Post on 16-Oct-2021
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN
PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM
DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR BAHAN DASAR DAN KIMIA
Oleh
Nuryanti Oktaviani
NIM: 014201405035
Skripsi ini dipersembahkan untuk
Fakultas Bisnis President University sebagai
salah satu persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana pada Jurusan Manajemen
Februari 2018
ii
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
Dewan Penguji menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS
FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA TERHADAP
HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR
INDUSTRI BAHAN DASAR DAN KIMIA” yang diajukan oleh
Nuryanti Oktaviani jurusan Manajemen dari Fakultas Bisnis telah
dinilai dan disetujui untuk lulus sidang pada tanggal 26 Februari 2018.
Ir. Erny E. Hutabarat, MBA
Ketua Dewan Penguji
Liswandi, S.Pd., M.M., Ph.D
Penguji II
Purwanto, ST., MM
Penguji III
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN
PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM
DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR INDUSTRI BAHAN DASAR DAN KIMIA
Yang disusun untuk melengkapi sebagai syarat menjadi Sarjana pada
Program Studi S1 Manajemen, President University Cikarang, Bekasi.
Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan, duplikasi, ataupun
plagiat dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai
untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dilingkungan President
University dan di Perguruan Tinggi lainnya kecuali, pada bagian yang
sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Cikarang, Indonesia, 26 Februari 2018
Nuryanti Oktaviani
014201405035
iv
Abstrak
Financial distress didefinisikan sebagai suatu keadaan pada perusahaan yang
sedang mengalami kesulitan dalam keuangannya. Z-score merupakan salah satu
model analisis keuangan yang berguna untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan dengan tingkat akurasi yang dapat dipercaya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemungkinan perusahaan yang mengalami financial
distress dan pengaruhnya terhadap harga saham dengan jumlah sampel sebanyak
12 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2012-
2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan purposive sampling,
sementara Z-score digunakan sebagai indikator financial distress dan uji lainnya
dengan teknik analisis regresi linier sederhana dan berganda. Data penelitian yang
dikumpulkan adalah data sekunder dengan sumber data diperoleh dalam bentuk
dokumentasi atau publikasi berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 2 perusahaan berpotensi bangkrut dan sisanya
berada dalam kondisi sehat. Berdasarkan analisis tersebut, nilai Z-score
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial
menunjukkan rasio Working Capital to Total Assets dan Sales to Total Assets
memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, rasio Earning Before Interest
and Taxes to Total Assets dan Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities berpengaruh positif terhadap harga saham dan rasio Retained Earning
to Total Assets tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Kata Kunci : Financial Distress, Altman Z-score, Harga Saham
v
Abstract
Financial distress is defined as a situation in which companies are experiencing
financial difficulties. Z-score is one of the most useful financial analysis models to
predict corporate bankruptcy with a reliable level of accuracy. The aim of this
research is to know the possibility of companies experiencing financial distress
and effect on stock prices with 12 companies listed in IDX period 2012-2016 as a
sample. This research uses quantitative and purposive sampling approach, while
Z-score is used as a financial distress indicator and other test with simple and
multiple linier regression analysis technique. The research data collected is
secondary data with the source data obtained in the form of documentation or
publication by annual financial statement of the company. Z-score calculation
results showed that there were 2 potentially bankrupt companies and other
companies are healthy. Based on the analysis, the value of Z-score has significant
effect on stock price, while partially showed the ratio of Working Capital to Total
Assets and Sales to Total Assets has negative effect on stock price, ratio Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets and Market Value of Equity to Book
Value of Total Liabilities has a positive effect on stock prices, and ratio of
Retained Earning to Total Assets has no effect on stock prices.
