1
2
3
4
5
Jumlah
Rata-rata
b. Biaya produksi Sapu Lidi dari Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
No Nama
Responden
Jenis Biaya Produksi Total
1
2
3
4
5
Jumlah
Rata-rata
III. a. Produksi Atap dari Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
No Nama
Responden
Jumlah/Hari
(lembar)
Jumlah/Bulan
(lembar)
Jumlah/Tahun
(lembar)
Harga
(Rp) Total
1
2
3
4
5
Jumlah
Rata-rata
b. Biaya Produksi Atap dari Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
No Nama Responden Jenis Biaya Produksi
Total
1
2
3
4
5
Jumlah
Rata-rata
IV. a. Produksi Nira/Tuak dari Tanaman Nipah (Nypa fruticans)
No Nama
Responden
Jumlah/Hari
(botol)
Jumlah/Bulan
(botol)
Jumlah/Tahun
(botol)
Harga
(Rp) Total
1
2
3
4
5
Jumlah
Rata-rata
b. Biaya Produksi Nira/Tuak dari Tanaman Nipah
No Nama Responden Jenis Biaya Produksi
Total
1
2
3
4
5
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 2. Tabulasi Hasil Penelitian
Tabel 16. Data Responden
No Nama Responden
Hasil Produksi
Keterangan Sapu
Lidi Atap Nira/Tuak
1 Dg.Sija - - -
2 Dg.Japa - - -
3 Tanawiah - - -
4 Hj.Tino - - -
5 Hj.Rabasiah - - -
6 Dg.Suriah - - -
7 Amir - - -
8 St.Fatimah - - -
9 Haeruddin - - -
10 Amir - - -
11 Abd.Aziz - - -
12 Nasir - - -
13 Dg.Ramma - - -
14 Herman - - -
15 Hasantaba - - -
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Primer, 2015
Tabel 17. Identitas Petani Nipah di Desa Lakkang Kecamatan Tallo Kota
Makassar.
No Nama Responden Umur
(Tahun )
Tingkat
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
1 Dg.Sija 47 SD 4
2 Dg.Japa 43 SMP 3
3 Tanawiah 45 SMP 3
4 Hj.Tino 42 SMA 3
5 Hj.Rabasiah 45 SMP 4
6 Dg.Suriah 42 SD 2
7 Amir 42 SD 5
8 St.Fatimah 45 SMA 4
9 Haeruddin 54 SMP 4
10 Amir 30 SMP 2
11 Abd.Aziz 32 SMA 4
12 Nasir 45 SD 4
13 Dg.Ramma 30 SMP 4
14 Herman 30 SMP 4
15 Hasantaba 47 SD 4
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Tabel 18. Biaya Produksi Sapu Lidi
No Nama
Responden
Alat dan
Bahan Masa pakai Jumlah
Harga
(Rp)
Total Biaya
(Rp/Tahun)
1 Dg.Sija
(47 Tahun)
Pisau 8 Bulan 2 Buah Rp. 15.000 Rp. 30.000
Rotan 2 Minggu 24 Ikat Rp. 15.000 Rp. 360.000
Parang 1 Tahun 1 Buah Rp. 100.000 Rp. 100.000
Total Rp. 490.000
2 Dg.Japa
(43 Tahun)
Pisau 8 Bulan 2 Buah Rp. 15.000 Rp. 30.000
Rotan 2 Minggu 24 Ikat Rp. 15.000 Rp. 360.000
Parang 1 Tahun 1 Buah Rp. 70.000 Rp. 70.000
Total Rp. 460.000
2 Tanawiah
(45 Tahun)
Pisau 6 Bulan 2 Buah Rp. 10.000 Rp. 20.000
Rotan 2 Minggu 24 Ikat Rp. 15.000 Rp. 360.000
Parang 1 Tahun 1 Buah Rp. 70.000 Rp. 70.000
Total Rp. 450.000
Tabel 19. Produksi Sapu Lidi Dari Tanaman Nipah
No Nama
Responden
Jumlah
Sapu Lidi
(Ikat/Hari)
Jumlah Sapu
Lidi
(Ikat/Tahun)
Harga
Satuan
(Rp)
Produktivitas
(Rp/Ikat/Tahun)
1 Dg.Sija 2 720
Rp.
