Post on 02-May-2020
ANALISIS KINERJA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) MEKAR DAKWAH
SERPONG - TANGERANG SELATAN DALAM PERSPEKTIF BALANCED
SCORECARD PERIODE 2012-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
RAHMI AZIZAH
NIM: 1112046100067
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Hari ini Selasa, 28 Februari 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:
1. Nama : Rahmi Azizah
2. NIM : 1112046100067
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Kinerja Baitul Maal Wattamwil (BMT) Mekar
Dakwah SerpongTangerang Selatan dalam Perspektif
Balanced Scorecard Periode 2012-2015
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Februari 2017
PANITIA UJIAN:
1. Ketua : A. M. Hasan Ali, M.A.
NIP. 19751201 200501 1 005 (…..........................)
2. Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A.
NIP. 19731215 200501 1 002 (..............................)
3. Pembimbing : A. M. Hasan Ali, M.A.
NIP. 19751201 200501 1 005 (..............................)
4. Penguji I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd.
NIP. 19560712 198103 1 003 (..............................)
5. Penguji II : Sofyan Rizal, SE, M. Si.
NIP. 19760430 201101 1 002 (..............................)
iii
ABSTRAK
Rahmi Azizah, 1112046100067, Analisis Kinerja Baitul Maal Wattamwil (BMT)
Mekar Dakwah Serpong-Tangerang Selatan dalam Perspektif Balanced Scorecard
Periode 2012-2015, Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
2012.
Sektor keuangan memiliki peran penting dalam menstimulasi perekonomian
nasional dan masyarakat khususnya pada masyarakat usaha mikro agar memiliki
dasar perekonomian yang kuat. Hal ini dapat dimulai dari masyarakat menengah
kebawah yang kemudian menjadikan lembaga keuangan mikro sebagai instrumen
yang strategis dan efektif untuk menjangkau usaha mikro. BMT merupakan salah satu
lembaga keuangan berbasis syariah yang diklasifikasikan merupakan lembaga
terkecil dalam ruang lingkup lembaga keuangan syariah yang berorientasi pada
masyarakat miskin, menengah kebawah. Namun adanya preferensi masyarakat
terhadap permodalan pada lembaga informal seperti money lender menghambat
perkembangan BMT.
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan dan mengevaluasi kinerja BMT
Mekar Dakwah agar dapat berekspansi, kemudian melihat pengaruh dominan pada
indikator kinerja berdasarkan metode balanced scorecard. Jenis data yang digunakan
yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dan
kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka, literatur dan
laporan keuangan.
Hasil penelitian menunjukkan penilaian kinerja BMT Mekar Dakwah periode
2012-2015 menggunakan metode balanced scorecard berdasarkan kriteria nilai akhir
skor kinerja digolongkan pada kondisi koperasi “sangat sehat”, dengan kategori „A‟
dengan total skor 75,07. Kinerja empat perspektif menunjukkan pengaruh masing-
masing terhadap kinerja BMT. Pada perspektif keuangan, kontribusi sebesar 50,52%
dengan nilai 12,63. Pada perspektif pelanggan, kontribusi yang diberikan terhadap
BMT Mekar Dakwah sebesar 77,52% dengan nilai 19,38. Perspektif Bisnis Internal
mendominasi dengan 89,52% dengan nilai 22,38 terhadap penilaian kinerja.
Perspektif terakhir Pembelajaran dan Pertumbuhan memiliki kontribusi sebesar
82,80% dengan nilai 20,70.
Kata Kunci: Kinerja, Balanced Scorecard, BMT
Pembimbing: A. M. Hasan Ali, MA
v
ABSTRACT
The financial sector has an important role in stimulating the national economy,
especially in the micro business in order to have a strong economic base. It can be
started from the public medium that turns the microfinance institutions as an instrument
of strategic and effective way to reach out to micro-enterprises. BMT is one of the
Islamic financial institutions classified the smallest institutions within the scope of
Islamic financial institutions are oriented to the poor, middle and lower. But the people's
preference to capital on informal institutions such as money lenders inhibit the
development of BMT.
This study aims to plan and evaluate the performance of BMT Mekar Dakwah order to
be able to expand then look at the dominant effect on the performance indicators of the
balanced scorecard method. The type of data used are primary and secondary data. The
primary data obtained through interviews and questionnaires, while secondary data
obtained through the study of literature, literature and financial reports.
The results showed the performance assessment for the period 2012-2015 BMT Mekar
Dakwah using balanced scorecard method is based on the criteria of the final value of
the performance score is classified at the cooperative condition "very healthy", with 'A'
category on 75.07 score. Performance four perspectives demonstrate the influence of
each on the performance of BMT. On the financial perspective, a contribution of 50.52%
with a value of 12.63. At the customer's perspective, the contribution made to the BMT
Mekar Dakwah of 77.52% with a value of 19.38. Internal Business Perspective
dominates with 89.52% with a value of 22.38 against the performance appraisal. Last
Learning and Growth perspective has contributed 82.80% to the value of 20.70.
Keywords: Performance, Balanced Scorecard, BMT
vi
Data Pribadi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rahmi Azizah
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Oktober 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Ampera Kodiklat TNI Serpong, Tangerang Selatan
Telepon : 085770505072
Email : azizahrahmi7@gmail.com
Pendidikan Formal
1. SDN Dwiguna Tahun 2000-2006
2. MTsN 1 Tangerang Selatan Tahun 2006-2009
3. MAN 1 Tangerang Selatan Tahun 2009-2012
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2017
Pendidikan Non Formal
1. Insan Madina (2006)
2. Nurul Fikri, 2012
3. Training of Professional, 2014
4. Sharia Banking Training Centre, 2015
Pengalaman Organisasi
1. Himpunan Mahasiswa Prodi Muamalat FSH UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013-2014
2. Sekertaris Umum Gerakan Mahasiswa Peduli Anak Bangsa
(GEMPA), 2013-2015
3. Co-founder Gerakan Mahasiswa Pediat FSH Anak Bangsa
(GEMPA), 2012
4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013
vii
mailto:azizahrahmi7@gmail.com
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
penulis dapat meneyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KINERJA BAITUL
MAAL WATTAMWIL (BMT) MEKAR DAKWAH SERPONG- TANGERANG
SELATAN DALAM PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PERIODE 2012-
2015” dengan baik. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph. D, Dekan Fakutas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. AM Hasan Ali, MA, Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing penulis. Banyak ucapan
yang tidak bisa diungkapkan dengan kata teruntuk bapak, semoga Allah swt
senantiasa menjaga dan memberikan rahmat.
3. Abdur Rauf, M.A, Sekretaris Prodi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah swt senantiasa memberi umur
bermanfaat.
4. Dr. Arief Mufraini, LC., Dekan Fakutas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ketua Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Adhitya Ginanjar, M.Si.
viii
6. Sekertaris Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fitri Damayanti, M.Si.
7. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
dengan ikhlas memberikan ilmu baik teoritis maupun ilmu kehidupan kepada
penulis.
8. Staf karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah berbaik hati
memberikan referensi kepada penulis dan kemudahan dalam surat menyurat.
9. Pak Ismail dan jajarannya di BMT Mekar Dakwah Serpong-Tangerang Selatan.
10. Orang tua penulis, Drs. Syukri HM. Hasan, MA dan Siti Nurhidayati, Amd.
Kebahagiaan terbesar adalah menjadi anakmu. Semoga kita lengkap berkumpul di
syurga-Nya.
11. Kakak dan adik-adik penulis, Nur Syifa „Ummahat, S.Pd, Hikmatussaidah,
Muhammad Shihab Tibyan. Seperti bunga, kalian memberi kesan indah dengan
cara masing-masing.
12. Amigo, gadis-gadis kesayangan. Anis Khaerunnisa, Betari Tyas Maharani, Dian
Octaviani, Laeli Sayidah Izati, Marliana Fitriani. Makasih buat tahun-tahun
berharga. Semoga kisah kita menjadi buku tanpa akhir, pelangi tanpa ujung, laut
tanpa tepi (fier). Best friend ‘till Jannah.
13. Gerakan Mahasiswa Peduli Anak Bangsa (GEMPA). Terima kasih untuk bukan
hanya menjadi penyalur ego atau menemukan jati diri. Kita menjadi „kita‟ ketika
bersama. Mengurangi kesombongan, mengakui kelemahan untuk dapat bersama.