Keywords : Financial Distress, Altman Z-score, Stock Price
vi
KATA PENGANTAR
Kata pertama yang harus saya ucapkan adalah Alhamdulillah..., sebagai bentuk
rasa syukur saya kepada Allah SWT yang telah memberi saya kesempatan dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Financial Distress dan
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham di Perusahaan Manufaktur Sektor Bahan
Dasar dan Kimia” sebagai persyaratan untuk gelar sarjana manajemen.
Saya ingin mengucapkan terima kasih khusus kepada orang-orang yang pantas
mendapat perhatian khusus yang selalu mendukung saya sejak awal hingga akhir
proses penyelesaian skripsi ini.
1. Mrs. Genoveva sebagai Ketua Program Studi Manajemen Presiden
University. Saya sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada Mrs.
Genoveva untuk dukungan, motivasi, dorongan dan penasehat terbaik
yang bisa saya dapatkan dari awa sampai akhir menyelesaikan skripsi
saya.
2. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepda pembimbing saya, Mr.
Purwanto atas dukungan, kesabaran, motivasi, nasihat, dorongan
semangat, pengetahuan, dan bimbingannya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya. Untuk
ayah saya Alm. H. M. Munir dan ibu saya Hj. Nurhasanah, untuk kakak
saya Saepul Bahri dan Mulyadi terima kasih banyak atas dukungan dan
doa yang tidak pernah putus untuk kelancaran dan kesehatan saya selama
proses pengerjaan hingga saya berhasil menyelesaikan skripsi ini.
4. Terima kasih kepada teman-teman terbaik saya di President University,
Riska, Mustika, Meilisa, Regina, Deka, Riza dan Lia yang selalu memberi
saya kegembiraan dan memberikan motivasi untuk selalu bersemangat
dalam melakukan penelitian ini.
5. Terima kasih untuk penyemangat saya, David, Bayu, dan Michael atas
semangat yang selalu diberikan agar saya tidak malas untuk mengerjakan
skripsi dan kesabarannya dalam mendengarkan keluh kesah saya dengan
vii
memberikan canda tawa terutama dalam beberapa bulan yang penuh
tekanan ini.
6. Terakhir namun tidak kalah pentingnya, terima kasih untuk semua pihak
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya
selama ini dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah membalas
membalas kebaikan kalian semua.
Semoga skripsi ini bisa memberi manfaat bagi peneliti, investor, perusahaan dan
pembaca. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian yang telah
diberikan.
Cikarang, Bekasi
Penulis,
Nuryanti Oktaviani
viii
DAFTAR ISI
JUDUL SKRIPSI .................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ............................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 7
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
1.6 Definisi Istilah Penelitian .......................................................................... 11
1.7 Lingkup dan Batasan Masalah .................................................................. 12
1.8 Sistematika Penulisan ................................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 14
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 14
2.1.1 Laporan Keuangan ........................................................................ 14
2.1.2 Rasio Keuangan ............................................................................ 15
2.1.3 Financial Distress ......................................................................... 16
2.1.4 Altman Z-score ............................................................................. 19
2.1.5 Harga Saham ................................................................................. 22
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 24
2.3 Gap Penelitian ........................................................................................... 27
2.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 28
ix
2.5 Perumusan Hipotesis ................................................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 30
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 30
3.2 Kerangka Penelitian ................................................................................... 31
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31
3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................. 32
3.4.1 Populasi .......................................................................................... 32
3.4.2 Sampel ............................................................................................ 32
3.5 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 33
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 34
3.7 Definisi Operasional Variabel ................................................................... 35
3.8 Metode Analisis Data ................................................................................. 37
3.8.1 Prediksi Financial Distress ............................................................ 37
3.8.2 Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 37
3.8.3 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 38
3.8.4 Analisis Linier Regresi Sederhana ................................................ 40
3.8.5 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................. 41
3.8.6 Uji Hipotesis ................................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 45
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 45
4.2 Analisis Data ............................................................................................. 51
4.2.1 Prediksi Financial Distress ........................................................... 51
