Post on 04-Nov-2021
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA SURAT KABAR TAHUN 2019 DALAM
TATARAN MORFOLOGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ANDRIANI IDRIS
105331109416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2020
MOTO
“Tidak ada kata malas untuk melakukan pekerjaan”
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya menuju surga, selama suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah
di antara rumah rumah Allah, di mana di antara mereka membaca kitab Allah dan
mempelajarinya maka Malaikat merendahkan sayapnya yang mendatangkan ketengan di
atas mereka.
(HR. Ibnu Majah) ”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada kedua orang tuaku,
saudara-saudara kandungku dan sahabat-sahabatku tercinta,
atas doanya maupun kesabarannya
menemaniku melalui proses panjang ini, hingga akhirnya
Keinginan dan cita-citaku dapat
Menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Andriani Idris, 2020. Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Kabar tahun 2019
dalam Tataran Morfologi Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammdiyah Makassar. Pembimbing I
Hambali Pembimbing II Andi Adam.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apa sajakah bentuk kesalahan berbahasa pada
surat kabar dalam tataran morfologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi Jenis penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian simak, baca dan catat. Data
penelitian ini berupa data kualitatif dengan sumber data yakni membaca surat kabar
edisi februari 2019. Data tersebut dianalisi dengan menggunakan metode pembacaaan
heuristik (menemukan arti) secara linguisti.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa
pada surat kabar tahun 2019 dalam tataran morfologi cukup banyak terjadi kesalahan-
kesalahan penulisan berupa : (1) kesalahan (meN, ter, ber, di-,), (2)sufiks (nya), (3) kata
depan (ke dan di), (4) kesalahan pleonasme. Wujud kesalahan bidang morfologi
didalamnya terdapat penghilangan afiks, bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak
diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, penggantian morf ,
penyingkatan morf. Pada kesalahan morfologi terkait terkait kata depan semuanya
mengandung ketidaktepatan penulisan kata depan. Sedangkan kesalahan morfologi
terkait dengan pleonasme berhubungan dengan pemakaian kata yang mubazzir.
Kata kunci : Kesalahan berbahasa tataran morfologi, surat kabar
viii
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Swt pencipta alam semesta
penulis panjatkan kehadirat-Nya, semoga salawat dan salam senantiasa tercurah pada
Rasulullah Muhammad saw , beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa
istiqamah untuk mencari ridha-Nya hingga di akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Kabar tahun
2019 dalam Tataran Morfologi” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Berbekal dari kekuatan dan ridha dari Allah Swt. semata, maka penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat menyadari
sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Oleh sebab itu, hanya dari
pertolongan Allah Swt. yang hadir lewat uluran tangan serta dukungan dari berbagai
pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih atas segala bantuan modal dan
spritual yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan teristimewa dengan
segenap cinta dan hormat ananda haturkan kepada ibunda Sitti Rosnah atas pengorbanan,
doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah terputus tercurah sejak penulis berada dalam
kandungan, detik ini dan hingga kapan pun. Berkat semua ini, penulis mampu
mengarungi hidup dengan penuh semangat dan harapan untuk menyongsong masa depan.
xi
9
Serta seluruh keluarga yang telah memberikan bimbingan, kasih sayang, dan doa.
Semoga tercatat sebagai amal ibadah di sisi Allah Swt.
Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan kepada
Drs. Hambali, S.Pd., M.Hum dan Andi Adam S.Pd., M.Pd. pembimbing I dan
pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan,
motivasi, arahan dan semangat kepada penulis sejak penyusunan skripsi hingga
terselesainya skripsi ini.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Abo Asse.,
M. Ag selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan Erwin Akib, M.Pd.,
Ph.D. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Munirah, M.Pd. dan Dr.
Muhammad Akhir, M.Pd. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, seluruh Dosen dan para Staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali
penulis dengan dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
Kakak dan adikku yang selalu menjadi motivasi untuk menjadi yang lebih baik.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada memberiku semangat dalam
melangkah yakni para sahabatku (Sunandari, Muawana, A.Gustiara, Putri Safitli, Anik
Wulandari) yang terkasih, kalian adalah sosok sahabat yang takkan penulis lupakan serta
seluruh rekan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2016 terkhusus
kelas C atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak selama saran dan kritikan tersebut sifatnya
membangun karena penulis yakin suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa
10
adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama
bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, Agustus 2020
Penulis
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 6
1. Penelitian Relevan ....................................................................... 6
2. Linguistik .................................................................................... 8
3. Analisis Kesalahan Berbahasa .................................................... 15
4. Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi ...................... 17
5. Konsep Media Cetak ................................................................... 27
12
6. Pengertian Surat Kabar ............................................................... 32
B. KARANGKA PIKIR ........................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 39
B. Data dan Sumber Data ...................................................................... 39
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 40
D. Teknik Analisis Data ......................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 43
B. Pembahasan ....................................................................................... 46
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 54
B. Saran .................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat
dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu
pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada
sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.
Keraf (2001) menyatakan ada dua pengertian bahasa. Pertama bahasa
sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersiat arbitrer. Tarigan
(2011) memberikan pula dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem
yang sistematis dan juga sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat
lambang-lambang manasuka atau simbol-simbol arbitrer.
Menurut Hikmah (2013), ragam bahasa berdasarkan sarana atau jalur
yang digunakan, terdapat ragam lisan dan ragam tertulis. Ragam bahasa lisan
adalah ragam bahasa yang dituturkan dengan indera mulut, sedangkan ragam
bahasa tertulis adalah ragam bahasa yang dituangkan melalui simbol-simbol atau
huruf. Perbedaan mendasar antara ragam bahasa lisan dan ragam baha tertulis
ialah bahasa lisan dan bahasa tertulis memiliki struktur yang tidak sama. Dalam
bahasa lisan, seseorang dapat dibantu oleh unsur-unsur nonlinguistik yang berupa
1
14
intonasi, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan lainnya, sedangkan dalam
bahasa tulis hal-hal tersebut tidak ada.
Ketika berkomunikasi diharapkan dapat melakukan komunikasi dengan
baik. Sering kali sesuatu yang bagus menjadi idaman, hampir setiap manusia itu
tidak selalu dapat terpenuhi semua, ada kalanya apa yang diinginkan manusia
terpenuhi. Dalam berbahasa pun sering terjadi hal demikian, tanpa disengaja
penutur mengucapkan kalimat. Begitu juga surat kabar dalam penulisan tanpa
disengaja menggunakan bahasa yang salah, ejaan yang salah, kalimat yang salah.
Menurut Tarigan (2011) mengemukakan bahwa menulis merupakan
padanan dari mengarang. Sedangkan mengarang merupakan keseluruhan
rangkaian kegiatan dalam mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami.
Surat kabar sebagai salah satu media massa yang menggunakan bahasa
untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan bahasalah segala
disajikan, meskipun ada pula beberapa variasi seperti gambar, diagram, table, dan
lainnya. Penulisan surat kabar harus memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan
bahasa Indonesia, harus memperhatikan kepaduan kalimat lainnya baik dari segi
yang dari segi bentuk maupun dari segi makna.
Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat di
samping media eletronik dan juga media digital. Dan di tengah dinamika
masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal
dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital.
Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen
15
yang menantikan informasi yang dibawanya. Jenis media cetak tersebut di
antaranya adalah Surat Kabar/ Koran , Majalah, tabloid.
Kesalahan berbahasa adalah kekhilafan dalam proses pembelajaran dan
pemerolehan suatu bahasa. Kesalahan berbahasa sendiri merupakan sebagai
bagian dari proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa dalam cara mendapatkan
dan pembelajaran merupakan proses yang mempengaruhi siswa dalam
mempelajari bahasa itu, Saddhono (2012). Kesalahan berbahasa merupakan
pemakaian bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis yang berada di luar
atau menyimpang dari faktor-faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam
bahasa Indonesia (Tarigan, 2012). Kesalahan berbahasa juga dapat diartikan
sebagai pemakaian bahasa yang melenceng dari kaidah kebahasaan yang berlaku
dalam bahasa itu sendiri. Kesalahn berbahasa bisa terjadi karena penutur belum
memahami linguistik secara benar, hal ini dikemukakan oleh Tarigan dan Djago
(dalam Ningsih, 2010).
Kesalahan berbahasa dapat terbentuk dalam setiap tataran linguistik, baik
dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Kesalahan
morfologi merupakan kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh pemilihan afiks,
penggunaan kata ulang, kesalahan penyusunan kata majemuk, dan salah memilih
bentuk kata (Tarigan, 2011). Hal ini disebabkan karena intervensi atau tekanan
dalam pemerolehan bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Kesalahan
yang sering terjadi dalam tataran morfologi adalah penulisan afiksasi. Afiksasi
merupakan peristiwa pembentukan kata dengan memberikan afiks pada bentuk
16
dasar kata (Muslich, 2008:). Afiks merupakan bentu terikat yang diapakai untuk
menurunkan kata.
Mahasiswa dituntut untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar dalam mengkomunikasikan ilmunya. Penentuan atau kriteria
berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dengan yang
dikatakan sebagai berbahasa baku. Kebakuan suatu bahasa sudah menunjukkan
masalah “baik” dan “benar” bahasa itu. Yang paling berperan dalam kegiatan
berbahasa adalah orang yang menggunakan bahasa tersebut (Setyawati, 2013 : 9).
Mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi akan memiliki keterkaitan
erat dengan tataran morfologi. Morfologi adalah bidang ilmu linguistik yang
menekuni bagian dari struktur bahasa yang melibatkan kata dan bagian-bagian
kata, yaitu morfem. Morfologi memiliki peran berharga dalam pembentukan
morfem dan kata sebagai dasar pembentukan frase, klausa, kalimat, paragraf, serta
wacana. Dengan demikian morfologi memiliki keleluasaaan dalam proses
pembuatan morfem dan kata, baik dalam morfem bebas maupun morfe terikat
(Rohmadi, 2009).
Hal ini baru dapat tercapai bila seluk-beluk kesalahan itu dikaji secara
mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang disebut analisis
kesalahan. Mengingat banyaknya aspek yang dapat diteliti dalam kegiatan analisis
kesalahan berbahasa, maka tidak semua aspek digunakan oleh peneliti. Peneliti
hanya meneliti kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi. Menyadari
permasalahan tersebut, maka peneliti berupaya untuk meneliti kesalahan
berbahasa dalam tataran morfologi pada media cetak surat kabar 2019.
17
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yakni apa sajakah bentuk kesalahan berbahasa pada surat kabar
tahun 2019 dalam tataran morfologi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian yakni untuk mendeskripsikan kesalahan
berbahasa pada surat kabar tahun 2019 dalam tataran morfologi?
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat baik itu dalam segi teoris dan
manfaat praktis yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu kajian studi
media cetak dalam analisis kesalahan berbahasa.
2. Manfaat Praktis
Menjadi bahan referensi dengan kajian yang berbeda dan juga memberikan
dorongan untuk gemar dalam membaca surat kabar.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Relevan
Penelitian relevan merupakan proses mencari permasalahan melalui
prosedur ilmiah. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan tolak ukur penelitian oleh sebab itu
tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangatlah penting untuk mengetahui
relevansi.
Penelitian Priyono (2012) berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang
Morfologi pada Mading di Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mendeksripsikan bentuk kesalahan berbahasa bidang
morfologi pada mading di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan kedua
yaitu mendeksripsikan pemilihan kata yang tepat (diksi) pada mading Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Teknik
dalam pemgumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi,
sedangkan metode simak digunakan untuk menyimak penggunaan bahasa,
kemudian menggunakan teknik catat untuk mencatat data-data yang penting untuk
dianalisis. Metode simak digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini
yaitu menggunakan metode agih. Metode agih merupakan metode yang alat
penentuanya dari bagian bahasa yang bersangkutan itu sendiri.
Persamaan dalam penelitian ini adalah aspek kajian yaitu sama sama
mengkaji tentang analisis berbahasa morfologi. Adapun perbedaannya terletak
6
19
pada objek kajian yaitu Yakub mengkaji tentang majalah dinding di Universitas
Muhammadiyah Surakarta sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengkaji
tentang surat kabar Harian Fajar 2019.
Penelitian Tri Maulida Wijayanti (2012) berjudul “analisis kesalahan
berbahasa bidang fonologi cerpen berdasarkan peristiwa yang dialami siswa kelas
IX A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Data dalam
penelitian ini yaitu semua kalimat dan paragraph yang mengandung kesalahan
penggunaan huruf, kesalahan penulisan partikel, klitik, lambang bilangan,
kesalahan penyukuan, dan kesalahan penulisan penggabungan kata pada cerpen
berdasarkan peristiwa yang dialami siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 8
surakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa cerpen berdasarkan
peristiwa yang dialami siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah Surakarta. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, dokumentasi, siak, catat. Teknik analisis yang
digunakan adalah metode padan intralingual.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti atau menganalisis
kesalahan berbahasa. Sedangkan , perbedaan penelitiann ini terletak pada
analisisnya, yaitu menganalisis kesalahan berbahasa bidang Fonologi Cerpen.
Berdasarkan peristiwa yang dialami siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah
Surakarta. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan menganalisis kesalahan
berbabahasa dalam tataran morfologi pada surat kabar Harian Fajar 2019.
Penelitian Muniroh (2011) berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa pada
Mading siswa SMP di Kecamatan kartasura”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
20
mengetahui kesalahan berbahasa pada majalah dinding siswa SMP di kecamatan
Kartasura yang meliputi kesalahan dalam bidang fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kesalahan dalam bidang fonologi,
morfologi, sintaksis dan kesalahan kalimat yang ada dalam majalah dinding.
Sumber data yang digunakan adalah mading-mading siswa SMP di kecamatan
Kartasura. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak, catat, dan
observasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) penulisan
pada majalah dinding di SMP Kecamatan Kartasura kurang efektif masih terdapat
banyak kesalahan berbahasa (2) Kesalahan Berbahasa yang meliputi: kesalahan
fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti atau menganalisis
kesalahan berbahasa. Sedangkan, perbedaan penelitian ini terletak pada
analisisnya, yaitu menganalisis kesalahan berbahasa pada mading menggunakan
beberapa analisis, sedangkan penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti adalah
menganalisis berbahasa pada surat kabar yang focus di bidang morfologi.
2. Linguistik
Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa. Linguistik berasal dari kata
lingua (bahasa Latin) yang berarti bahasa. Dalam bahasa Indonesia, ilmu
linguistik memiliki beberapa cabang ilmu, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, dan pragmatik. Fonologi ialah bidang linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Morfologi ialah cabang linguistik tentang
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Sintaksis adalah cabang linguistik
21
yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan. Unsur bahasa yang
termasuk dalam tataran sintaksis adalah frasa,klausa, dan kalimat. Semantik
adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna kata dan kalimat,
pengetahuan mengenai seluk-beluk dalam pengeseran arti kata.
a. Bahasa
Keraf (2001) menyatakan ada dua pengertian bahasa. Pertama bahasa
sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersiat arbitrer. Tarigan
(2011) memberikan pula dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem
yang sistematis dan juga sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat
lambang-lambang manasuka atau simbol-simbol arbitrer.
Bahasa memberikan kemungkinan yang lebih luas yang dapat diperoleh
dengan menggunakan media. Bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan melalui
alat ucap dan bunyi itu sendiri merupakan symbol atau lambang.
b. Fungsi Bahasa
Merurut Felicia (2010) dalam berkomunikasi sehari-hari, alat yang sering
digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulis. Baik bahasa lisan
maupun tulisan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat berkomunikasi alat untuk menyampaikan ide, pendapat, perasaan,
atau informasi kepada orang lain. Bila dilihat berdasarkan tujuannya, bahasa
memiliki fungsi artistik yaitu sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis
(keindahan) manusia melalui seni sastra. Alat yang digunakan oleh seorang
22
penulis dalam menyampaikan suatu ide atau informasi adalah berupa wacana.
Baik itu cerita pendek, novel, puisi, dll. Alat yang digunakan oleh seniman untuk
mengekspresikan ide dan perasaannya adalah dengan membuat karya seni. Baik
itu berupa lukisan, syair lagu dan instrument musik.
“Bahasa mempunyai fungsi-fungsi yang telah ditentukan dan digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu dan sebagai alat untuk
melalukan kontrol sosial” (Menurut keraf (2010).
1) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Awal mulanya, seorang anak menggunakan bahasa untuk menyuarakan
keinginannya atau perasaannya pada sasaran yang pasti yakni ayah-ibunya.
Melalui perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya
untuk menyuarakan kehendaknya, melainkan juga untuk berinteraksi dengan
daerah terdekatnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa baik untuk
mengekspresikan diri maupun berkomunikasi seorang penulis mengekspresikan
dirinya melalui tulisannya. Karya ilmiah adalah sarana pengungkapan diri seorang
ilmuwan untuk mengembangkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu yang
digemari. Jadi, kita dapat menulis untuk menyuarakan diri atau untuk mencapai
keinginan kita. Contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku merupakan hasil
ekspresi diri kita. Pada saat menulis, kita tidak memikirkan siapa pembacanya.
Cukup hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah
tulisan itu di mengerti orang lain atau tidak. Akan tetapi, saat menulis surat
23
kepada orang lain kita perlahan memikirkan kepada siapakah surat itu akan
diberikan. Lalu memilih cara berbahasa yang berbeda terkhusus untuk orang yang
kita hormati dibandingkan dengan tehnik berbahasa kepada teman kita.
Menggunakan bahasa adalah cara menyuarakan diri, seorang pemakai
bahasa tidak harus mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi
pendengar, pembaca, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya
untuk kepenting diri sendiri. Hal ini berbeda dari fungsi berikutnya yakni bahasa
sebagai alat komunikasi.
Sebagai alat menyatakan eksperi diri, bahasa menyatakan secara terbuka
segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurag-kurangnya untuk
memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara
lain :
a) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita.
b) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari
menyuarakan diri. Komunikasi tidak akan sesuai bila ekspresi diri tidak diterima
atau di mengerti oleh khayalak ramai. Pada komunikasi pula mampu mempelajari
dan mewarisi hal-hal yang sebelumnya diraih oleh nenek moyang terdahulu, serta
hal yang diraih oleh orang-orang yang zamannya sama dengan kita.
“Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud
dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia
24
mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan
mengarahkan masa depan.” ( Keraf, 2004).