Satukan tekad, ciptakan kepedulian!
ix
14. KKN Lebah 2015. Ketua jomblo, Panji. Bestie, Anis, Tyas. Ibu-ibu komplek,
Bidara, Devi, Tika, Nunu, Nisa, Ida. Syekh syahid. Trijel, Bogel, Miko, Dennis.
Sodaraan yang juga tijel, Kiki, Upi. Kalian luar biasa. Kedung banyak cerita!
15. Perbankan Syariah angkatan 2012, terkhusus PSB dan Deti Rahmani. Makasih atas
kesan hidup yang takkan terlupa. Ucapan tersingkat, tulus.
Jakarta, Januari 2017
Rahmi Azizah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 6
C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ........................................................ 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
E. Kerangka Pemikiran dan Konsep ................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 1
A. Kinerja .......................................................................................................... 12
1. Pengertian Kinerja.................................................................................... 12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ............................................. 14
xi
3. Kriteria Pengukuran Kinerja .................................................................... 16
4. Manfaat Pengukuran Kinerja ................................................................... 17
B. Studi Terdahulu............................................................................................. 18
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 23
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 23
B. Jenis Penelitian.............................................................................................. 23
C. Sumber Data Penelitian................................................................................. 23
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 24
E. Penentuan Sampel ........................................................................................ 25
F. Lokasi Objek Penelitian ................................................................................ 26
G. Teknik Pengolah Data ................................................................................... 26
1. Uji Validitas ............................................................................................ 27
2. Uji Reliabilitas.......................................................................................... 27
3. Uji Analisis Data ..................................................................................... 28
H. Metode Penelitian ......................................................................................... 28
1. Pengertian Balanced Scorecard ............................................................... 29
2. Sejarah Singkat Balanced Scorecard ....................................................... 30
3. Keunggulan Balanced Scorecard ............................................................. 31
4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................... 34
1. Perspektif Keuangan............................................................................ 34
2. Perspektif Pelanggan ........................................................................... 38
3. Perspektif Bisnis Internal .................................................................... 40
xii
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ......................................... 41
5. Hubungan Antar Empat Perspektif ......................................................... 42
6. Pembobotan Perspektif BSC ................................................................... 42
7. Pembobotan Perspektif BSC dan Target Penetapan ............................... 45
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 46
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 46
B. Analisis data dan Hasil Pembahasan ............................................................... 52
C. Kinerja BMT Mekar Dakwah Serpong Menurut Balance Scorecard............. 53
1. Perspektif Keuangan ................................................................................... 53
2. Perspektif Pelanggan .................................................................................. 57
3. Perspektif Bisnis Internal ........................................................................... 60
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ................................................ 62
BAB V : PENUTUP .................................................................................................. 66
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 66
B. Saran................................................................................................................ 68
Daftar Pustaka
Lampiran
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tingkat kemiskinan Periode 1976-2015 ................................................... 3
Gambar 1.2 Kerangka konsep ....................................................................................... 9
Gambar 3.1 Model Generik dari Proporsi Nilai Pelanggan ........................................ 39
Gambar 3.2 Hubungan Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard ....................... 42
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT Mekar Dakwah Serpong ................................ 51
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria penilaian rasio likuiditas koperasi syariah ..................................... 35
Tabel 3.2 Ukuran Rasio Modal terhadap Total Aktiva ............................................... 36
Tabel 3.3 Ukuran Rentabilitas Aset dan Modal .......................................................... 37
Tabel 3.4 Ukuran AETR ............................................................................................. 41
Tabel 3.5 Pembobotan Perspektif BSC dan Target Penetapan ................................... 45
Tabel 4.1 Uji validitas ................................................................................................. 52
Tabel 4.2 Uji reliabilitas.............................................................................................. 53
Tabel 4.3 Rasio Kas .................................................................................................... 54
Tabel 4.4 Rasio modal pada aktiva ............................................................................. 55
Tabel 4.5 Rasio rentabilitas aset.................................................................................. 56
Tabel 4.6 Rasio rentabilitas modal .............................................................................. 57
Tabel 4.7 Indeks atribut produk dan jasa .................................................................... 58
Tabel 4.8 Indeks hubungan dengan mitra ................................................................... 59
Tabel 4.9 Indeks citra dan Reputasi ............................................................................ 59
Tabel 4.10 Rasio inovasi ............................................................................................. 60
Tabel 4.11 Rasio operasi pelayanan ............................................................................ 61
Tabel 4.12 Sistem informasi ....................................................................................... 63
Tabel 4.13 Indeks motivasi karyawan......................................................................... 63
Tabel4.14 Pengukuran Kinerja BMT Mekar Dakwah menggunakan Balanced
Scorecard .................................................................................................................... 65
Tabel 5.1 Tabel total skor kinerja ............................................................................... 66
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 setelah Cina, India dan
Amerika memiliki potensi besar menjadi negara maju. Salah satu indikator negara
maju adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu umur panjang (hidup sehat),
pengetahuan dan standar hidup layak1. Pada dimensi umur panjang dan pengetahuan,
titik tolaknya terdapat pada standar hidup layak.
Menurut Menurut Stewart (2002), terdapat 2 (dua) pendekatan utama dalam
melihat pembangunan manusia. Pendekatan pertama menekankan pada standar
kelayakan kebutuhan dasar atau Basic Needs atau dikenal dengan nama Basic Needs
Approach yang menyatakan, bahwa tujuan akhir pembangunan manusia adalah
jaminan kebutuhan dasar yang layak bagi setiap orang. Melalui pemenuhan
kebutuhan dasar secara layak, maka setiap orang memiliki kesempatan untuk hidup
lebih panjang dengan lebih sehat serta memiliki tingkat pengetahuan yang memadai
dan menjadikannya lebih produktif. Sementara pendekatan kedua menekankan pada
peningkatan kemampuan dan potensi manusia yang dipopulerkan melalui konsep
1
Diakses melalui https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/26#subjekViewTab1|accordion-
daftar- subjek1
1
http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/26#subjekViewTab1|accordion-daftar-http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/26#subjekViewTab1|accordion-daftar-
2
Amartya Sen mengenai kapabilitas atau kemampuan atau dikenal dengan Sen’s
Capabilities Approach (Stewart, 2002:10).
Penetapan standar hidup layak juga dijadikan penentu penetapan upah minimum
agar pekerja memenuhi kebutuhan hidup hal ini diatur oleh UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Meski standar kebutuhan hidup layak telah diatur
sedemikian sistematis oleh pemerintah melalui UU No. 13 tahun 2003 menjadi salah
satu indikator IPM yang juga menjadi dasar penetapan kemiskinan suatu negara, tetap
saja kemiskinan di Indonesia masih mengalami perlambatan penurunan.
Pada periode 1976–1996, Indonesia memiliki tren penurunan yang cukup
signifikan dari kisaran 40% menjadi 11,7%. Tren penurunan ini terputus saat
Indonesia dihantam krisis keuangan Asia tahun 1997–1998. Mulai awal tahun
2000, tren penurunan tingkat kemiskinan mulai kembali lagi namun dengan
penurunan yang melambat dibandingkan dengan periode pra-krisis pada
tahun 1997–1998. Perlambatan penurunan tingkat kemiskinan ini terus
berlanjut hingga awal dimulainya periode pemerintahan SBY-Boediono pada
tahun 2009 seperti ditunjukan pada gambar dibawah2.
2 Diakses melalui: http://www.tnp2k.go.id/ pada 3 Maret 2016 pukul 15.12.
http://www.tnp2k.go.id/
3
Gambar 1.1Tingkat kemiskinan Periode 1976-2015
Permasalahan utama dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia saat
ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara
merata di seluruh wilayah Indonesia, adanya disparitas pendapatan antar daerah
menjadi bukti pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Selain itu kemiskinan juga
merupakan sebuah hubungan sebab akibat (kausalitas melingkar)3
yang bahkan dapat
berdampak pula pada stabilitas suatu negara karena berbanding lurus dengan tingkat
kriminalitas suatu negara4. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks
membutuhkan intervensi semua pihak secara bersamaan dan terkoordinasi, maka
penanganan yang dibutuhkan adalah penanganan yang berkelanjutan dan memiliki
prospek jangka panjang sehingga masyarakat dapat diberdayakan, tidak hanya
berdampak sesaat.