4.2.2 Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 53
4.3 Uji Regresi Linier Sederhana .................................................................... 55
4.3.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 55
4.3.2 Uji Hipotesis ................................................................................ 59
4.4 Uji Regresi Linier Berganda ..................................................................... 60
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 60
4.4.2 Uji Hipotesis ................................................................................ 65
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 74
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 74
x
5.2 Saran .......................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................................... 83
xi
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 24
Table 3.1 Daftar Perusahaan Sampel ............................................................ 33
Table 3.2 Definisi Operasional .................................................................... 35
Table 3.3 Altman Z-score ............................................................................. 37
Table 3.4 Keputusan Durbin-Watson ........................................................... 40
Table 4.1 Prediksi Financial Distress .......................................................... 51
Table 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 53
Table 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................. 57
Table 4.4 Hasil Uji Multikoliniearitas ......................................................... 57
Table 4.5 Analisis Linier Regresi Sederhana ................................................ 58
Table 4.6 Koefisien Determinasi .................................................................. 59
Table 4.7 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................. 62
Table 4.8 Hasil Uji Multikoliniearitas .......................................................... 63
Table 4.9 Analisis Linier Regresi Sederhana ................................................ 63
Table 4.10 Hasil Uji Simultan (F-test) ........................................................... 67
Table 4.11 Koefisien Determinasi .................................................................. 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Harga Saham .......................................... 4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 28
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ................................................................. 31
Gambar 4.1 Grafik P-P Plot Hasil Uji Normalitas ....................................... 56
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................ 56
Gambar 4.3 Grafik P-P Plot Hasil Uji Normalitas ....................................... 61
Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................ 61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2012........................... 83
Lampiran 2 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2013........................... 84
Lampiran 3 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2014........................... 85
Lampiran 4 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2015........................... 86
Lampiran 5 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2016........................... 87
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Altman Z-Score ....................... 88
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Koefisien Altman Z-score ........................... 90
Lampiran 8 Harga Saham Sektor Bahan Dasar dan Kimia ........................... 91
Lampiran 9 Hasil SPSS Regresi Linier Sederhana ....................................... 92
Lampiran 10 Hasil SPSS Regresi Linier Berganda......................................... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan adalah suatu organisasi penting yang menjadi salah satu faktor
meningkatnya pertumbuhan ekonomi global dimana sumber daya, seperti bahan
baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa bagi para
konsumen (Prishardoyo, 2012). Tujuan dari perusahaan ialah mendapatkan laba
atau keuntungan demi mencapai tujuan yang telah direncanakan. Laba adalah
selisih antara jumlah yang diterima dari konsumen atas barang atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli
sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan
konsumen serta mempertahankan keberlangsungan perusahaan (Harrison, 2012).
Selain untuk mencapai tujuan dan memperoleh laba, perusahaan juga harus
memperhatikan keberlangsungan hidup perusahaan ditengah kondisi ekonomi
global yang masih fluktuatif. Menurut Andriawa & Salean (2016), perusahaan
biasanya menarik para investor dalam menjalankan usahanya untuk membeli
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) jika tetap menginginkan perusahaan tersebut
bertahan di pasar lokal maupun internasional. Analisis laporan keuangan menjadi
faktor penting bagi para investor sebelum melakukan investasi untuk menilai
apakah perusahaan tersebut layak atau tidak untuk dijadikan lahan investasi.
Sektor industri mempunyai peran yang cukup penting dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian nasional disamping sektor perdagangan dan investasi.
Industri manufaktur merupakan industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan jadi maupun setengah jadi yang memiliki nilai tambah sehingga dapat
digunakan oleh para konsumen dan masyarakat umum (Hamid, 2012).