Penggunakan bahasa sebagai alat berinteraksi antar penutur dan lawan
tutur sudah memiliki tujuan tertentu. Hal yang ingin dimengerti oleh orang lain
dan ingin menyampaikan gagasan yang diterima oleh orang lain. Selain itu, ingin
membuat orang lain percaya terhadap pandangan kita, serta ingin memengaruhi
orang lain lebih jauh lagi dan ingin orang lain menilai hasil pemikiran kita. Maka,
pembaca, pendengar atau khalayak sasaran menjadi poin utama. Menggunakan
bahasa dengan memerhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran utama.
Pada saat kita memakai bahasa untuk berinteraksi, antara lain juga harus
memilah apakah bahasa yang kita gunakan layak atau tidak. Maka, seringkali kita
mendengar istilah ``bahasa yang komunikatif``. Misalnya, kata makro hanya
dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau
luas lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum. Oleh karena itu kata besar,
luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.
Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa
kita misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Sebagai alat ekspresi diri dan alat komunikasi sekaligus pula merupakan
alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa kita dapat menunjukkan
sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal-usul bangsa dan negara
kita. Bahasa menjadi cerminan diri kita, baik bangsa dan diri sendiri.
3) Bahasa sebagai Alat Integrasi Dan Adaptasi Sosial
25
Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula
manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan
dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang
dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghidari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi
yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi(pembauran) yang sempurna
bagi tiap individu dengan masyarakat.
Bahasa selain berfungsi untuk alat komunikasi, berfungsi juga sebagai alat
integrasi dan interaksi sosial. Pada saat berinteraksi dalam lingkungan sosial, kita
akan memilih bahasa yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi.
Menggunakan bahasa pasti akan berbeda dengan orang lain. Kita akan
menggunakan bahasa yang nonformal di lingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa formal dan santun terhadap orang tua atau orang yang kita
hormati.
Mempelajari bahasa asing, pada saat itu pula kita berusaha mempelajari
cara memakai bahasa tersebut. contohnya, pada situasi apa kita akan memakai
kata tertentu. Mana saja kata yang santun dan tidak santun. ketika berbahasa
Indonesia kita bisa menyapa seseorang dengan kata kamu, sodara, bapak, atau
anda. Berbeda bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di
lingkungan pergaulan orang Indonesia. Menggunakan kata kamu ketika menyapa
26
seorang pejabat merupakan hal yang tidak tepat dalam pemilihan redaksi kata. Hal
ini juga berlaku ketika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai salah
menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan
menguasai suatu bangsa, kita akan mudah dalam berbaur dan menyesuaikan diri
dengan bangsa tersebut.
4) Bahasa Berfungsi sebagai Alat Kontrol Sosial
Bahasa sebagai alat kontrol sosial merupakan hal yang sangat efektif.
Kontrol sosial ini dapat digunakan pada diri sendiri atau kepada masyarakat.
Contohnya penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui
bahasa, bahkan buku-buku pelajaran dan buku-buku intruksi merupakan contoh
penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa
sebagai alat kontrol sosial. Selain itu yang merupakan alat control sosial yakni
orasi ilmiah maupun politik. Dalam acara bincang-bincang (talkshow) acara di
televisi dan radiopun mengunakan bahasa sebagai alat kontrol. Bahkan Iklan atau
layanan sosial. Hal itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada
kita cara memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang
baik. Oleh karena itu, belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan
orang lain mengenai suatu hal.
Meredamkan amarah dengan cara menulis merupakan salah satu contoh
fungsi bahasa sebagai alat Kontrol. Menulis merupakan salah satu cara yang
sangat efektif untuk meredahkan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa gelisah dan
marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya rasa marah kita
27
berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas
dan tenang.
3. Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu untuk menjawab
bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pelanggaran
terhadap sistem bahasakan terjadi kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa
merupakan masalah yang tidak sederhana.Sering ditemukan kesalahan berbahasa,
baik yang terdapat di dalam ragam lisan maupun ragam tulis.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Setyawati (2010)
mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa,baik
secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor komunikasi atau
menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tatabahasa
Indonesia yang meliputi: kesalahan kata, kalimat,dan kesalahan penggunaan ejaan
yang menyimpang dari sistem ejaan yang sudah ditetapkan di dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Kesalahan Bidang Morfologi Kaidah atau aturan
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan
dalam buku-buku tatabahasa. Tata cara pembentukan kata pada pengajaran bahasa
di sekolah pun diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua
bentukan kata dalam bahasaIndonesia telah dilakukan dengan proses yang benar
sesuai kaidah yang berlaku.
Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita jumpai bentukan kata yang
menyimpang dari kaidah (Setyawati, 2010). Baik ragam tulis maupun ragam lisan
dapat terjadi kesalahan dalam pembentukan kata tataran morfologi. Kesalahan
28
berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Klasifikasi
kesalahan dalam tataran morfologi, anatara lain: a. penghilanagan afiks, b. bunyi
yang seharusnya luluh tapi tidak diluluhkan, c. peluluhan bunyi yang seharusnya
tidak luluh, d. penggantian morf, e. penyingkatan morfem-, {men-},{meng-
},{meny-}, dan {menge-}, f. pemakaian afiks yang tidak tepat, g. penentuan
bentuk dasar yang tidak tepat, h. penentapan afiks yang tidak tepat pada gabungan
kata, dan i. pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.
Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ( 2006) ejaan didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)
serta penggunaan tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan
cara mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur
huruf menjadi satuan yang lebih besar, minsalnya kata, kelompok kata, atau
kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca pada
satuan-satuan huruf tersebut. (Setyawati, 2010).
Berikut ini berturut-turut akan penulis kemukakan kesalahan dalam
penerapan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Di antaranya: a. kesalahan
penulisan huruf besar atau huruf kapital, b. kesalahan penulisan huruf miring, c.
kesalahan penulisan kata, d. kesalahan pemenggalan kata, e. kesalahan penulisan
lambang bilangan, f. kesalahan penulisan unsur serapan, dan g. kesalahan
penulisan tanda baca (Setyawati, 2010). Ejaan Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2006) ejaan didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk lambang atau tulisan serta
29
penggunaan tanda baca. Sementara itu, Kosasih (2007) mendefinisikan bahwa
ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang pelambangan bunyi ujaran dan
hubungan antara lambang-lambang itu. Secara garis besar, ejaan berkaitan dengan
pemakaian dan penulisan huruf, penulisan unsur serapan, pemakaian tanda baca.
4. Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi
Verhaar (2001) menyatakan bahwa cabang linguistik yang disebut
morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal. Satuan minimal gramatikal dinamakan morfem.
Brataatmaja (1987) menyebutkan morfologi adalah suatu disiplin ilmu
atau cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari tentang morfem, dan susunan
maupun bentukan kata. Morfem ialah suatu bentuk bahasa terkecil yang
mengandung arti. Jadi morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata. Dengan kata lain morfologi mempelajari seluk beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-peruahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik.
Kesalahan berbahasa tataran morfologi berkaitan dengan kesalahan pada
tata kata. Kesalahan berbahasa tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal.
Tarigan (2009) menyatakan bahwa kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat
dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau
kata majemuk.
Morfem yang bersifat reflasif yaitu morfem yang berubah bentuk atau
berganti bentuk asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh
perubahan waktu atau jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa
30
Inggris. Untuk jamak biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk
/fiyt/, mays/, men/ masing-masing merupakan dua morfem /f..t/, m..s/,/m…n/ dan
/iy.. u/,ay.. aw/,e/ae/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing
kaki, tikus, dan orang, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-
alomorf jamak.
Morfem bersifat subtraktif, misalnya terdapat dalam bahasa perancis,
dalam bahasa ini bentuk ajektif yang digunakan pada bentuk betina dan jantan
secara ketatabahasaan.
a) Ditinju dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem dapat dibagi menjadi tiga yakni ;
morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga morfem ini akan jelas
bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh :
1) Morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu
/ber/+/an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni terdapat setelah dan
sesudah.
2) Morfem bersifat sisipan dapat dilihat dari kata /telunjuk/. Bentuk tunjuk
merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk jika diuraikan maka
menjadi /t.., unjuk/+/el/.
Morfem simultan disebut morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata
seperti /kehujanan/. /kesiaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /kehujanan/ terdiri dari
/ke…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /sian/. Bentuk
/ka-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena
31
bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /kehujan/ atau /hujanan/ maupun /kesian/
atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous
morpheme ).
Kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah
memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk,
dan salah memilih bentuk kata (Tarigan, 2009). Menurut pateda (2002) kesalahan
pada bidang morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata . dalam bahasa
Indonesia kesalahan pada bidang morfologi akan menyangkut derivasi, diksi,
kontaminasi, dan pleonasme.
Kesalahan yang berhubungan dengan derivasi di antaranya kesalahanan
yang terkait afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Kesalahan yang berhubungan
dengan afiksasi berupa penambahan pre-fiks, su-fiks, kon-fiks. Selain itu,
kesalahan yang berhubungan dengan reduplikasi diantaranya penulisan kata
ulang. Kesalahan yang berkenan dengan derivasi. Khususnya kata yang
mengandung sisipan lebih sering terjadi. Hal ini disebabkan kata-kata yang
mendapatkan sisipan dalam bahasa Indonesia jumlahnya terbatas. Di sisi
lainterdapat kata-kata yang secara sepintas seperti mengandung sisipan –el, -er,
atau –em.. kesalahan lain yang terkait dengan derivasi, misalnya
penggunaanimbuhan di antaranya penggunaan kata-kata seperti lantik, jumpa,
menyolok, mentargetkan, dikntrakan, menghimbau, dan lain-lain dalam suatu
kalimat (Markhamah, 2010).
a. Penulisan Prefiks meN-
32
Kata yang dasarnya berfonem awal /p/, /s/, /k/, atau /t/ sering ditemukan
tidak luluh ketika bertemu awalan meN- contoh kata mentargetkan .