3
Widodo Wahyu, “Efektivitas Program Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan
dalam Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sangihe (Suatu Studi di Kampung Taloarane
Kecamatan Manganitu Kab. Sangihe)”, Jurnal (2014), h.2. 4
Abbas, Anwar, “Modul Dasar-dasar Ekonomi Islam”, 2012, h.112.
4
Peran dunia usaha dalam masyarakat yang pada umumnya belum optimal dapat
menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan
kemiskinan. Hal ini dapat dijadikan solusi yang besifat sistemik dan menyeluruh.
Maka masalah kemiskinan dapat dimulai dari mengoptimalkan dunia usaha, salah
satunya dengan mendorong masyarakat khususnya masyarakat kecil menengah
memiliki dan mengembangkan usaha mikro.
Adanya ketimpangan akses terhadap modal untuk usaha mikro dari lembaga-
lembaga keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan pelaku usaha mikro
bergantung pada sumber-sumber informal. Bank dan lembaga keuangan menganggap
sektor usaha mikro memiliki potensi, tetapi bank terhalang dengan kendala prinsip
prudent dalam penyaluran pembiayaan. Umumnya, pelaku usaha mikro unbankable
karena tidak memiliki aset legal dan memadai untuk dijaminkan pada pihak bank5.
Padahal meski nominalnya kecil, pembiayaan tersebut terbukti sangat membantu para
nasabah untuk mengembangkan usahanya.
Sektor keuangan memiliki peran penting dalam menstimulasi perekonomian
nasional dan masyarakat khususnya pada masyarakat usaha mikro agar memiliki
dasar perekonomian yang kuat hal ini dapat dimulai dari masyarakat menengah
kebawah yang kemudian menjadikan lembaga keuangan mikro sebagai instrumen
yang strategis dan efektif untuk menjangkau usaha mikro, masyarakat miskin
5 Hidayati, Nadiah, “Realisasi Pembiayaan Mikro Syariah di KJKS BMT UGT Sidogiri Koja
Jakarta”, Jurnal Iqtishodia Edisi Jum‟at, 24 Desember 2014, h.28.
5
dan/atau berpenghasilan rendah agar usaha yang dimiliki berkembang sehingga
masyarakat dapat diberdayakan secara berkelanjutan.
BMT (Baitul Maal Wattamwil) (selanjutnya disebut BMT) merupakan salah satu
lembaga keuangan berbasis syariah yang jika di klasifikasikan merupakan lembaga
terkecil dalam ruang lingkup lembaga keuangan syariah yang berorientasikan pada
masyarakat miskin, menengah kebawah. Terkadang hal-hal kecil seringkali
dipinggirkan padahal jika dirunut, hal-hal besar berawal dari hal kecil yang dilakukan
secara sistematis, berkelanjutan, efisien dan efektif. Maka lembaga terdekat yang
dapat „bersentuhan‟ langsung dengan masyarakat saat ini adalah BMT karena
keberadaannya yang „merakyat‟, penyaluran modal yang dapat dilakukan secara
professional terhadap pembiayaan mikro dan persyaratannya yang cenderung tidak
memberatkan.
Karena tingkat kompleksifitas yang tinggi pada usaha mikro di pasar, maka
penelitian ini dilakukan di BMT Mekar Da‟wah yang berada dekat pasar demi
melihat seberapa besar impact lembaga keuangan syariah terhadap ekonomi yang
dekat dengan rakyat atau ekonomi kerakyatan khususnya pada usaha mikro di pasar
Serpong-Tangerang Selatan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk membahas penelitian terkait
“ANALISIS KINERJA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) MEKAR
DAKWAH SERPONG- TANGERANG SELATAN DALAM PERSPEKTIF
BALANCED SCORECARD PERIODE 2012-2015”
6
B. Identifikasi Masalah
1. Adanya preferensi masyarakat pada money lender.
2. Usaha Mikro yang Unbankable menyulitkan pengusaha mikro untuk mendapatkan
modal di perbankan.
3. Kinerja Lembaga Keuangan Syariah dalam eksistensinya pada mitra.
C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah pada adanya identifikasi masalah, maka penelitian ini
diarahkan pada Analisis Kinerja BMT Mekar Dakwah Serpong-Tangerang Selatan
berdasarkan perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal
dan perspektif pembelajaran dan petrtumbuhan berdasarkan indikator masing-
masing perspektif. Pada periode yang diteliti yaitu pada rentang waktu 2012-2015
agar terfokus pada permasalahan yang terbaru.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana analisis kinerja BMT Mekar Dakwah Serpong-Tangerang Selatan
berdasarkan perspektif dalam metode Balanced Scorecard?
b. Mengetahui hasil kinerja BMT Mekar Dakwah Serpong-Tangerang Selatan
berdasarkan tabel total skor kinerja?
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui bagaimana rancangan kinerja BMT Mekar Dakwah Serpong-
Tangerang Selatan berdasarkan perspektif dalam metode Balanced Scorecard.
b. Mengetahui hasil kinerja BMT Mekar Dakwah Serpong-Tangerang Selatan
berdasarkan tabel total skor kinerja.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Bagi Akademisi
Hasil Penelitian diharapkan mampu memberi pengetahuan terkait teori hingga
praktik kinerja khususnya pada BMT Mekar Dakwah Serpong-Tangsel.
Bagi Penulis
Dalam rangka menunaikan perintah Allah SWT dan RasulNya, hasil
penelitian juga diharapkan mampu menginterpretasikan sedikit ilmu yang
diterima selama masa kuliah.
b. Manfaat Praktis
Bagi Lembaga Terkait
Penelitian diharapkan mampu menjadi bahan acuan aktifitas pengelolaan
BMT Mekar Dakwah.
Bagi Pemerintah
8
Penelitian diharapkan mampu menjadi bahan tambahan evaluasi kinerja
terkait regulasi pada lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah.
E. Kerangka Pemikiran dan Konsep
1. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menganalisis kinerja BMT Mekar Dakwah berdasarkan empat
perspektif dengan indikator penilaian masing-masing, yaitu perspektif keuangan
dengan indikator rasio likuiditas dinilai dari rasio kas, rasio solvabilitas
berdasarkan rasio modal terhadap aktiva dan rasio rentabiitas berdasarkan
rentabilitas aset dan modal. Perspektif kedua yaitu perspektif pelanggan dengan
indikator customer value preposition. Perspektif ketiga yaitu bisnis internal
dengan penilaian inovasi berdasarkan NGR dan operasi pelayanan berdasarkan
AETR. Perspektif keempat yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
dengan indikator Tingkat pendidikan karyawan, sistem informasi lembaga dan
motivasi karyawan. Kemudian dianalisis menggunakan tabel total skor kinerja.
9
2. Kerangka Konsep
Gambar 1.2 Kerangka konsep
ANALISIS KINERJA BMT BERDASARKAN METODE BALANCED
SCORECARD
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Perspektif
Bisnis Internal
Perspektif
Keuangan
INDIKATOR PENILAIAN
Atribut produk
dan jasa
Hubungan
dengan
pelanggan
Citra dan
reputasi
Tingkat
Pendidikan
Sistem
Informasi
Motivasi
Karyawan
Inovasi:(NGR)
Operasi
pelayanan :
(AETR)
Rasio Likuiditas:
Rasio kas
Rasio
Solvabilitas:
Rasio modal
pada aktiva
Rasio
Rentabiitas:
Rentabilitas
aset dan ekuitas
ANALISIS BERDASARKAN TABEL TOTAL SKOR KINERJA
10
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Penjelasan yang erat hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam bab-bab
selanjutnya, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
BAB II: LANDASAN TEORI
Menyajikan kajian kepustakaan dengan membahas tentang landasan teori yang
relevan dan diseleksi atas dasar pertimbangan bahwa teori tersebut dapat membantu
penulis memahami dan menafsirkan data. Kemudian bab-bab berikutnya dibahas
review studi terdahulu yang mendeskripsikan hasil penelusuran penulis terhadap studi
atau penelitian terdahulu yang serumpun.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Menyajikan data penelitian berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang
diteliti secara objektif dalam arti tidak ikut campur dengan opini dan disajikan secara
jelas dan lengkap.