Industri bahan dasar dan kimia memiliki peranan penting dalam menyerap tenaga
kerja dan meningkatkan perekonomian negara. Selain itu, sektor industri bahan
dasar dan kimia sangat penting untuk diperhatikan karena produk yang dihasilkan
2
dari sektor ini adalah produk yang akan digunakan lagi untuk melakukan produksi
sehingga produk-produk dari sektor industri bahan dasar dan kimia dapat
mempengaruhi produktifitas masyarakat dan dapat menggambarkan seberapa
besar peran masyarakat dalam melakukan produksi. Hampir semua produk dari
perusahaan bahan dasar dan kimia mewakili unsur yang digunakan dalam
kehidupan manusia seringkali digunakan sebagai tolak ukur kemajuan dan
kesejahteraan suatu negara. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dengan
ketersediaan sumber daya alam yang melimpah untuk memperluas pasar dalam
negri dan ekspor, serta mengupayakan peningkatan investasi baru (Kementerian
Perindustrian, 2016).
Saat ini, infrastruktur menjadi fokus pemerintahan Jokowi-JK karena merupakan
salah satu tolok ukur peningkatan daya saing Indonesia. Menurut laporan Global
Competitiveness Index 2017-2018 yang dirilis World Economic Forum pada
September 2017, daya saing Indonesia meningkat dari peringkat ke-41 pada 2016
menjadi ke-36 pada tahun 2017. Hal ini tercermin melalui jumlah anggaran
pembangunan infrastruktur pada anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN). Dari tahun ke tahun, anggaran infrastruktur terus meningkat, mulai Ro
154,7 triliun pada 2014 menjadi Rp 269,1 triliun pada 2016 dan mencapai Rp 401
Triliun pada APBN-P 2017. Hasil studi Dana Moneter International (2014)
menunjukkan kenaikan investasi infrastruktur publik akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, baik jangka pendek maupun menengah.
Dari Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) terbaru sampai November 2017
penjualan domestik semen mengalami peningkatan yang signifikan. Diharapkan
kondisi permintaan yang naik ini dalam beberapa tahun mendatang dapat
mengatasi kondisi kelebihan suplai (over supply) semen saat ini. Penjualan semen
nasional masih dibantu oleh permintaan proyek infrastruktur pemerintah. Hal ini
menyebabkan konsumsi semen di akhir 2017 melonjak secara signifikan. Menurut
Widodo (2017), penjualan tersebut mutlak karena adanya pembangunan
infrastruktur yang sudah ditargetkan, di mana target proyek harus selesai di akhir
2017.
3
Laporan ASI di bulan Januari-November 2017 tercatat permintaan semen
domestik mencapai 60,55 juta ton, atau naik 7,8% dibandingkan periode yang
sama tahun lalu. Berdasarkan data ASI hampir semua wilayah Indonesia
mengalami pertumbuhan permintaan, kecuali Kalimantan dan Sulawesi. Sampai
November 2017 penjualan di Kalimantan turun 2,8% menjadi 3,74 juta ton,
sedangkan Sulawesi turun minimal 1,9% dari 4,95 juta ton di periode sama tahun
2016 menjadi 4,86 juta ton. Pertumbuhan permintaan paling tinggi masih berasal
dari Jawa, yakni 12,2%. Total volume penjualan semen di Jawa di bulan pertama
2017 adalah sebesar 34,27 juta ton. Di mana hampir separuhnya berasal dari
provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa tengah yang mempunyai porsi 24%
dari total volume penjualan semen di Jawa tumbuh paling tinggi 17,4% menjadi
8,23 juta ton.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, meskipun terus
mengalami penurunan setiap tahunnya, peranan sektor industri manufaktur dalam
Produk Domestik Bruto (PDB) masih tetap yang tertinggi, yaitu 20,5% pada tahun
2016. Sementara itu terdapat Top 4 sektor yang berkontribusi lebih dari 10%
terhadap PDB tahun 2016, yaitu sektor industri manufaktur sebesar 20,5%, sektor
konstruksi sebesar 10,4%, sektor perdagangan sebesar 13,2%, dan sektor
pertanian sebesar 13,5 %. Oleh karena itu, peningkatan kinerja kinerja perusahaan
di industri manufaktur akan mendorong pertumbuhan PDB industri manufaktur
mencapai target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Dampak positif dari
kenaikan PDB juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hamid (2012) menyatakan bahwa krisis tahun 2008 memberikan dampak buruk
pada kinerja saham perusahaan manufaktur di setiap pasar modal. Pasar modal
merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia
(Widoatmodjo, 2012). Kinerja pasar modal dapat dijadikan tolak ukur untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut Widoatmodjo (2012),
naik turunnya indeks saham merupakan cerminan dari dinamika ekonomi negara.