Contoh :
Bentuk Salah:
Pada tahun 2015 pemerintah mentargetkan bangsa Indonesia terlepas
dalam segala segi kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, kebudayaan,
keamanan dan sosial.
Bentuk Benar :
Pada tahun 2015 pemerintah menargetkan bangsa Indonesia terlepas dalam
segala segi kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, kebudayaan, keamanan,
dan sosial.
1) Penulisan Gabungan Prefiks men- dengan sufiks kan-
Unsur pembentukan memasyarakat adalah pre-fiks “men”- dan su-fiks
“kan”- secara terstruktur diletakkan kata masyarakat unsur mengolaragakan
merupakan prefiks “men-“ dan sufiks “kan-“ yang digabungkan pada kata
olahraga ( Markhamah, 2010).
Contoh
Bentuk Salah:
a) Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.
Bentuk Benar
33
a) Memasyakatkan olahraga dan memperolahragakan masyarakat.
2) Penulisan Prefiks ter-
Kata yang seharusnya berprefiks ter- sering diberi prefix ke-
Contoh
Bentuk Salah
a) Kamu jangan ketawa terus.
Bentuk Benar
a) Kamu jangan tertawa terus
3) Penulisan Gabungan Prefiks di- dengan sufiks –kan
Contoh
Bentuk Salah
a) Rumah ini akan di kontrakan.
Bentuk Benar
a) Rumah ini akan dikontrakkan.
4) Penulisan Sufiks -wan
Pemakaian bahasa sering terjadi jika menulis sufiks wan- yang
ditambahkan pada kata dasar yang tidak tepat.
34
Contoh:
Bentuk Salah:
a) Untuk membina mental generasi muda harus diperlukan peranan aktif
kepada rohaniawan.
Bentuk Benar:
a) Untuk membina mental generasi muda harus diperlukan peranan aktif
kepada rohaniwan.
5) Penulisan prefiks ber-
Jika kata tanpa prefiks ber-,dalam bahasa tulis atau lisan ragam resmi,
bentuk kalimat itu tentu tidak benar.
Contoh :
Bentuk Salah
a) Dani akan jumpa lagi dengan ibunya.
b) Mereka akan kumpul di rumah Dani.
Bentuk Benar
a) Dani akan berjumpa lagi dengan ibunya.
b) Mereka akan berkumpul di rumah Dani.
6) Penulisan Su-fiks “–ir”
Pemakaian sufiks “–ir” sangat produktif dalam penggunaan bahasa
Indonesia sehari-hari.
Contoh :
Bentuk Salah
35
a) Ijazah Saudara harus dilegalisir terlebih dahulu oleh dekan Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Bentuk Benar
a) Ijazah Saudara harus dilegalisasi terlebih dahulu oleh dekan Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
7) Pemakaian Sufiks “–kan”
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa kata yang diakhiri dengan fonem /k/
misalnya kontrak, suntik, dan sebagainya.
Contoh :
Bentuk Salah
a) Rumah ini akan dikontrakan.
Bentuk Benar
a) Rumah ini akan dikontrakkan.
8) Pemakaian Sufiks “–nya”
Kata yang hanya digunakan dalam bahasa lisan atau bahasa langsung yang
nonformal yakni kata tentunya dan karenanya.
Contoh :
Bentuk Salah
a) Saya belum yakin mengenai kekuatan Indonesia, namun tentunya sudah
bagus.
36
Bentuk Benar
a) Saya belum yakin mengenai kekuatan Indonesia, namun tentu sudah
bagus.
9) Pemakaian Simulfiks “ke”- dan “an-“
Bentuk salah
a) Alasannya yang penting ada kecocokkan di antara keduanya.
b) Orang tua itu tentu berkedudukkan sebagai kepala desa di daerahnya.
Bentuk Benar
a) Alasannya yang penting ada kecocokan di antara keduanya.
b) Orang tua itu tentu berkedudukan sebagai kepala desa di daerahnya.
10) Pemakaian Simulfiks per/-an
Contoh :
Bentuk Salah
a) Dani menjadi pemenang juara pertama lomba lari kategori perorangan.
Bentuk Benar
a) Dani menjadi pemenang juara pertama lomba lari kategori perseorangan.
11) Pemakaian simulfiks peng-/an
Contoh :
Bentuk Salah
a) Sampai kapanpun saya akan berjuang hingga titik darah pengabisan.
Bentuk Benar
a) Sampai kapanpun saya akan berjuang hingga titik darah penghabisan.
37
12) Pemakaian campuran Prefiks “meng-“ dengan sufiks “–I”
Contoh :
Bentuk Salah
a) Seorang direktur membawahi lima orang di rektur jendral
b) Lima orang direktur jedral mengataskan direktur
Bentuk Benar
a) Seorang direktur membawahkan lima orang di rektur jedral
b) Lima orang direktur jedral mengatasi direktur
13) Penghilangan prefix men-
Contoh :
Bentuk Salah
a) Penyelundupan itu berusaha yuap petugas, tetapi petugas menolaknya.
b) Ia dapat nyusul lawan-lawannya melampaui garis finis.
Bentuk Benar
a) Penyelundupan itu berusaha menyuap petugas, tetapi petugas menolaknya.
b) Ia dapat menyusul lawan-lawannya melampaui garis finis.
14) Kesalahan karena Kerancuan Kata
Contoh :
Bentuk Salah
a) Guru disekolah ini tidak mempelajarkan bahasa Arab.
Bentuk Benar
a) Guru disekolah ini tidak mengajarkan bahasa Arab.
15) Kesalahan Penulisan Kata Depan
38
Contoh :
Bentuk Salah
a) Dimana ada Ana, disitu ada rian.
b) Ibu sedang memasak didapur.
Bentuk Benar
a) Di mana ada Ana, di situ ada rian.
b) Ibu sedang memasak di dapur.
16) Kesalahan karena Pleonasme
Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubadzir (berlebihan) yang
sebenarnya tidak perlu untuk penegas arti maupun hanya sebagai gaya.
Beberapa contoh bentuk kesalahan pleonasme:
Contoh :
Bentuk Salah
a) Tunggu sebentar lagi saya akan turun ke bawah.
Bentuk Benar
a) Tunggu sebentar lagi saya ke bawah.
Bentuk Jamak
Contoh :
Bentuk Salah
b) Menteri luar negeri akan berkunjung di berbagai negara-negara
tetangga.
Bentuk Benar
b) Menteri luar negeri akan berkunjung di berbagai negara tetangga.
39
Contoh :
Bentuk Salah
c) Gadis itu sangat cantik sekali.
Bentuk Benar
c) Gadis itu sangat cantik.
5. Konsep Media Cetak
a. Pengertian Media Cetak
Media tertua yang kita ketahui saat ini yakni media cetak. Media cetak di
awali dengan media yang disebut dengan Acta Diuna dan Acta Senantus .
Dikerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Gutternberg
menciptakan beberapa media surat kabar, tabloid, dan majalah ketika menemukan
mesin cetak.
Media cetak adalah segala bentuk cetak yang digunakan untuk wadah
menyampaikan informasi seperti yang telah diketahui jenis-jenis media cetak pada
dasarnya.
Sejarah media modern berawal dari buku cetak. Meskipun pada awalnya
upaya percetakan buku hanyalah merupakan upaya penggunaan alat teknik untuk
memproduksi teks yang sama atau hampir sama yang telah disalin dalam jumlah
yang besar namun itu tentu saja masih dapat disebut semacam revolusi. Lambat
laun perkembangan buku cetak mengalami perubahan dalam segi isi semakin
bersifat sekular dan praktis. Kemudian semakin banyak pula karya popular,
khususnya dalam wujud brosur dan pamplet politik dan agama yang ditulis dalam
bahasa daerah yang ikut berperan dalam proses transformasi abad pertengahan.
40
Jadi, pada masa terjadinya revolusi dalam masyarakat buku pun ikut memainkan
peran yang tidak dapat dipisahkan dari proses revolusi itu sendiri.
Setelah dua ratus tahun ditemukannya percetakan di situlah hal yang
sekarang ini kita ketahui sebagai surat kabar prototif mampu dijeniskan dengan
surat edaran, pamplet, dan buku berita akhir abad dua puluh dan abad dua puluh
satu. Pada dasarnya, terlihat bahwa suratlah yang menjadi bentuk pertama dari
surat kabar, bukannya lembaran yang berbentuk buku, surat edaran diedarkan
melalui pelayanan pos yang belum sempurna dan berperan terutama untuk
menyebarluaskan berita menyangkut peristiwa yang ada hubungannya dengan
perdagangan internasional. Jadi, munculnya surat kabar merupakan
pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia
diplonasi dan lingkungan dunia usaha.
Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap bersifat
komersial (dijual secara bebas) bertujuan banyak (memberi informasi, mencatat,
menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-decus) bersifat umum dan terbuka.