3.000 Rp. 2.160.000
2 Dg.Japa 2 720
Rp.
3.000 Rp. 2.160.000
3 Tanawiah 3 1.080
Rp.
3.000 Rp. 3.240.000
Jumlah 7 2.520 Rp.
9.000 Rp. 7.560.000
Rata-rata 2,33 840 Rp.
3.000 Rp. 2.520.000
Tabel 20. Biaya Produksi Atap
No Nama Responden Alat dan
Bahan Masa Pakai Jumlah Harga (Rp)
Total Biaya
(Rp/Tahun)
1 Hj.Tino
(42 Tahun)
Pisau 8 Bulan 2 Buah Rp. 15.000 Rp. 30.000
Rotan 3 Minggu 36 Ikat Rp. 15.000 Rp. 540.000
Parang 1 Tahun 1 Tahun Rp. 100.000 Rp. 100.000
Bambu 3 Minggu 36 Ikat Rp. 4.200 Rp. 151.200
Total Rp. 821.200
2 Hj.Rabasiah
(45 Tahun)
Pisau 6 Bulan 2 Buah Rp. 10.000 Rp. 20.000
Rotan 3 Minggu 36 Ikat Rp. 15.000 Rp. 540.000
Parang 1 Tahun 1 Tahun Rp. 70.000 Rp. 70.000
Bambu 3 Minggu 36 Ikat Rp. 4.200 Rp. 151.200
Total Rp. 781.200
3 Dg.Suriah
(42 Tahun)
Pisau 6 Bulan 2 Buah Rp. 10.000 Rp. 20.000
Rotan 3 Minggu 36 Ikat Rp. 15.000 Rp. 540.000
Parang 1 Tahun 1 Tahun Rp. 70.000 Rp. 70.000
Bambu 3 Minggu 36 Ikat Rp. 4.200 Rp. 151.200
Total Rp. 781.200
No Nama
Responden
Alat dan
Bahan Masa Pakai Jumlah Harga (Rp)
Total Biaya
(Rp/Tahun)
4 Amir
(42 Tahun)
Pisau 8 Bulan 2 Buah Rp. 15.000 Rp. 30.000
Rotan 3 Minggu 36 Ikat Rp. 15.000 Rp. 540.000
Parang 1 Tahun 1 Tahun Rp. 70.000 Rp. 70.000
Bambu 3 Minggu 36 Ikat Rp. 4.200 Rp. 151.200
Total Rp. 791.200
5 St.Fatimah
(45 Tahun)
Pisau 8 Bulan 2 Buah Rp. 15.000 Rp. 30.000
Rotan 3 Minggu 36 Ikat Rp. 15.000 Rp. 540.000
Parang 1 Tahun 1 Tahun Rp. 70.000 Rp. 70.000
Bambu 3 Minggu 36 Ikat Rp. 4.200 Rp. 151.200
Total Rp. 791.200
Tabel 21. Produksi Atap Dari Tanaman Nipah
No Nama
Responden
Jumlah Atap
(Lembar/Hari)
Jumlah Atap
(lembar/Tahun) Harga Satuan (Rp)
Produktivitas
(Rp/Lembar/Tahun)
1 Hj.Tino 7 2.520 Rp. 4.000 Rp. 10.080.000
2 Hj.Rabasiah 7 2.520 Rp. 4.000 Rp. 10.080.000
3 Dg.Suriah 5 1.800 Rp. 4.000 Rp. 7.200.000
4 Amir 7 2.520 Rp. 4.000 Rp. 10.080.000
5 St.Fatimah 6 2.160 Rp. 4.000 Rp. 8.640.000
Jumlah 39 11.520 Rp. 20.000 Rp. 46.080.000
Rata-rata 7,8 2.304 Rp. 4.000 Rp. 9.216.000
Tabel 22. Biaya Produksi Nira/Tuak Dari Tanaman Nipah
No Nama
Responden
Alat dan
Bahan Masa pakai Jumlah
Harga
(Rp)
Total Biaya
(Rp/Tahun)
1 Haeruddin
(54 Tahun)
Pisau 1 Tahun 1 Buah Rp. 35.000 Rp. 35.000