Nilai tukar rupiah Indonesia mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2013.
Penurunan mata uang rupiah terhadap mata uang asing negara Amerika Serikat
4
mencapai 12.270 rupiah dengan kurs tengah. Melemahnya rupiah akan berdampak
buruk bagi sektor ekonomi dan manufaktur bila terus terjadi. Turunnya nilai
rupiah juga dapat memprediksi beberapa grup besar perusahaan akan bangkrut
karena memiliki utang luar negeri dalam bentuk dolar (Hapsari, 2012).
Harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus dipertimbangkan
oleh investor dalam membuat investasi karena harga saham menunjukkan prestasi
emiten, pergerakan harga saham sesuai dengan kinerja perusahaan terdaftar.
Perkembangan prospek sektor bahan dasar dan kimia yang terus meningkat harus
tetap diwaspadai karena prospek sektor bahan dasar dan kimia juga bisa terkena
sentimen negatif terutama akibat kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI
rate) yang terlalu cepat hingga sektor riil juga ikut terpukul (Kementerian
Perindustrian, 2016).
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Harga Saham
Industri Bahan Dasar dan Kimia Periode 2012-2016
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2016
5
Saat ini saham sektor manufaktur yang merupakan gabungan dari industri barang
konsumsi, industri bahan dasar dan kimia serta aneka industri, masih menjadi
pilihan menarik bagi investor untuk melakukan investasi. Menurut Lestari (2016),
Indonesia merupakan negara berkembang yang telah berkembang dalam beberapa
sektor industri, khususnya sektor industri bahan dasar dan kimia. Perusahaan-
perusahaan sektor industri bahan dasar dan kimia menjadi objek penelitian dengan
pertimbangan bahwa keberadaan sektor ini sangat diperlukan bagi individu
maupun perusahaan. Perkembangan kemajuan teknologi dan pikiran manusia saat
ini telah meningkatkan permintaan bahan dasar dan kimia untuk diolah menjadi
sedemikian rupa dan kemudian dapat digunakan sebagai bahan dasar. Jadi, dengan
adanya kasus ini dapat membuat para investor tertarik berinvestasi di sektor ini.
Berdasarkan gambar 1.1 terdapat 4 emiten dari industri bahan dasar dan kimia
dengan harga saham tertinggi di tahun 2012 yaitu INTP sebesar Rp 22.450,
SMBR sebesar Rp 15850, LION sebesar Rp 10.400, dan LMSH sebesar Rp.
10.500. Namun pada tahun 2013 INTP, SMGR, dan LMSH mengalami penurunan
masing-masing harga saham menjadi Rp 20.000, Rp 14.150, dan Rp 8.000.
Sedangkan LION mengalami kenaikan menjadi Rp 12.000. Pada tahun 2014,
harga saham INTP dan SMGR kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 25.000
dan Rp 16.200. Sedangkan untuk emiten LION dan LMSH keduanya mengalami
penurunan menjadi Rp 9.300 dan Rp 6.450. Di tahun 2015 dan 2016 keempat
emiten tersebut mengalami penurunan harga saham yang signifikan, terutama
pada emiten LMSH yang semula harga sahamnya Rp 10.500 turun hingga
mencapai Rp 590.