Dalam konsep pengertian diatas, media cetak (surat kabar dan majalah) memiliki
kadar inovasi yang lebih tinggi daripada buku cetak-penemuan (invensi) bentuk
karya tulis, sosial dan budaya baru meskipun pada masa itu pandangan yang
muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar jika dibandingkan dengan
sarana komunikasi budaya lainnya terletak pada individual, orientasi, pada
kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai-nilai) dan kecocokannya dengan tuntutan
kebutuhan kelas sosial baru yakni kebututuhan pada usahawan kota dan orang
professional.
41
Kualitas kebaruannya bukan terletak pada unsur teknologi atau cara
distribusinya melainkan pada fungsinya yang tepat bagi kelas sosial tertentu yang
berada dalam iklim kehidupan yang berubah dan suasana yang secara sosial dan
politis lebih bersifat permisif (terbuka). Sejarah perkembangan surat kabar serta
majalah selanjutnya dapat dipaparkan sebagai serangkaian perjuangan, kemajuan,
dan pengulangan yang mengarah ke iklim kebebasan atau bisa juga diliht sebagai
kelanjutan dari sejarah kemajuan ekonomi dan teknologi.
Unsur-unsur penting dalam sejarah pers yang mempengaruhi batasan surat
kabar dan majalah modern akan disajikan pada paragraf selanjutnya. Memang
sejarah perkembangan pers setiap bangsa tidak mungkin dipaparkan dalam satu
pemaparan ringkas. Terlepas dari hal tersebut patut dicatat bahwa unsur-unsur
penting tersebut yang sering kali berbaur dan berinteraksi satu sama lain
merupakan faktor penetu dalam perkembangan indtitudi pers tentu saja dengan
kadar pengaruh yang berbeda-beda.
b) Sejarah Media Cetak
Penemu pertama media cetak adalah Johannes Guttenberg pada taun 1455
terutama di Negara Eropa. Perkembangan awal terlihat dari penggunaan daun dan
tanah liat sebagai medium bentuk media sampai percetakan Guttenberg mulai
mencetak Bible melalui teknologi cetak yang telah ditemukannya. Teknologi
mesin cetak Guttenberg mendorong juga peningkatan produksi buku menjadi
hitungan yang tidak sedikit. Teknologi percetakan sendiri menciptakan
momentum yang justru menjadikan teknologi ini semakin mendorong dirinya
untuk berkembang lebih jauh lanjutan dari perkembangan awal media cetak
42
adalah dimana perkembangan teknologi yang belum berkembang yaitu media
cetak dibuat memakai mesin tik untuk membuat suatu iklan produk sedangkan
gambar-gambar atau animasi yang memperbagus iklan produk itu dibuat secara
manual dengan menggunakan pena.
Tanda-tanda perkembangan media cetak adalah melek huruf (kemampuan
untuk baca-tulis ). Memang melek huruf adalah kondisi yang dipunyai oleh kaum
elite. Bahasa yang berkembang pun hanya beberapa bahasa pokok, bahasa latin –
misalnya. Perkembangan pendidikan pada abad 14 juga mendorong
perkembangan orang yang melek huruf. Perkembangan media cetak sekarang
yaitu didukungnya perkembangan teknologi yang sudah berkembang, sehingga
dapat memudahkan orang untuk membuat suatu iklan yang lebih kreatif dan
atraktif.
c) Kelebihan dan Kelemahan Media Cetak
1) Kelebihan Media Cetak
Setiap media memiliki kelebihan masing-masing, media cetak juga
memiliki kelebihan dibanding media elektronik. Kelebihan media cetak secara
umum dibandingkan media elektronik terletak dari “daya tahan” informasi. Dari
berbagai jenis media massa, media cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki
oleh media lain. Hasil cetakan tersebut permanen dan bisa disimpan sehingga
pembaca bisa mengulanginya sampai mengerti isi informasi yang disampaikan
tanpa biaya tambahan. Selain itu halaman media cetak menurut Mondry bisa
terus ditambah diperlukan.
43
Surat kabar harian memiliki kelebihan lebih bila khusus lagi
dibandingkan dengan media cetak lain sesuai periodesasi terbitnya, informasi
surat kabar harian diterima pembaca setiap hari sehingga informasi diperoleh terus
secara berkesenambungan. Informasi yang disampaikan surat kabar harian lebih
lengkap dibanding radio dan televisi. Dengan halaman yang cukup banyak apalagi
kini banyak surat kabar yang terbit dengan 32 halaman atau lebih, informasi
tentang suatu peristiwa yang dapat diberitakan secara mendalam dari berbagai sisi,
sedangkan radio dan televisi butuh jam tayang khusus untuk melakukan hal itu.
Tabloid dan majalah yang periodesasi terbit lebih lama dibandingkan
surat kabar, yang berusaha menampilkan informasi yang lebih lengkap lagi juga
dengan gaya penulisan feature yang lebih memikat sehingga tetap disukai
pembaca.
2) Kelemahan Media Cetak
(a). Lambat dan Tidak Langsung
Kelebihan media elektronik sebenarnya merupakan kelemahan media
cetak. Informasi media cetak tidak bisa cepat dan langsung. Berita media cetak
baru kaan diterima khalayak sesuai periodesasinya.s Surat kabar harian terbit
setiap hari, informasinya diterima publik sehari hanya sekali, tabloid atau majalah
mingguan berarti informasinya diterima masyarakat seminggu sekali. Hal ini
membuat para pembaca mengalami sedikit hambatan informasi.
(b). Jauh
Informasi yang disampaikan media cetak terkesan “jauh” karena pembaca
tidak dapat mengetahui secara langsung peristiwa yang disampaikan media
44
elektronik. Guna mengatasi kekurangan media ccetak menampilkan foto-foto
yang menarik guna mengimbangi tayangan televisi juga memuat tulisan atau
informasi yang lengkap bahkan dengan penulisan feuture guna mengimbangi
informasi media elektronik.
( c) Tidak akrab
Pada media cetak tidak akrab karena tidak ada penyiar yang
menyampaikan tetapi harus disiarkan oleh diri sendiri. Sebagai sumber informasi
jajaran redaksi tidak ada yang akrab dengan pembaca bahkan mungkin tidak kenal
sama sekali. Berbeda dengan penyiar atau pembaca berita televisi atau radio tentu
banyak yang kenal minimal suaranya, bahkan mengidolakan mereka.
(d) Tidak fleksibel
Membaca informasi media cetak tentu tidak bisa dilakukan sambil
mengendarai kendaraan sehingga bisa dikatakan tidak fleksibel sedangkan radio
bisa mendapatkan informasinya. Perbandingan kelemahan antara surat kabar,
tabloid, dan majalah pada umumnya terkaid periode dan halaman. Hal serupa juga
terjadi antara tabloid yang umunya terbit dengan majalah yang dua kali seminggu
atau bulanan isi majalah lengkap dan bahasanya lebih dalam.
d) Surat Kabar Harian
a. Pengertian Surat kabar
Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi
di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya
termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk
diketahui pembaca.
45
Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikkan dengan pers namun
pengertian pers sudah luas dimana media elektronik sekarang ini sudah
dikategorikan dengan media juga. Untuk itu pengertian pers dalam arti sempit
pers hanya meliputi media cetak saja salah satunya adalah surat kabar.
Menurut Onong Uchjana Effendy mengemukakan bahwa surat kabar adalah
lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-
ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa
saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca”.
Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada
umumnya yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.
Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada
pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai
beberapa hal sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan
dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.
b. Ciri – ciri Surat Kabar
Ciri-ciri surat kabar menurut Lasa (2000) sebagai berikut:
1) Publisitas adalah terbitan ini disebarluaskan kesegenap lapisan
masyarakat, dengan tidak memandang pendidikan, pangkat, agama,
maupun aliran politik. Sasaran pembacanya dari kalangan rendah
sampaikalangan tinggi.
2) Periodik adalah surat kabar terbit dalam waktu yang tetap atau periodik,
tiap hari, seminggu tida kali dan sebagainya.
46
3) Universal adalah harian menyajikan informasi dalam berbagai bidang.
Misalkan soal pendidikan, politik, ekonomi, kebudayaan, pertanian,
hiburan dan lain sebagainya.
4) Actual adalah berita artikel maupun masalah yang dimuat oleh surat
kabar dipilih yang masih hangat, sedang di bicarakan orang. Artinya,
peristiwa itu sedang dalam pembicaraan masyarakat atau baru saja
terjadi. Peristiwa , foto-foto yang ditampilkan pada harian merupakan
laporan tentang kejadian, peristiwa semakin cepat diketahui masyarakat
akan menyenangkan pembaca dan menaikkan kualitas berita itu sendiri.
c. Fungsi Surat Kabar
Surat kabar adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi
pers berarti juga fungsi jurnalistik yang merupakan salah satu bentuk komunikasi
massa. Pada zaman modern sekarang ini tidak hanya mengelolah berita tetapi juga
aspek-aspek lainnya untuk isi surat kabar.
Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi tetapi juga
mendidik, menghibur dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan
tertentu.
1) Fungsi Menyiarkan Informasi
Fungsi yang pertama dan utama surat kabar yaitu menyiarkan informasi.
Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar dikarenakan
membutuhkan informasi berbagai hal dimasyarakat ini mengenai peristiwa yang
terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang
dikatakan orang lain, dan lain sebagainya.