11
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis terhadap data penelitian yang ada, dideskripsikan guna menjawab masalah
penelitian. dalam kasus analisis juga dilakukan interpretasi terhadap penemuan
penelitian, modifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru. Uraian-uraian
tersebut harus memuat jawaban yang rinci atas masalah secara proporsional dengan
tujuan agar dapat menjelaskan masalah yang penulis teliti.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan ditarik dari uraian pembuktian yang telah ditulis dan berkaitan erat
dengan pokok masalah yang memuat jawaban masalah berdasarkan data yang
diperoleh. Kesimpulan harus ringkas, jelas dan tidak memuat hal-hal yang baru diluar
masalah berdasarkan data yang diteliti namun harus konsisten antara rumusan
masalah dengan tujuan penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya1. Mathis dan Jackson
menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan pegawai.2
Sedangkan menurut Rivai dan Basri, kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar
hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
telah disepakati bersama.3
Sedangkan Sudarmanto (2009) berpendapat bahwa kinerja merupakan catatan
hasil yang diproduksi atau dihasilkan atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-
1
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 67 2
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya
Manusia. Terjemahan Dian Angelia. (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 65 3
Rivai, Vethzal & Basri, Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk Menilai Kinerja
Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.50.
12
13
aktivitas selama periode waktu tertentu dan seperangkat perilaku yang relevan
dengan tujuan organisasi.
Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan kegiatan seseorang atau kelompok
dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor untuk mencapai
tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu4. Menurut (Stephen Robbins dalam
Rai, 2008), kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan dibandingkan dengan kiteria yang telah ditetapkan bersama.
Menurut Werther dan Davis (1996: 346), pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem penilaian (rating) yang relevan. Rating tersebut harus
mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan mencerminkan hal-hal
yang memang menentukan kinerja. Pengukuran kinerja juga berarti
membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja sebenarnya
yang terjadi. Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif
berarti pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang
melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran yang bersifat
subyektif berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau standar
pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang
lain (Werther dan Davis dalam Venda).
Menurut Siegal, dalam Cahyo (2009) penilaian kinerja adalah penentuan secara
periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
4 Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta:PT Bumi
Aksara,2006), cet.1, h.121
14
karyawannya berdasarkan sasaran, kriteria dan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan
kinerja perusahan merupakan suatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian
penilaian kinerja perusahaan adalah suatu proses atau sistem penilaian mengenai
pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan berdasarkan standar tertentu.5
Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil yang dicapai berdasarkan
periode tertentu dan dievaluasi berdasarkan standar tertentu.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Tinggi rendahnya kinerja seorang pegawai tentunya ditentukan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhinya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sistem penilaian kinerja yang efekif sebaiknya mengandung indikator kinerja,
yaitu :
a. Memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada perspektif
pelanggan,
b. Menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja yang
mengesahkan pelanggan
c. Memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komprehensif yang
mempengaruhi pelanggan
5 Cahyo Halim Istiqlal, Penilaian Kineja Perbankan Syariah dengan Metode Balance Scorecard, h.
172.
15
d. Menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota
organisasi mengenali permasalahan dan peluang untuk melakukan perbaikan.6
Faktor lain yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation)7. Menurut Keith Davis (1964:484) dalam
Anwar prabu Mangkunegara (2011:67) dirumuskan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja antara lain kemampuan dan motivasi dimana:
Human Performance = Ability + Motivation
a. Faktor Kemampuan (Ability = Knowledge + Skill)
Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai
yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari,
maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh
karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya (the right man on the right place, the right man on the right job).
b. Faktor Motivasi (Motivation = Attitude + Situation)
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
6 Aida Fitria, Skripsi, Jurusan Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Jakarta, Tahun 2014. h. 17. 7
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 67
16
Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk
berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang
pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental,
fisik, tujuan dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu
secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta
mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.
Menurut A. Dale Timple yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara
(2006:15) faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-
tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja dipengaruhi oleh banyak
indikator, baik internal maupun eksternal dimana masing-masing faktor memiliki
subfaktor pembentuk.
3. Kriteria Pengukuran Kinerja
Ukuran kinerja merupakan alat ukur yang harus bersifat objektif sehingga
diperlukan adanya kriteria yang sama. Dengan kriteria yang diharapkan
memberikan hasil yang dapat dibandingkan secara objektif dan adil. Kriteria suatu
ukuran kinerja menurut Armstrong dan Baron (1998: 272) seharusnya adalah:
17
a. Dikaitkan dengan tujuan strategis dan mengukur apa yang secara organisasional
penting dan mendorong kinerja bisnis
b. Relevan dengan sasaran dan akuntabilitas tim dan individu yang
berkepentingan
c. Memfokuskan pada output yang terukur dan penyelesaian tugas dan bagaimana
tingkah laku mereka
d. Mengindikasi data yang akan tersedia sebagai dasar pengukuran
e. Dapat diverifikasi, dengan mengusahakan informasi yang akan menginformasi
tingkat seberapa jauh harapan dapat dipenuhi
f. Menjadi setepat mungkin dalam hubungan dengan maksud pengukuran dan
ketersediaan data
g. Mengusahakan dasar untuk umpan balik dan tindakan
h. Bersifat komprehensif, mecakup semua aspek kinerja sehingga keluarga ukuran
tersedia
4. Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi, tujuan pokok pengukuran kinerja yaitu untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil
yang dinginkan.8
8
Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, (Jakarta : Salemba Empat,
2001), h. 416
18
B. Studi Terdahulu
No Aspek
Perbandingan
Studi Terdahulu
Rencana Skripsi
1. Judul Penerapan Metode Balanced
Scorecard sebagai Alat ukur
kinerja Perusahaan (Studi: AJB
Bumi Putera 1912 Divisi
Syariah).9
Analisis Kinerja BMT
Mekar Dakwah Serpong
dalam Perspektif
Balanced Scorecard
Fokus Penelitian ini mengevaluasi
kinerja AJB Bumi Putera 1912
yang difokuskan pada Divisi
Syariah menggunakan empat
perspektif
Penelitian ini
menganalisis kinerja
BMT Mekar Dakwah
Serpong dalam perspektif
Balanced Scorecard
Metode
penelitian
Metode penelitian ini
menggunakan alat evaluasi
kinerja, yaitu Balanced
Scorecard.
Pada dasarnya, penelitian
ini tidak menggunakan
metode yang berbeda
karena menggunakan alat
ukur kinerja berdasarkan
empat perspektif yakni
Balanced Scorecard.
9
Fitria, Aida, “Penerapan Metode Balanced Scorecard sebagai Alat ukur kinerja
Perusahaan (Studi: AJB Bumi Putera 1912 Divisi Syariah)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).
19
Waktu/Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada
tahun 2014 di AJB Bumiputera.
Penelitian ini
dilaksanakan pada tahun
2016 di BMT Mekar
Dakwah Serpong -
Tangerang Selatan
2. Judul Analisis Pengukuran Kinerja
Peruahaan dengan Metode
Balanced Scorecard (Studi
Kasus Pada PT. Bank Jateng
Cabang Utama Semarang)10
Analisis Kinerja BMT
Mekar Dakwah Serpong
dalam Perspektif
Balanced Scorecard.
Fokus Penelitian ini menganalisis
pengukuran kinerja PT Bank
Jateng Cabang Utama Semarang
jika diukur dengan
menggunakan konsep Balanced
Scorecard..
Penelitian ini
menganalisis kinerja
BMT Mekar Dakwah
Serpong.
Metode
Penelitian
Metode penelitian ini
menggunakan alat evaluasi
kinerja, yaitu Balanced
Penelitian ini
menggunakan metode
yang sama karena
10 Laksmita, Venda Arsenia,” Analisis Pengukuran Kinerja Peruahaan dengan Metode
Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada PT. Bank Jateng Cabang Utama Semarang)”, (Skripsi
S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011).
20
Scorecard. menggunakan alat ukur
kinerja berdasarkan
empat perspektif yakni
Balanced Scorecard.
Waktu/Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada
tahun 2011 di kota Semarang.
Penelitian ini
dilaksanakan pada tahun
2016 di BMT Mekar
Dakwah, Serpong -
Tangerang Selatan.
3. Judul Efektivitas Kinerja dengan
Konep Balanced Scorecard
dalam Perspektfi Pelanggan
pada BMT al Fath IKMI di
Tangerang Selatan11
.