Fenomena yang terjadi pada harga saham industri bahan dasar dan kimia pada
tahun 2012-2016 adalah setengah dari sampel menurun, sementara separuh
lainnya mengalami kenaikan sederhana tidak signifikan, hal ini terjadi karena
tidak semua emiten memiliki kinerja yang sama baik dalam menopang industri
lpini. Oleh karena itu industri sektor bahan dasar dan kimia harus dapat menjaga
kesehatan keuangan atau likuiditasnya untuk mempertahankan minat investor
lpterhadap harga saham agar tidak mengalami penurunan. Investor memiliki
6
kepentingan terhadap teknik analisis yang dapat memprediksi kebangkrutan untuk
menghindari penurunan harga saham yang mereka pegang sehingga investor
mengetahui seberapa besar tingkat kebangkrutan yang akan terjadi.
Financial distress adalah kondisi yang menggambarkan adanya permasalahan
dengan likuiditas perusahaan yang jika dibiarkan akan menimbulkan
permasalahan yang lebih besar yaitu perusahaan menjadi tidak mampu membayar
utang dan akhirnya mengalami kebangkrutan (Dwiyanto, 2012). Kondisi financial
distress harus segera diwaspadai dan diantisipasi untuk mencegah terjadinya
ancaman kebangkrutan. Oleh karena itu, informasi lebih awal kondisi financial
distress sangat penting pada perusahaan untuk memberikan kesempatan bagi
manajemen, pemilik, investor, regulator dan para stakeholder lainnya untuk
melakukan upaya-upaya yang sesuai dalam mengatasi kondisi tersebut. Selain itu,
ketika sebuah perusahaan dianggap berada pada kondisi financial distress dan
tidak mengambil tindakan yang diperlukan dalam meningkatkan performa atau
ketika situasi tidak ditangani dengan baik, perusahaan dapat mengalami
kebangkrutan atau dipaksa melikuidasi perusahaan dengan catatan kinerja yang
buruk. Financial distress membawa reputasi buruk bagi perusahaan karena
investor akan melihat perusahaan sebagai perusahaan yang tidak kompeten
(Hapsari, 2012).
Kesulitan ekonomi secara bertahap pada perusahaan-perusahaan yang memiliki
masalah keuangan misalnya jumlah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi
lebih besar dari tingkat pendapatan, masalah membayar utang dimasa lalu, dan
kesulitan mendapatkan pinjaman dari pihak lain akan menimbulkan risiko yang
tinggi bahkan kebangkrutan pada perusahaan. Hal ini berdampak langsung pada
rantai produksi distribusi suatu perusahaan akibat kondisi perekonomian
Indonesia yang masih fluktuatif (Hamid, 2012). Menurut Hapsari (2012), dalam
menghadapi perkembangan perekonomian global, perusahaan manufaktur yang
tidak mengupayakan memperkuat fundamental perusahaan dan memperbaiki
kinerja perusahaan perlahan akan mengalami kesulitan keuangan yang akhirnya
akan terjadi kebangkrutan (financial distress). Kondisi ini tentu saja membuat
7
para investor dan kreditur khawatir untuk menanamkan dananya, sehingga
membuat beberapa investor mencoba untuk mencari alternatif investasi lain yang
lebih menguntungkan dan aman.
Dalam mengatasi kelemahan ini, banyak model atau teknik yang dapat digunakan
untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan. Menurut Kinanti (2015)
analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus yang diperoleh dari data
laporan keuangan perusahaan untuk menilai kondisi keuangan yaitu analisis Z-
score. Altman menemukan lima rasio untuk mengetahui potensi yang akan terjadi
pada perusahaan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan Altman
Z-score digunakan untuk memprediksi kemungkinan suatu bisnis atau usaha akan
bangkrut dalam beberapa tahun ke depan. Rumusnya didasarkan pada informasi
yang ada dalam laporan laba rugi dan neraca keuangan perusahaan (Yuniarti,
2014).