Botol 1 Hari 360 Buah Rp. 500 Rp. 180.000
Sene 2 Minggu 24 Buah Rp. 30.000 Rp. 720.000
Total Rp. 935.000
2 Amir
(30 Tahun)
Pisau 1 Tahun 1 Buah Rp. 35.000 Rp. 35.000
Botol 1 Hari 360 Buah Rp. 500 Rp. 180.000
Sene 2 Minggu 24 Buah Rp. 25.000 Rp. 600.000
Total Rp. 815.000
3 Abd.Aziz
(32 Tahun)
Pisau 1 Tahun 1 Buah Rp. 45.000 Rp. 45.000
Botol 1 Hari 360 Buah Rp. 500 Rp. 180.000
Sene 2 Minggu 24 Buah Rp. 30.000 Rp. 7200.000
Total Rp. 945.000
4 Nasir
(45 Tahun)
Pisau 1 Tahun 1 Buah Rp. 30.000 Rp. 30.000
Botol 1 Hari 360 Buah Rp. 200 Rp. 72.000
Sene 2 Minggu 24 Buah Rp. 30.000 Rp. 720.000
Total Rp. 822.000
5 Dg.Ramma
(45 Tahun)
Pisau 1 Tahun 1 Buah Rp. 35.000 Rp. 35.000
Botol 1 Hari 360 Buah Rp. 300 Rp. 108.000
Sene 2 Minggu 24 Buah Rp. 25.000 Rp. 600.000
Total Rp. 743.000
No Nama Responden Alat dan
Bahan Masa pakai Jumlah
Harga
(Rp)
Total Biaya
(Rp/Tahun)
6 Herman
(30 Tahun)
Pisau 1 Tahun 1 Buah Rp. 35.000 Rp. 35.000
Botol 1 Hari 360 Buah Rp. 300 Rp. 108.000
Sene 2 Minggu 24 Buah Rp. 25.000 Rp. 600.000
Total Rp. 738.000
7 Hasantaba
(47 Tahun)
Pisau 1 Tahun 1 Buah Rp. 50.000 Rp. 50.000
Botol 1 Hari 360 Buah Rp. 500 Rp. 180.000
Sene 2 Minggu 24 Buah Rp. 50.000 Rp. 1.200.000
Total Rp. 1.430.000
Tabel 23. Produksi Nira/Tuak Dari Tanaman Nipah
No Nama Responden Jumlah Nira/Tuak
(Botol/Hari)
Jumlah Nira/Tuak
(Botol/Tahun)
Harga Satuan
(Rp)
Produktivitas
(Rp/Botol/Tahun)
1 Haeruddin 2 720 Rp. 5.000 Rp. 3.600.000
2 Amir 3 1.080 Rp. 5.000 Rp. 5.400.000
3 Abd.Aziz 5 1.800 Rp. 5.000 Rp. 9.000.000
4 Nasir 4 1.440 Rp. 5.000 Rp. 7.200.000
5 Dg.Ramma 2 720 Rp. 5.000 Rp. 3.600.000
6 Herman 3 1.080 Rp. 5.000 Rp. 5.400.000
7 Hasantaba 3 1.080 Rp. 5.000 Rp. 5.400.000
Jumlah 22 7.920 Rp. 35.000 Rp. 39.600.000
Rata-rata 3,14 1.131,42 Rp. 5.000 Rp. 5.657.142,85
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 3. Wawancara dengan responden yang memproduksi sapu lidi
Gambar 4. Wawancara dengan responden yang memproduksi atap
Gambar 5. Atap yang telah dibuat
Gambar 6. Wawancara dengan salah satu responden yang
memproduksi nira/tuak
Gambar 7. Penyadapan nira/tuak yang dilakukan responden
Gambar 8. Nira/Tuak yang ditadah dalam botol