Analisis Kinerja BMT
Mekar Dakwah Serpong
dalam Perspektif
Balanced Scorecard.
Fokus Penelitian ini berfokus pada
efektivitas kinerja pada satu
perspektif.
Penelitian ini
menganalisis kinerja
BMT Mekar Dakwah
Serpong dengan empat
perspektif.
11 Ilham, Yuliandi,”Efektivitas Kinerja dengan Konep Balanced Scorecard dalam
Perspektfi Pelanggan pada BMT al Fath IKMI di Tangerang Selatan”, Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).
21
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan adalah
Balanced Scorecard.
Pada dasarnya, penelitian
ini tidak menggunakan
metode yang berbeda
karena menggunakan alat
ukur kinerja Balanced
Scorecard.
Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan di BMT
al Fath IKMI di Tangerang
Selatan pada tahun 2014.
Penelitian ini
dilaksanakan pada tahun
2016 di BMT Mekar
Dakwah Serpong -
Tangerang Selatan.
4. Judul Rancangan dan Evaluasi Kinerja
pada PT Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Tbk Cabang
Serang dengan Balanced
Scorcard.12
Analisis Kinerja BMT
Mekar Dakwah Serpong
dalam Perspektif
Balanced Scorecard.
Fokus Penelitian Penelitian berfokus pada
Evaluasi kinerja dan strategi PT
Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Tbk Cabang Serang.
Penelitian ini
menganalisis kinerja
BMT Mekar Dakwah
Serpong
12
Gustika, Ade, “Rancangan dan Evaluasi Kinerja pada PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) Tbk
Cabang Serang dengan Balanced Scorcard”, (Jurnal Institut Pertanian Bogor (IPB), 2011)
22
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan adalah
Evaluasi berdasarkan balanced
Scorcard.
Pada dasarnya, penelitian
ini tidak menggunakan
metode yang berbeda
karena menggunakan alat
ukur kinerja berdasarkan
empat perspektif yakni
Balanced Scorecard.
Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan di PT
Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Tbk Cabang Serang pada
tahun 2011.
Penelitian ini
dilaksanakan pada tahun
2016 di BMT Mekar
Dakwah Serpong -
Tangerang Selatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
deskriptif yang menggambarkan realitas objek penelitian melalui penerjemahan
angka yang dideskripsikan pada penjelasan sesuai dengan hasil hitung pada indikator
yang mempengaruhi kinerja objek penelitian.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kuantitatif
yang kemudian diinterpretasikan secara deskriptif yang untuk memberikan gambaran
rinci dan pengaruh pada kinerja objek penelitian, baik pada faktor internal maupun
faktor eksternal. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan terhadap kajian empiris
untuk mengumpulkan, menganalisa dan menampilkan data dalam bentuk numerik
daripada naratif (Robert Donmoyer dalam Given, 2008: 713). Sedangkan penelitian
deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek
yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Best 1982:119).
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer (primary source) dan data
sekunder (secondary source). Adapun rincian dari sumber data yang dimaksud
adalah:
23
24
1. Data Primer
Data ini berkaitan dengan objek dalam penelitian ini yaitu respon dari para
pelanggan BMT Mekar Dakwah Serpong terhadap kinerja yang telah diberikan.
Selain itu respon yang didapat dari hasil wawancara terbuka dengan karyawan
setempat. Objek utama dalam penelitian ini adalah mitra dan karyawan BMT
Mekar Dakwah Serpong.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari studi pustaka yaitu, pengumpulan data dengan cara
membaca dan mempelajari buku literatur serta sumber lainnya yang relevan
dengan penelitian ini, seperti jurnal terkait penelitian, surat kabar, majalah, artikel
dan sumber tertulis lainnya. Pada penelitian ini, data sekunder yang digunakan
pada laporan keuangan BMT Mekar Dakwah Serpong periode 2012-2015.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui survei pada beberapa cara yaitu sumber data
primer (kuesioner) yang disebar kepada mitra pengguna jasa BMT Mekar Dakwah
Serpong, wawancara terhadap pengawas pelaksanaan dan tinjauan pustaka.
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data,
25
angket disebarkan kepada para responden1. Melalui kuesioner, informasi yang
diperoleh memiliki reliabilitas dan validitas yang tinggi2
Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung kepada
responden. Wawancara merupakan alat yang baik untuk meneliti pendapat,
keyakinan, motivasi perasaan dan proyeksi seseorang terhadap masa depannya3.
Tinjauan pustaka metode pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur
literatur yang relevan guna memperoleh gambaran teoritis mengenai konsep penilaian
kinerja Balanced Scorecard. Kemudian menganalisis laporan keuangan dengan
penentuan bobot berdasarkan penerjemahan visi dan misi BMT Mekar Dakwah
Serpong.
E. Penentuan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik pemilihan
sampel probabilitas, yaitu dengan pemilihan sampel acak sederhana (simple random
sampling), pemilihan sampel yang memberikan kesempatan yang sama dan bersifat
tidak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Rumus yang
menentukan besarnya sampel yang diinginkan menggunakan rumus Slovin
(Umar,1997), yaitu :
=
70.
1 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) h,
2 Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 182 3
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, h. 83
26
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persentase kelonggaran karena kesalahan pengambilan yang masih dapat
ditolerir atau diinginkan.
N = 1 + Ne2
1731 = 1 + 1731 (0.1 )
=95 Mitra. Untuk analisis perspektif pelanggan, maka mitra yang dijadikan sampel
berjumlah 95 mitra.
Sedangkan untuk merepresentasikan kepuasan karyawan pada sistem kinerja
dilakukan pada seluruh karyawan bertugas, sebanyak 6 orang.
F. Lokasi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KJKS BMT Mekar Dakwah Serpong, yang beralamat di
Jalan Kantor Pos Giro RT/RW 01/03 Serpong.
G. Teknik Pengolah Data
Data yang digunakan merupakan data kuantitatif yang kemudian dideskriptifkan.
Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode balanced scorecard, sedangkan data
pendeskriptifan data diolah dengan bantuan SPSS versi 2.0 dengan beberapa tahap
27
pengujian. Pengujian yang pertama adalah statistik deskriptif, statistik deskriptif
dimaksudkan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berkalu unntuk umum4. Pengujian instrumen yang
digunakan adalah:5
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya kuesioner. Suatu
kuesioner dinyatakan sah apabila mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai
r hitung (correlated item-total correlations) dengan nilai r tabel jika r dihitung >
dari r tabel (pada taraf signifikan 5%) maka pertanyaan dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Salah satu tahap dalam penelitian ini adalah perancangan instrumen pengukuran
yang dilengkapi dengan uji reliabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006).
4 Sugiyono, Metde Penelitian Kualitatif, kuantitatif dan R&D, (Jakarta, CV. Alphabeta, 2009), h.
147. 5
Fitria, Aida, Penetapan Metode Balance Scorecard sebagai Alat Ukur Kinerja Perusahaan,
Skripsi di Fakultas Syariah dan Hukum (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta,
2014), h.147.
28
Pengukuran reliabilitas menggunakan metode one shot (pengukuran sekali saja)
dengan uji statistik cronbach’s alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu
variabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
cronbach’s alpha >0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2006).
3. Uji Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan nasabah dan
karyawan yang dapat diukur dengan menggunakan uji analisis faktor. Analisis
faktor merupakan salah satu metode reduksi data yang bertujuan
menyederhanakan sekumpulan data yang saling berkorelasi menjadi kelompok –
kelompok variabel lebih kecil (faktor) agar dapat dianalisis dengan mudah.
Selanjutnya nilai rata – rata tersebut diberikan skor bobot nilai mengacu pada skala
likert. Skala likert adalah penilaian pernyataan seseorang terhadap sesuatu dengan
lima tingkat jawaban yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), Netral (N),
setuju (S), sangat setuju (SS), dengan skor nilai secara berurutan satu (1) sampai
dengan lima (5) (Mas‟ud dalam Zudia,2010).
H. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode evaluasi standar Balanced Scorecard
dengan penjelasan kualitatif yang menjelaskan data kuantitatif. Balanced Scorecard
adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan antara
29
keuangan dan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap
keberhasilan.
1. Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard (selanjutnya akan disingkat BSC) berasal dari dua kata
yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang)
berarti adanya keseimbangan antara performa keuangan dan non-keuangan,
performa jangka pendek dan performa jangka panjang, antara performa yang
bersifat internal dan performa yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu
skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performa seseorang. Kartu
skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan
oleh seseorang di masa depan.
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan
visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan yang juga menjadi
salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan
dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.
Dari definisi tersebut, pengertian sederhana dari Balanced Scorecard adalah
kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan
keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan
jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal.
30
2. Sejarah Singkat Balanced Scorecard
Konsep Balanced Scorecard (selanjutnya akan disingkat BSC) adalah
pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Kaplan
(Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990.6
Awalnya Balanced Scorecard diciptakan untuk mengatasi problem tentang
kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang berfokus pada aspek
keuangan.Selanjutnya, Balanced Scorecard mengalami perkembangan pada
implementasinya, tidak hanya sebagai alat ukur kinerja eksekutif.7
Kemudian pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan
publik KPMG, mensponsori study tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa
Depan” (Kaplan and Norton ,1996: vii). Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa
pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan
untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Balanced scorecard
digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja
keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka
panjang.
6 Rangkuti, Freddy, SWOT Balanced Scorecard, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h.3. 7
Mulyadi, Balanced Scorecard: alat manajemen kontemporer untuk pelipat ganda kinerja keuangan, h.2
31
Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif
masa depan, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat
perspektif: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan
pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan balanced scorecard. Berdasarkan
pendekatan balanced scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh eksekutif
harus merupakan akibat diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan
pelanggan, pelaksanaan proses bisnis internal yang produktif proses bisnis
internal, pembelajaran dan pertumbuhan membangun personel yang produktif dan
berkomitmen.
3. Keunggulan Balanced Scorecard
Keunggulan pendekatan Balanced Scorecard (Selanjutnya disingkat BSC)
dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi, 2001) adalah mampu menghasilkan
rencana strategis, yang memiliki karakteristik yaitu komprehensif, koheren,
seimbang dan terukur.
BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi
manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja
organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-
hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah
pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi.
BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi
32
kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu pada keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Menurut Suwardi, pengukuran kinerja dengan balance scorecard mempunyai
beberapa kelebihan8, yaitu :
a. Strategik. Balanced scorecard tidak hanya menuntut personel untuk
merumuskan sasaran yang bersifat strategik dalam tahap perencanaan strategik,
tetapi juga untuk mencari inisiatif-inisiatif strategik dalam mewujudkan sasaran
strategik yang telah ditetapkan.
b. Komprehensif. Balanced scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak
hanya pada aspek kuantitatif saja, tetapi juga pada aspek kualitatif. Aspek
finansial dilengkapi dengan aspek pelanggan, inovasi dan pertumbuhan
merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif ini menyediakan
keseimbangan antara pengukuran eksternal seperti laba pada pengukuran
internal seperti produk baru. Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang
dilakukan oleh manajer terhadap ukuran tersebut untuk mendorong manajer
untuk mencapai tujuan perusahaan.
c. Koheren. Didalam menghasilkan perencanaan strategik diantara berbagai
sasaran diperlukannya suatu personel untuk membangun hubungan sebab akibat
(casual relationship). Koheren berarti adanya hubungan sebab akibat antara
8
Suwardi Luis dan Prima A. Bromo, Step by Step in Casading Balanced Scorecard,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) h.48.
33
keluaran yang dihasilkan sistem perumusan straegik dengan keluaran sistem
perencanaan strategik. Sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem
perencanaan strategik merupakan penerjemahan visi, tujuan dan strategi yang
dihasilkan perumusan strategik.
d. Seimbang. Seimbang berarti adanya keseimbangan pemusatan antara interen
dan ekstern, pemusatan proses dan orang yakni pemusatan yang seimbang
diantara keempat perspektif.
e. Terukur. Balanced scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang tidak
mudah diukur: pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan
pertumbuhan dengan menentukan ukuranmya agar dapat dikelola sehingga
dapat diwujudkan. Hasil dari perencanaan strategik berupa ketrukuran sasaran
strategik memungkinkan ketercapaian berbagai sasaran strategik dari
perencanaan sistem tersebut.9
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik
menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategic yang dihasilkan oleh sistem
tersebut. Semangat untuk menentukan ukuran dan untuk mengukur berbagai
sasaran strategik di keempat perspektif tersebut dilandasi oleh keyakinan:
If we can measure it, we can manage it.
If we can manage it, we can achieve it.
9 Mulyadi, Balanced Scorecard: alat manajemen kontemporer untuk pelipatganda
kinerja keuangan,h.18-24
34
4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel adalah melekatkan pada arti variabel dengan cara
menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu dilakukan untuk mengukur variabel
itu. Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala
dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian dapat
dilakukan secara benar, sesuai dengan penelitian. Operasional variabel dalam
penelitian ini meliputi variabel yang berkaitan dengan balanced scorecard.
Balanced scorecard menyeimbangkan faktor keuangan dengan non keuangan,
hasil yang didapatkan dengan alasan mengapa hasil didapatkan, jangka pendek
dengan jangka panjang, faktor external dengan faktor internal menggunakan empat
perspektif, yaitu :
a. Perspektif Keuangan
Pengukuran kinerja melalui perspektif keuangan dapat dilihat dari siklus
bisnis perusahaan dengan skala rasio. Rasio yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.
Cara penghitungan pada perspektif keuangan ini juga mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengaah Republik
Indonesia Nomor: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi dan
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengaah Republik
35
Indonesia Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah.
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Pengukuran yang dilakukan yaitu dengan Rasio Kas.
Rasio Kas dinilai representatif karena variabel kas+bank merupakan alat
likuid yang segera dapat digunakan,10
maka rasio kas (current ratio)
bermanfaat untuk mengetahui sampai seberapa jauh perusahaan dapat
melunasi hutang jangka pendeknya.11
Kas + Bank = Kewajiban Lancar
× 100%
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Rasio Likuiditas Koperasi Syariah
Prosentase Rasio Kriteria
56 Tidak Likuid
(14-20) dan (46-56) Kurang Likuid
(21-25) dan (35-45) Cukup Likuid
26-34 Likuid
Sumber: Peraturan Menteri KUKM NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
10
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Pedoman Penilaian
Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi, (Jakarta: Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, 2007), h. 26 11
Rangkuti, Freddy, SWOT Balanced Scorecard,
h.184.
36
2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuuhi
kewajiban keuangannya pada saat perusahaan tersebut dilikuidasi.
Rasio modal pada aktiva dinilai dapat merepresentasikan kekayaan KJKS
atau UJKS Koperasi yang dapat mendatangkan penghasilan.12
Rumusnya
adalah:
Rasio Modal pada Aktiva
Modal Sendiri = Total Aktiva
× 100%
Tabel 3.2 Ukuran Rasio Modal terhadap Total Aktiva
Prosentase Rasio Kriteria
< 0 Sangat Rendah
0 < < 5 Rendah
5 < < 10 Cukup
10 < < 15 Baik
15 < < 20 Sangat Baik
Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008
12 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Pedoman Penilaian Kesehatan
KJKS dan UJKS Koperasi, h. 4
37
3) Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba/keuntungan.
Rasio rentabilitas dinilai representatif karena rentabilitas merupakan
kemampuan Koperasi Simpan Pinjam untuk memperoleh sisa hasil usaha
dan atau kemampuan Unit Simpan Pinjam koperasi untuk memperoleh hasil
usaha.13
Rumusnya:
a) Rentabilitas Aset
Rentabilitas aset merepresentasikan kemampuan KJKS atau UJKS
menghasilkan pada tingkat aset tertentu.
b) Rentabilitas Modal
SHU sebelum pajak = Total Aktiva
× 100%
Rentabilitas modal merepresentasikan kemampuan KJKS atau UJKS
menghasilkan pada tingkat modal tertentu.
SHU bagian anggota = Total modal sendiri
× 100%
Tabel 3.3 Ukuran Rentabilitas Aset dan Modal
Prosentase Rasio Kriteria
< 5% Rendah
5% - 7,5% Kurang
13 13
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Pedoman Penilaian
Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi, h. 5
38
7,5% - 10% Cukup
> 10% Tinggi
Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008
b. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan dalam balanced scorecard merupakan suatu indikator
pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki, yang telah diidentifikasikan
oleh perusahaan. Segmen pasar adalah sumber pendorongpenghasilan tujuan
finansial perusahaan. Suatu pernyataan manajemen terkini adalah pentingnya
costumer focus dan costumer satisfaction. Sehingga, apabila servis perusahaan
tidak memuaskan para pelanggan, maka mereka akan mencari produsen lain
yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini
akan dapat menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini
kinerja keuangan perusahaan terlihat baik.