47
2) Fungsi Mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa (mass education). Surat kabar memuat
tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca
menjadi bertambah pengetahuannya.
Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita dapat juga
secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita
bersambung atau bergambar juga dapat mengandung unsur pendidikan.
3) Fungsi menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar, untuk
mengimbangi berita-berita lempang (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot.
Isi surat kabar yang berisi hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bergambar,
pojok, teka-teki silang, karikatur, dan kadang-kadang tajuk rencana.
Tujuan pemuatan isi yang mengandung hiburan itu semata-mata untuk
melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca disuguhi berita dan artikel yang
berat.
4) Fungsi mempengaruhi
Fungsi yang ke empat ini yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan
surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi
mempengaruhi dari surat kabar secara implisit terdapat pada berita sedangkan
secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.
48
5) Karakteristik Surat Kabar
(a). Publistas
Pengertian publisitas ialah bahwa surat kabar diperuntukkan untuk umum
karena berita, tajuk rencana, artikel, dan lainnya harus menyangkut kepentingan
umum (Effendy, 2006). Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan
dapat diterima khalayak yang tersebar di berbagai tempat karena pesan tersebut
penting untuk diketahui umum atau menarik bagi khalayak pada umumnya.
Dengan demikian semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan
umum atau menarik untuk umum adalah layak untuk disebarluaskan. Pesan
melalui surat kabar harus memenuhi kriteria tersebut (Ardianto & Erdiyana,
2005). Karena alasan tersebut maka terbitan berkala dengan kualitas kertas dari
organisasi atau universitas tertentu tidak berpredikat surat kabar atau pers karena
diperuntukkan khusus bagi civitas akademika universitas tersebut.
(b). Periodesitas
Periodesitas menunjukkan pada keteraturan terbitnya bisa harian,
mingguan atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media
massa khususnya surat kabar (Ardianto & Erdiyana, 2005). Suatu penerbitan
disebut surat kabar jika terbitnya secara teratur. Tidak menjadikan persoalan
apakah terbitnya di negara-negara yang sudah maju syaratnya ialah harus teratur
(Effendy, 2006).
49
(c ). Universalitas
Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat
kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia
dan tentang aspek kehidupan manusia (Effendy, 2006).
Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya yang beraneka ragam
dan dari seluruh dunia. Dengan demikian isi surat kabar meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan,
keamanan dan lainnya. (Ardianto & Erdiyana, 2005).
(d). Aktualita
Aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di
masyarakat kepada khalayak (Effendy, 2006). Fakta dan peristiwa penting atau
menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan karena khalayak pun
memerlukan informasi yang paling baru (Ardiyanto & Erdiyana, 2005).
(e ). Terdokumentasikan
Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun
dalam alenia, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak
pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam
sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulang bisa
dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu
(Effendy, 2006). Dari fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau
artikel dapat dipastikan ada beberapa diantaranya oleh pihak-pihak tertentu
50
dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping (Ardiyanto & Erdiyana,
2005).
B. Kerangka Pikir
Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di
masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik yang sifat umum isinya termasa
dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui
pembaca.
Tujuan hendak dicapai dalam penelitian ini untuk menganalisis Kesalahan
berbahasa pada surat kabar tahun 2019 Dalam Tataran Morfologi. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut ini
Bagan Kerangka Pikir
Media cetak
Majalah Surat Kabar Tabloid
Analisis Kesalahan Berbahasa
Morfologi
Temuan
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. “Penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari
kelompok tertentu yang dapat diamati” (Menurut Moleong). Data deskriptif yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah menggunakan data yang berupa kata-kata,
frase, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan angka-angka.
“Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan
untuk menganalisis bahasa antara (interlanguage) pembelajar bahasa” (Pranomo
(1996). Lebih lanjut Pranomo memaparkan bahwa analisis kesalahan berbahasa
merupakan usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar
dengan mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan
berbahasa yang mereka lakukan dalam proses menguasai bahasa kedua.
B. Data dan Sumber Data
1. Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta ataupun angka
(Arikunton 2013). Data dalam penelitian sastra menurut Sangidu (2004) adalah
bahan penelitian atau lebih tepatnya bahan jadi penelitian yang terdapat dalam
karya-karya sastra yang akan diteliti. Pengertian lain tentang data adalah sumber
informasi yang akan diseleksi sebagai bahan analisi. Oleh karena itu, kualitas data
39
52
ketepatan pengambilan data tergantung pada ketajaman menyeleksi yang dipandu
oleh penguasa konsep atau teori (Siswantoro 2017).
Wujud data dalam penelitian ini adalah tulis berbentuk kata, frasa, dan
kalimat. Setiap penelitian memerlukan data, karena data merupakan hal yang
sangat berguna untuk mengetahui hasil penelitian. Berdasarkan masalah yang
telah dirumuskan maka data yang diperoleh adalah kesalahan berbahasa dalam
novel
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah
ada. Data sekunder dapat diperoleh berbagai sumber seperti surat kabar 2019.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh. Sumber
data dalam penelitian ini surat kabar Harian Fajar, Tribun Makassar, Bkm Sidrap
tahun 2019 .
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data
sebagai berikut;
1. Membaca surat tahun 2019 berulang-ulang untuk menghindari penafsiran
yang tidak sesuai dengan topik yang akan diteliti.
2. Mengidentifikasi surat kabar tahun 2019 ( berupa kesalahan berbahasa dalam
tataran morfologi ).
53
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang diperlukan yakni analisis dekriptif kualitatif.
Penelitian yang menjabarkan poin-poin berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan, baik berupa kalimat maupun paragraf yang ditemukan dalam surat
kabar tahun 2019. Pembacaan dilakukan dengan membaca mulai awal hingga
akhir, setelah itu mengingat-ingat kembali poin-poin penting atau kejadian-
kejadian yang terdapat pada teks yang sudah dibaca .
Langkah awal dalam penelitian ini adalah dengan membaca surat kabar
berulang-ulang secara heuristik. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk
menemukan data kesalahan berbahasa dalam surat kabar.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi kesalahan
berbahasa dalam surat kabar. Sesuai dengan metode analisis deskripsi, unsur yang
dianalisis yaitu aspek kesalahan berbahasa.
Pranomo (1996) analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang
dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara (interlanguage) pembelajar
bahasa. Lebih lanjut Pranomo memaparkan bahwa analisis kesalahan berbahasa
merupakan usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar
dengan mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan
berbahasa yang mereka lakukan dalam proses menguasai bahasa kedua.
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Kesalahan Berbahasa pada Surat Kabar Edisi
Februari 2019 dalam Tataran Morfologi
Surat kabar merupakan salah satu surat kabar yang terbit setiap hari yang
dilengkapi berbagai macam berita. Berita-berita tersebut diantaranya adalah berita
politik, berita olahraga, berita kriminal, berita iklan dan berita ekonomi dan
bisnis. Dari semua berita di surat kabar 2019 terjadi kesalahan berbahasa pada
penulisannya. Dapat dikatakan bahwa penulisan dalam surat kabar banyak
kesalahan-kesalahan ejaan, kesalahan yang tidak berpedoman pada kaidah-kaidah
kebahasaan yang benar.
Penelitian ini akan difokuskan pada kesalahan berbahasa morfologi
dalam surat kabar tahun 2019. Cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dengan kalimat demi kalimat yang mengandung kesalahan berbahasa
morfologi.
Pemilihan data disesuaikan dengan penelitian yang dikaji dalam
penelitian bentuk kesalahan berbahasa pada surat kabar tahun 2019 dalam tataran
morfologi.
55
2. Deskripsi Data
a. Bentuk Kesalahan Berbahasa Pada Surat Kabar Tahun 2019 dalam
Tataran Morfologi
Jenis kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi penelitian ini berupa
kesalahan prefiks ( men, ter ,ber ,di- dan kan-), sufiks (-nya), kata depan (ke dan
di) serta kesalahan pleonasme. Pada kesalahan morfologi didalamnya terdapat
penghilangan afiks , bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan,
peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, penggantian morf, penyingkatan
morf, penggunakan afiks yang tidak tepat, dan penempatan afiks yang tidak tepat
pada gabungan kata. Pada kesalahan morfologi terkait kata depan yang
mengandung ke tidak tepatan penulisan kata depan. Sedangkan kesalahan tataran
morfologi terkait dengan pleonasme yang berhubungan dengan pemakaian kata
yang mubazir.
b. Wujud Kesalahan Berbahasa Pada Surat Kabar Tahun 2019 Dalam
Tataran Morfologi
Adapun kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi yang diambil dari
surat kabar tahun 2019 dan diklasifikasikan berdasarkan jenis kesalahan
berbahasa khususnya dalam tataran morfologi.
1) Kesalahan Penulisan Prefiks
(a) Kesalahan Penulisan Prefiks men-
1) Hal ini tidak diperlukan selama negara tujuan ekspor tidak
mempermasalahkan. ( 11 Februari 2019)
56
(b) Penghilangan Prefiks men-
2) Kelemahan, untuk stabilkan energi belum didapatkan,karena
mikroorganisme akan habis pada masa pertumbuhan. ( 2 Februari
2019 )
(c) Kesalahan penulisan prefiks ter-
3) Perbedaan biaya (investasi) itu bergantung teknologinya seperti
apa, kapan dimulai pekerjaan , volume dan jenis sampah, kata
Arcandra.
(12 ebruari 2019)
(d) Kesalahan penulisan prefiks di- dan kan
4) Pengamat hukum kepemiluan , Mappinawang mengemukakan ,
pengusutan kasus ini mesti tuntas agar Bawaslu tidak hanya menjadi
pemadam kebakaran. (24 Februari 2019)
5) Terakhir, tertundanya kompetensi PPPK dilingkungan Kementerian
Agama. (24 Februari 2019)
(e) Kesahalan penulisan prefiks ber-
6) Si mengakui jika pengurus yang ada di Pangkep sangat aktif dan
banyak mendapat kunjungan dari berbagai provinsi. ( 13 Februari
2019 )
2) Kesalahan Penulisan Sufiksnya
(a) Kesalahan Pemakaian Sufiks –Nya
7) Tentunya akan menciptakan sebuah peradaban baru. ( 2 Februari
2019 )
57
3) Kesalahan Penulisan Kata Depan
(a) Kesalahan Penulisan Kata Depan Ke-
8) Setelah kebijakan baru BPJS kesehatan, pasien mesti datang kerumah
sakit lebih cepat untuk mendaftar dengan fingerprint. (4 Februari 2019)
(b) Kesalahan penulisan kata depan di-
9) Disamping kasus yang penulis ungkap tadi , tentu masyarakat Sulsel
masih ingat beberapa kasus kekerasan yang mengguncang masyarakat.
(8 Februari 2019)
10) Dia menargetkan 2019 sebanyak 52.266 persen penyerapan, dimana
Bulog di berikan penugasan untuk membeli beras keperluan pemerintah
yaitu beras medium yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. (8 Februari
2019)
11) Luar biasa, ini diluar dari perkiraan kami. (25 Februari 2019)
12) Di 2019 tercatat 3,65 juta nasabah pembiayaan aktif di seluruh
Indonesia, dimana 100 persen adalah perempuan sebagai
Community Officer (CO). (21 Februari 2019)
4) Kesalahan karena pleonasme
13) Agar equel karena di negara-negara ASEAN lainnya pun 100 persen.
(10 Februari 2019)
14) Bali dan daerah-daerah lain yang ada di Jawa masih favorit.
(28 ebruari 2019)
58
B. Pembahasan
1) Kesalahan Penulisan Prefiks meN-
(a) Kesalahan Penulisan Prefiks men-
1) Hal ini tidak diperlukan selama negara tujuan ekspor tidak
mempermasalahkan. ( 11 Februari 2019)
Kata di atas berasal dari kata dasar salah ketika mendapat
imbuhan men-, pada kata dasar seharusnya luluh dan digantikan
dengan /p/. kata yang benar adalah memersalahkan.
Me+mer+salah+kan.
Bentuk prefiks yang betul adalah memersalahkan.
Penulisan yang benar adalah
”Hal ini tidak diperlukan selama negara tujuan ekspor tidak
memermasalahkan”.
Menurut Arifin dan Farid Hadi dalam Markamah, 2010:127 Unsur
pembentukan memasyarakat adalah prefix men- dan sufiks –kan
secara bertahap diletakkan pada kata masyarakat unsur
mengolahagakan adalah prefix men- dan sufiks –kan yang diletakkan
pada kata olahraga
(b) Penghilangan prefiks meN-
2) Kelemahan, untuk stabilkan energi belum didapatkan,karena
mikroorganisme akan habis pada masa pertumbuhan. ( 2 Februari
2019)
59
Alomorf prefix men- adalah me-, mem, men, meng, meny,
penyingkatan kata tersebut sebenarnya adalah ragam bahasa lisan
dipakai dalam ragam tulis. Bentuk kata stalbilkan di atas
seharusnya ditulis secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat
alomorf dari men-, atau dengan kata lain morf –morf tersebut tidak
perlu disingkat. Kata stabilkan akan lebih efektif penyebutannya
jika di tambahkan imbuhan men- sehingga bentuk prefiks yang
benar adalah menstalbilkan.
Men + stabil + kan = menstabilkan
Penulisan kata yang benar adalah
”Kelemahan untuk menstabilkan energi belum didapatkan karena
mikroorganisme akan habis pada masa pertumbuhan”.
(c ) Kesalahan penulisan prefiks ter-
3) Perbedaan biaya (investasi) itu bergantung teknologinya seperti apa,
kapan dimulai pekerjaan , volume dan jenis sampah, kata Arcandra.
(12 Februari 2019)
Kata bergantung berasal dari kata dasar gantung merupakan
kata dasar yang predikatnya masing-masing kalimat. Sesuai kaidah
bahasa Indonesia yang baku dalam predikat tersebut harus
dieksplisitkan prefiks ter- yaitu tergantung.
ter +gantung = tergantung
60
Penulisan yang benar adalah
“Perbedaan biaya (investasi) itu tergantung teknologinya seperti
apa, kapan dimulai pekerjaan , volume dan jenis sampah, kata
Arcandra”.
d) Kesalahan penulisan prefiks di- dan kan
4) Pengamat hukum kepemiluan, Mappinawang mengemukakan,
pengusutan kasus ini mesti tuntas agar Bawaslu tidak hanya
menjadi pemadam kebakaran. (24 Februari 2019)
Kata di atas seharusnya ditambahkan preposisi di- agar
menjadi kalimat efektif. Penulis preposisi di- dan imbuhan kan-
diakhir kata lalu disambung dengan kata yang diikutinya.
Di+ tuntas+kan.
Penulisan yang benar adalah
“Pengamat hukum kepemiluan, Mappinawang mengemukakan,
pengusutan kasus ini mesti dituntaskan agar Bawaslu tidak hanya
menjadi pemadam kebakaran”.
5) Terakhir, tertundanya kompetensi PPPK dilingkungan Kementerian
Agama. (24 Februari 2019)
Kata di atas seharusnya ditambahkan preposisi di- agar
menjadi kalimat efektif. Penulis preposisi di- harus disambung
dengan kata yang diikutinya.
Sehingga penulisan yang benar yaitu ditunda.
di+ tunda = ditunda
61
Penulisan yang benar adalah ditunda.
“Terakhir, ditunda kompetensi PPPK di lingkungan Kementerian
Agama”.
e) Kesalahan penulisan prefiks ber-
6) Si mengakui jika pengurus yang ada di Pangkep sangat aktif dan
banyak mendapat kunjungan dari berbagai provinsi. (13 februari
2019)
Jika kata tanpa prefiks ber-, dalam bahasa tulis atau lisan ragam
resmi bentuk kata tersebut kurang efektif. Kata ada di atas
merupakan kata dasar yang menduduki predikat masing-masing
kalimat. Sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baku dalam predikat
tersebut harus dieksplisikan prefiks ber-, yaitu menjadi berada.
Ber+ada = berada
Penulisan prefiks yang benar adalah berada.
“Si mengakui jika pengurus yang berada di Pangkep sangat aktif
dan banyak mendapat kunjungan dari berbagai provinsi”.
2) Kesalahan Penulisan Sufiksnya
(a) Kesalahan Pemakaian Sufiks –Nya
7) Tentunya akan menciptakan sebuah peradaban baru.
Kata tentunya hanya di gunakan dalam bahasa lisan atau kata
cakapan yang tidak resmi. Kata seperti ini mungkin merupakan pengaruh
bahasa daerah Jawa tentune atau pengganti bahasa sunda tongtune. Dalam
bahasa baku menggunakan kata tentu tanpa sufiks-nya. (2 Februari 2019)
62
Penulisan yang benar adalah
“Tentu akan menciptakan sebuah peradaban baru”.
3) Kesalahan Penulisan Kata Depan
(a) Kesalahan Penulisan Kata Depan ke-
8) Setelah kebijakan baru BPJS kesehatan, pasien mesti datang kerumah
sakit lebih cepat untuk mendaftar dengan fingerprint.
(4 Februari 2019)
Kata depan preposisi ditulis terpisah dengan kata yang diikutinya.
Sehingga penulisan yang benar yaitu ke rumah.
ke+rumah = ke rumah
Penulisan kata depan ke- yang benar adalah
“Setelah kebijakan baru BPJS kesehatan, pasien mesti datang
ke rumah sakit lebih cepat untuk mendaftar dengan fingerprint”.
(b) Kesalahan penulisan kata depan di
9) Disamping kasus yang penulis ungkap tadi , tentu masyarakat Sulsel
masih ingat beberapa kasus kekerasan yang mengguncang
masyarakat.(8 Februari 2019)
Penulisan kata depan di harus terpisah dengan kata yang
diikutinya. Sehingga penulisan yang benar yaitu di samping.
di+ samping = di samping
Penulisan yang benar adalah
63
“di samping kasus yang penulis ungkap tadi tentu masyarakat Sulsel
masih ingat beberapa kasus kekerasan yang mengguncang
masyarakat”.
10) Dia menargetkan 2019 sebanyak 52.266 persen penyerapan, dimana
Bulog diberikan penugasan untuk membeli beras keperluan pemerintah
yaitu beras medium yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. (25
Februari 2019)
Penulisan kata depan di harus terpisah dengan kata yang
diikutinya. Sehingga, penulisan yang benar yaitu di mana.
di+ mana = di mana
Penulisan yang benar adalah
“Dia menargetkan 2019 sebanyak 52.266 persen penyerapan, di mana
Bulog di berikan penugasan untuk membeli beras keperluan pemerintah
yaitu beras medium yang sudah ditetapkan oleh pemerintah”.