Nilai dari sebuah produk harus ditentukan dan ditonjolkan yang dominan.
Atribut – atribut yang membentuk proporsi nilai adalah atribut produk atau jasa
(product or service attribute), hubungan pelanggan (customer relationship) dan
cita dan reputasi (image and reputation). Adapun proposisi nilai pelanggan
tersusun dari tiga macam atribut yang dikategorikan sebagai berikut:
a) Product/Service Attributes (atribut produk dan jasa). Meliputi fungsi dari
produk atau jasa, harga, dan kualitas. Costumer memiliki kecenderungan
yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Perusahaan harus dapat
39
c. Perspektif Bisnis Internal
mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang
ditawarkan;
b) Costumer Relationship (hubungan pelanggan). Hubungan pelanggan
berhubungan dengan penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan
yang meliputi dimensi waktu pesan dan penyerahan, serta bagaimana
perasaan pelanggan setelah membeli produk atau jasa dari perusahaan;
c) Image and Reputation (citra dan reputasi). Menggambarkan faktor-faktor
intangible yang menarik pelanggan untuk terus berhubungan dengan
perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan
dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
Gambar 3.1
Model Generik dari Proporsi Nilai Pelanggan14
Nilai = Atribut Produk
dan Jasa
+ Citra + Hubungan dengan
Pelanggan
Fungsionalis Mutu Harga Waktu
14 Venda Arsenia Laksmita, ”Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode
Balanced Scorecard (Studi Kasus pada PT. Bank Jateng Cabang Utama Semarang),” (Skripsi S1
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponedoro Semarang , 2011), h.25, dalam Kaplan dan Norton,
2000.
40
c. Perspektif Bisnis Internal
Dalam perspektif bisnis internal, pengukuran kinerja yang dilakukan dilihat
dari:
1) Inovasi, dimaksudkan untuk melihat bagaimana perusahaan melakukan
inovasi terhadap produk dan jasa yang dilakukan untuk memuaskan
konsumen. NGR dinilai dapat merepresentasikan inovasi karena NGR
mengukur peningkatan jaringan unit kerja dengan cara membandingkan
peningkatan jaringan unit kerja terhadap total unit kerja pada periode
tertentu, maka semakin meningkat rasio NGR (Network Growth Ratio) maka
semakin baik. Rumus yang digunakan yaitu :
NGR ( ) =
Delta Unit Kerja
Total Unit Kerja × 100%
2) Operasi Pelayanan merupakan proses menghasilkan dan mendistribusikan
produk atau jasa kepada pelanggan. Untuk mengukur seberapa besar tingkat
kualitas pelayanan yang diberikan kepada nasabah. Pengukuran dapat
dilakukan dengan menggunakan rasio Administrative Expense to Total
Revenue (AETR) yang bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas
serta ketepatan waktu proses atas transaksi yang dilakukan. AETR dinilai
representatif karena menunjukkan pengendalian biaya administrasi terhadap
tingkat pelayanan. 15
Rumus yang digunakan adalah:
15 Rangkuti, Freddy, SWOT Balanced Scorecard, h.105.
41
AETR =
Biaya Administrasi Total Pendapatan × 100%
Tabel 3.4 Ukuran AETR16
Prosentase Rasio Skor
> 12% 0
10% - 12% 80
8,5% - 10% 100
< 8,5% 90
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini mengukur kinerja dari sisi sumber daya manusia yang dimiliki
BMT. Pengukuran dilakukan dengan melihat indeks pada hasil kuesioner,
meliputi :
1) Tingkat Pendidikan, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat kemampuan
karyawan yang berhubungan dengan kepuasan karyawan dalam bekerja.
2) Sistem Informasi, hal ini dilihat dari bagaimana kemudahan sistem informasi
di perusahaan. Peningkatan kualitas karyawan dan produktivitas karyawan
juga dipengaruhi oleh akses terhadap sistem informasi yang dimiliki oleh
perusahaan.
3) Motivasi Karyawan, dengan menerangkan motivasi karyawan terhadap
perusahaan.
16 Rangkuti, Freddy, SWOT Balanced Scorecard, h.105.
42
5. Hubungan Antar Empat Perspektif
Dalam Balanced Scorecard, keempat persektif menjadi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Keempat perspektif tersebut juga merupakan indikator
pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab
akibat.
Gambar 3.2
Hubungan Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard17
6. Pembobotan Perspektif BSC
Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kelebihan metode balanced
scorecard adalah komprehensif, artinya tidak hanya dilihat pada satu aspek. Maka
agar seimbang, sebelum dilakukan pengukuran sebaiknya dilakukan pemberian
17 Venda Arsenia Laksmita, ”Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced
Scorecard (Studi Kasus pada PT. Bank Jateng Cabang Utama Semarang),” (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Diponedoro Semarang , 2011), h.25, dalam Kaplan dan Norton, 2000, h. 28.
43
bobot terlebih dahulu. Pemberian bobot dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
pengaruh indikator masing masing perspektif.
Besarnya nilai pembobotan menentukan skor akhir pengukuran kinerja karena
hasil pembobotan akan dikalikan dengan pencapaian kinerja. Target yang
ditetapkan pada keempat perspektif adalah sama karena memiliki pengaruh yang
sama maka bobot yang diberikan sebesar 25% pada tiap indikator. Namun
pembobotan berbeda diukur pada tiap indikator perspektif.
Bobot maksimal masing masing indikator dilihat pada masing-masing pedoman
yang tertera pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengaah Republik Indonesia Nomor: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengaah
Republik Indonesia Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman
Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan
Syariah Koperasi dan standar ketentuan Bank Indonesia.
Pada perspektif keuangan, sasaran strategis dilihat dari tiga rasio yaitu rasio
likuiditas yang bertujuan untuk pemenuhan kewajiban segera dengan ukuran hasil
pencapaian pada rasio kas ber bobot 25%, rasio solvabilitas yang direpresentasikan
oleh rasio modal terhadap total aktiva sebagai ukuran hasil dengan bobot 25%,
bertujuan bagi pemenuhan kewajiban saat perusahaan dilikuidasi. Rasio terakhir
yaitu rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan BMT memperoleh laba yang
44
direpresentasikan oleh rentabilitas aset dan rentabilitas modal sebagai ukuran hasil
berbobot 50% karena BMT merupakan lembaga nirlaba.