11) Luar biasa, ini diluar dari perkiraan kami.
Penulisan kata depan di harus terpisah dengan kata yang
diikutinya. Sehingga, penulisan yang benar yaitu di luar.
(25 Februari 2019)
Di+ luar = di luar
Penulisan yang benar adalah
“Luar biasa, ini di luar dari perkiraan kami”.
64
12) Di 2019 tercatat 3,65 juta nasabah pembiayaan aktif di seluruh
Indonesia, dimana 100 persen adalah perempuan sebagai
Community Officer (CO). (8 Februari 2019)
Penulisan kata depan di harus terpisah dengan kata yang diikutinya.
Sehingga, penulisan yang benar yaitu di mana.
Di+ mana = di mana
“Di 2019 tercatat 3,65 juta nasabah pembiayaan aktif di seluruh
Indonesia, di mana 100 persen adalah perempuan sebagai
Community Officer (CO) ”.
4) Kesalahan karena pleonasme
13) Agar equel karena di negara-negara ASEAN lainnya pun 100 persen.
Kata lainnya sudah mengandung jamak. Kata yang sudah jamak
tidak perlu diikuti kata benda ulang. Karena kata benda ulang juga
menunjukkan makna jamak. Sehingga bentuk benar dari penulisan kata
tersebut yaitu di negara ASEAN lainnya. (10 Februari 2019)
Penulisan yang benar adalah
“Agar equel karena di negara ASEAN lainnya pun 100 persen”.
14) Bali dan daerah-daerah lain yang ada di Jawa masih favorit.( 28 Februari
2019)
Kata lain sudah mengandung jamak. Kata yang sudah jamak tidak
perlu diikuti kata benda ulang. Karena kata benda ulang juga menunjukkan
makna jamak. Sehingga bentuk benar dari penulisan kata benda tersebut
yaitu Bali dan daerah lain yang ada di Jawa masih favorit.
65
Penulisan kata yang benar adalah
“Bali dan daerah lain yang ada di Jawa masih favorit”.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentangi analisis kesalahan
berbahasa pada surat kabar tahun 2019 penulis menyimpulkan bahwa ada
beberapa bentuk bentuk kesalahan berbahasa tataran morfologi yakni: (1)
kesalahan pre-fiks (meN-, ter-, ber-, di dan kan-), (2) su-fiks (-nya), (3) kata depan
(ke dan di), (4) kesalahan pleonasme. bentuk kesalahan bidang morfologi di
dalamnya terdapat peniadaan afiks, bunyi yang sepatutnya luluh tetapi tidak
diluluhkan, peluluhan bunyi yang sepatutnya tidak luluh, mengganti morf,
penyingkatan morf, penggunaan afiks yang tidak tepat, dan pmenempatkan afiks
yang tidak tepat pada campuran kata. Kesalahan morfologi terkait kata depan
semuanya mengandung ketidaktepatan penulisan kata depan. Sedangkan,
kesalahan morfologi terkait dengan pleonasme berhubungan dengan pemakaian
kata yang mubazir.
Hasil analisis yang ditemukan oleh peneliti kesalahan disebabkan oleh
kesalahan pleonasme. Kesalahan penulisan prefiks ada 6 data, kesalahan penulisan
sufiks ada 1 data, kesalahan penulisan kata depan ada 5 data, dan kesalahan
karena pleonasme ada 2.
54
67
B. Saran
Dalam mencapai sesuatu yang sempurna, terutama kita harus berusaha
semaksimal mungkin dalam bidang tersebut, terutama dalam hal menulis surat
kabar dengan memperhatikan pedoman dan kaidah-kaidah kebahasaan yang baik
dan benar. Sehingga, bisa menghasilkan karya yang baik.
Berdasarkan hasil simpulan di atas, penulis akan menyampaikan saran
dengan tujuan supaya bisa memberikan perbaikan dan perkembangan penelitian
ini. Sebaiknya bagi penulis berita lebih memperhatikan hal penulisan. Banyaknya
berita di surat kabar edisi Februari 2019 yang masih di temukan beberapa
kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi, baik dari cara penulisan afiksasi,
penulisan pleonasme, dan ejaan. Hal itu akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Maka perlu adanya perhatian yang lebih dalam hal pembelajaran menulis.
68
DAFTAR PUSTAKA
Afriyani, I. (2011). Ketepatan Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
dalam Buku Teks Pelajaran Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA
Kelas XI Karya Engkos Kosasih Terbitan Erlangga (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri semarang).
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ariningsih, N. E., Sumarwati, S., & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah
Menengah Atas. BASASTRA, 1(1).
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Brataatmaja, T. Heru Kasida. 1987. Morfologi Bahasa Untuk SMTP. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius semmanis.wordpress/2009/10/03/pengertian-sastra-
secaraumum-dan-menurut-para-ahli
Chaer, Abdul. 2007. Pengantar Linguitik Umum. Jakarta Timur: Rineka Cipta
Chaer, Abdul 2014. Linguistik Umum. Jakarta Timur: Rineka Cipta.
Effendy, O. U. (2006). Hubungan masyarakat: suatu studi komunikologis.
Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Felicia. 2001. Pengertian Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
FORTUNA, HARSANTI. Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Bidang
Morfologi Pada Karangan Siswa Kelas Vii G SMP Negeri 1 Godong.
Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
Guntur, H. T. (2009). Peng-ajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.
Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yokyakarta:
PT Mitra Gama Widya
Hariyani, Eka. Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi Pada Surat
Kabar Harian Jateng Pos Edisi Januari 2013. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Kangarul.wordpress/2009/07/31/pengertian-dan-fungsi-bahasa
Kusmiati. 2010. Variasi Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Pada
Karangan Siswa Kelas VII SMPN Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
69
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: sebuah pengantar kemahiran bahasa. Flores:
Nusa Indah.
Kosasih, E. 2012. Berbasis kepenulisan karya ilmiah dan jurnal. Bandung:
penerbit CV.
Markhamah, A. S. (2010). Analisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif.
Markhamah. 2009. “Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa”. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Muniroh, Siti 2011“Analisis Kesalahan Berbahasa pada Mading Siswa SMP di
Kecamatan Kartasura”. (Skripsi S-1 Prodi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah). Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Munawar, Syamsudin. 1996. Dasar-dasar Jurnalistik Media Cetak: BPK Fisipol
Ilmu Komunikasi. Surakarta: UNS Press.
Moleong Lexy, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : CV. Remaja,
halaman 11
Nisa, Khairun. "Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Berita Dalam Media Surat
Kabar Sinar Indonesia Baru." Jurnal Bindo Sastra 2.2 (2018): 218-224.
Riwu, L., & Janjaan, B. J. (2017). Penyimpangan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
Dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas Xi Ips 1 Sma Yppk Yoanes Xxiii
Merauke. Magistra: Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 4(2), 114-
122.
Retno Purwadidi, S.s., M.A dan Qoni’ah, S.s. 2012. Buku Pintar Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: PT Familia.
Tarigan, Djago dan Lilis. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tarigan. Henry Guntur & Djago, Tarigan. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa. Bandung : Angkasa
Tarigan, H. G. (1994). Menulis sebagai keterampilan berbahasa. Penerbit
Angkasa.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Ende Plores: Nusa Indah.
Pateda, M. (2002). Morfologi.
Priyono, Yakub. 2012. “Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi pada
Mading UMS”. Skripsi . Surakarta : Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
70
Saadah, F. (2016). Analisis kesalahan berbahasa dan peranannya dalam
pembelajaran bahasa asing. Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan
Sosial, 14(1).
Sangidu, D. (2004). Penelitian sastra: Pendekatan, teori, metode, teknik, dan kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia barat UGM.
Supriani, R., & Siregar, I. R. (2012). Penelitian analisis kesalahan Berbahasa.
EDUKASI KULTURA: JURNAL BAHASA, SASTRA DAN
BUDAYA, 1(2).
Setiyawati , Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan
Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka
Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya
Verhaar, J. W. M. (2001). Asas-asas Linguistik.
Wijayanti, Tri Maulida 2012 “Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Fonologi
Cerpen Berdasarkan Peristiwa yang dialami Siswa Kelas IX A SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. (Skripsi S-1
Prodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah) surakarta: FKIP
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Wahidin, S., Lembah, G., & Kangiden, N. AFIKS PEMBENTUK VERBA
BAHASA TIALO. BAHASANTODEA, 5(2), 1-5.
71
L
A
M
P
I
R
A
72
N
73
74
75
76
77
78
79
80
RIWAYAT HIDUP
Andriani Idris. Dilahirkan di Takalar pada tanggal 08 Oktober
1998. Dari pasangan Ayahanda Idris Chaeruddin dengan Sitti
Rosnah. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2004 di SDN
16 Sayowang Kabupaten Takalar dan tamat tahun 2010, tamat
SMP Negeri 2 Takalar tahun 2013, dan tamat SMA Negeri 2 Takalar tahun 2016.
Pada tahun yang sama (2016) penulis melanjutkan pendidikan pada program
Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Selesai
tahun 2020. Penulis menyelesaikan studi dengan menyusun karya ilmiah yang
berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Kabar tahun 2019 dalam
Tataran Morfologi.