Pada perspektif pelanggan di representasikan oleh atribut produk dan jasa, hubungan
dengan pelanggan kemudian citra dan reputasi yang diukur oleh indeks data primer
(kuesioner) dengan jumlah keseluruhan pertanyaan sebanyak 12 butir menggunakan
skala likert dengan bobot maksimal sebesar 5,00. Perspektif bisnis internal dibagi
oleh dua sasaran strategik dengan bobot yang sama yaitu 50% inovasi dan
operasional pelayanan karena memiliki pengaruh yang sama. Perspektif terakhir
dilihat dari pembelajaran dann pertumbuhan BMT yang ditinjau dari tiga sasaran
stratejik yaitu tingkat pendidikan dengan bobot 35%, sistem informasi 30% dan
motivasi karyawan 35%. Tingkat pendidikan dan motivasi karyawan memiliki bobot
yang lebih tinggi karena visi BMT mengedepankan sumber daya yang solid. Teknik
pengukuran yang menggunakan indeks dari kuesioner. Bobot maksimal sekaligus
target yang digunakan adalah 5,00. Tabel berikut merepresentasi secara lugas:
45
7. Pembobotan Perspektif BSC dan Target Penetapan
Tabel 3.5 Pembobotan Perspektif BSC dan Target Penetapan
Sasaran Strategik dan
Target
Ukuran Strategik Bobot
(%)
Target Ukuran Hasil
(Lag Indicator)
Ukuran Pendorong
(Lead Indicator)
Per
spek
tif
Keu
an
ga
n
(25
%)
Rasio
Likuiditas
(25%)
Rasio Kas
Pemenuhan kewajiban
segera
100
34%
Rasio
Solvabilitas
(25%)
Rasio Modal terhadap
Aktiva
Pemenuhan kewajiban
saat perusahaan
dilikuidasi
100
20%
Rasio
Rentabilitas
(50%)
Rentabilitas Aset
Kemampuan
memperoleh laba
50
>10% Rentabilitas Ekuitas
50
Per
spek
tif
Pel
an
gg
an
(25%
)
Customer
value
proposition
(100%)
Atribut produk dan jasa
Cara menghasilkan
tujuan finansial
30
5,00 Hubungan dengan
pelanggan
40
Citra dan reputasi
30
Per
spek
tif
Bis
nis
Inte
rnal
(25
%)
Inovasi
(50%)
NGR
Kepuasan konsumen
100
2,28%
Operasi
Pelayanan
(50%)
AETR
Pendistribusian
produk dan jasa
100
8,5% -
10%
Per
spek
tif
Pem
bel
aja
ra
n
Per
tum
bu
han
(2
5%
) Tingkat
Pendidikan
(35%)
Indeks tingkat pendidikan
Kepuasan karyawan
dalam bekerja
100
100%
Sistem
Informasi
(30%)
Indeks sistem informasi
Kemudahan sistem
informasi
100
5,00 Motivasi
Karyawan
(35%)
Indeks motivasi
karyawan
Semangat dalam
bekerja
100
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdiri BMT Mekar Dakwah
Objek penelitian yang diangkat ialah BMT Mekar Dakwah Serpong. BMT
Mekar Dakwah Serpong yang merupakan cabang dari BMT Taruna Al- Qur‟an
Yogyakarta (BMT Jogjatama, red) didirikan pada tanggal 26 Februari 2004
dengan No. Akta Pendirian 518/7/BH/Dis/KUK. Manajemen Taruna Yogyakarta
mengalami kendala cukup berat yang menyebabkan bulan Juni 2004 penanganan
BMT Mekar Dakwah terpisah dari BMT Taruna Al-Qur‟an Yogyakarta sebagai
induk, sehingga diambil alih sebuah komunitas yang peduli syariah di Jakarta.
Pembenahan manajemen itu dilaksanakan oleh Tim Counterpart hingga
mengalami perkembangan yang positif sehingga cukup layak dianggap sebuah
lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah. Meskipun kondisi baik dari
eksternal maupun internal BMT Mekar Dakwah mengalami pasang surut tetapi
kinerja operasional membaik walau sering terjadi pergantian pengurus, pengelola
dan lokasi usaha. Pergantian tersebut mulai terbentuk tim kinerja BMT yang solid
menginjak tahun 2008. Pemulihan keadaan yang semakin solid terlihat pada
tahun 2009. Kinerja dari BMT baik di Baitul Maal tertata rapi dan pada sisi Baitul
Tamwil menunjukan peranannya. BMT Mekar Dakwah Serpong semakin diakui
serta dipercaya, bahkan menjadi lembaga yang mendapat tempat sendiri. Fungsi
46
47
BMT dalam pemberdayaan ekonomi umat dari sosial dan bisnis, BMT
Mekar Dakwah Serpong berkembang dengan adanya program-program
kemaslahatan umat, didukung oleh lembaga-lembaga yang bersinergi dengan
BMT, baik lembaga keuangan pendidikan, sosial, pemerintah, dan lainnya.
2. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang handal karena
kualitas pelayanan dan kinerja operasional, dalam pengembangan dan
pemberdayaan sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu berusaha
sesuai prinsip syariah.
b. Misi
1) Meningkatkan taraf hidup dan kemampuan, baik sosial maupun ekonomi
masyarakat melalui muamalah sesuai syariah.
2) Meningkatkan baik kuantitas, maupun kualitas pelayanan dan kinerja
operasional dalam bermuamalah.
3) Membangun kepercayaan dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai
pihak, baik di Serpong Tangerang Selatan, hingga skala nasional.
4) Usaha yang memiliki keunggulan kompetitif, accountable, serta terpercaya
dalam bermuamalah dan tetap dalam koridor yang sesuai dengan prinsip
syariah,
5) Mewujudkan lembaga yang ideal bagi pengembangan diri dan pembentukan
48
sumber daya yang selalu konsisten dalam menerapkan kinerjanya sesuai
dengan prinsip syariah.
c. Tujuan
Membentuk sumber daya yang berkemampuan, berwawasan, dan
professional didalam menerapkan muamalah yang sesuai dengan prinsip syariah.
Meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas dalam penerapan usaha demi
kemaslahatan bersama.
3. Filosofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar Dakwah
a. Filosofi BMT Mekar Dakwah
1) Kepedulian, terhadap kondisi yang terjadi baik simpati maupun empati.
2) Membantu/Menolong, baik materi atau non materi sesuai kemampuan.
3) Pembinaan, dalam hal ruhiah maupun jasmaniah dalam bermuamalah.
4) Pengawasan, atau menjaga sumber daya agar tetap sesuai syariah.
5) Pemberdayaan, baik ekonomi dan sosial didalam penerapan
kinerjanya/bermuamalah tetap sesuai dengan prinsip syariah.
b. Prinsip BMT Mekar Dakwah
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dalam melaksanakan segala
kegiatan muamalah agar tetap susuai prinsip-prinsip syariah.
2) Keterpaduan dalam segala yang berhubungan dengan muamalah baik dari
nilai-nilai spiritual, moral, etika, sikap, pengetahuan dan lainnya.
3) Kekeluargaan, yakni lebih mementingkan kepentingan bersama dan serta
49
kebersamaan, dalam satu kesatuan visi, misi dan tujuan BMT. Kemandirian
yang tidak terpengaruh oleh kepentingan pihak tertentu.
4) Profesionalisme dalam bekerja yang selalu dilandasi keimanan dalam
bermuamalah dalam menjadikan sifat rasulullah SAW sebagai tauladan.
5) Istiqomah dalam bekerja dan selalu berusaha sesuai prinsip syariah.
6) Silaturahmi dengan berbagai pihak/jaringan kerja selalu dijaga.
c. Fungsi BMT Mekar Dakwah
1) Fungsi sosial, yakni BMT sebagai institusi dakwah yang memiliki
kepedulian tinggi hingga kualitas spiritual dan moral meningkat.
2) Fungsi ekonomis, yakni BMT sebagai perantara manajemen dan keuangan
berbagai pihak demi kemaslahatan bersama.
3) Fungsi Ilmu Pengetahuan, yakni BMT jadi tempat pengembangan sumber
daya insani khususnya dalam muamalah sesuai syariah.
4) Fungsi pengembangan, yakni BMT motivator, pengaruh dan juga
pengembangan potensi sosial dan ekonomi masyarakat.
4. Target, Motto, dan Jargon BMT Mekar Dakwah
a. Target/Sasaran BMT Mekar Dakwah
1) Letak lokasi usaha meliputi: lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga
pendidikan dan lembaga usaha.
2) Pelaku usaha meliputi: perorangan, kelompok/komunitas serta badan usaha
dari mikro hingga menengah khususnya dan bila dimungkinkan makro,
50
baik formal maupun non formal.
3) Alokasi/Jenis usaha meliputi: produktif dan konsumtif.
4) Sektor usaha meliputi: bidang jasa, perdagangan, industri kecil dan
menengah, konsumtif dan lain-lain.
5) Bentuk usaha meliputi: dana kebajikan, dana talangan/bantuan, kemitraan
dan pemberdayaan.
6) Jangka waktu meliputi: jangka pendek, menengah dan panjang.
7) Wilayah usaha meliputi: Kecamatan Serpong khususnya hingga Kabupaten
Tangerang bahkan hingga skala nasional.
b. Motto BMT Mekar Dakwah
Motto BMT Mekar Dakwah yaitu: “Jujur Bermitra, Profesional Bekerja”
c. Jargon BMT Mekar Dakwah
Jargon BMT Mekar Dakwah yaitu: “Mekar Raih Prestasi, Bismillah!!!”
5. Identitas Lembaga
Nama : BMT Mekar Dakwah
Tanggal Berdiri : 12 Februari 2004
Akta Pendirian : 01/KUS-SMD/II/2004
Badan Hukum : 518/7/BH/DISKUK/2004
Domisili : 50