Dengan demikian, dapat dengan mudah diperoleh dari informasi yang telah
tersedia. Mengingat kemudahan informasi yang dibutuhkan dapat ditemukan, Z-
score adalah alat ukur yang berguna bagi orang luar yang memiliki akses ke
laporan keuangan perusahaan.
1.2 Identifikasi Masalah
Argumentasi mengenai rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk
mengindikasikan kondisi financial distress perusahaan di Indonesia dimasa
mendatang merupakan hal yang menarik untuk diteliti kembali. Aplikasi analisis
rasio telah banyak digunakan para analis pasar modal untuk menilai kinerja
perusahaan go public akan tetapi tetap memiliki keterbatasan yaitu dari sekian
banyak rasio keuangan belum dapat dipastikan rasio-rasio keuangan mana saja
yang dominan mempengaruhi financial distress. Penelitian ini menggunakan rasio
dari model Altman Z-score untuk menganalisis terjadinya financial distress,
dimana model ini memiliki 5 rasio yaitu Working Capital to Total Assets,
Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total
8
Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to
Total Asset.
Sebagai gambaran pentingnya rasio Working Capital to Total Assets perusahaan
tercermin dari kejadian keputusan BEI menghentikan perdagangan saham PT.
Daya Sakti Unggul Corporindo Tbk. Krisis tahun 2008 memaksa perusahaan ini
menghentikan produksi dan memecat seluruh karyawannya. Menurut Putri (2013),
perusahaan ini digugat oleh krediturnya yaitu CV Ardi Sejahtera Abadi karena
dianggap menghindari pembayaran hutang. Di dalam kontraknya dengan CV Ardi
Sejahtera Abadi, perusahaan tersebut memiliki hutang jangka pendek yang
jumlahnya mencapai Rp. 681,81 juta tahun 2009. Permasalahan persediaan bahan
baku yang tidak dapat memenuhi kapasitas produksi akibat harganya yang
semakin tinggi membuat profitabilitas serta likuiditas PT. Daya Sakti Unggul
Corporindo Tbk mengalami penurunan. Dengan adanya kejadian tersebut dapat
dikatakan bahwa perusahaan memiliki rasio Working Capital to Total Assets yang
kurang baik karena terkait dengan masalah persediaan yang akhirnya
mengakibatkan profitabilitas perusahaan menurun. Selain itu, PT. Daya Sakti
tidak dapat membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar
perusahaan yang terkait dengan menurunnya likuiditas perusahaan.
Perusahaan yang membagikan dividen tentunya perusahaan yang mengalami
keuntungan. Namun kenyataannya ada beberapa perusahaan yang tidak
membagikan dividen walaupun perusahaan dalam keadaan menguntungkan yang
terjadi pada industri bahan dasar dan kimia yaitu PT Krakatau steel Tbk, PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk, dan PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk tidak
melakukan pembagian dividen setiap tahunnya. Oleh karena itu, perusahaan yang
tidak membagikan dividen akan mengurangi sumber dana internalnya dan bagian
laba bersih yang tidak dibayarkan sebagai dividen, disimpan sebagai laba ditahan
(Retained Earning), sehingga perusahaan yang memiliki rasio Retained Earning
to Total Assets rendah tidak akan mampu bertahan bertahan dalam kondisi
keuangan yang buruk (Ardian & Khoiruddin, 2014).
9
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
mempekerjakan banyak pekerja-pekerja asing untuk level ahli atau manajerial,
pekerja asing tentu akan dikontrak dengan gaji berdasarkan dolar. Sehingga
kenaikan dolar terhadap rupiah berdampak pada peningkatan biaya atau beban
gaji maupun tunjangan karyawan dan manajemen. Pada tahun 2015, EBIT pada
perusahaan ini cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan
beberapa kuartal EBIT hampir mencapai nilai 0. Kondisi ini menggambarkan
bahwa perusahaan tidak dapat mengelola asetnya dengan baik untuk
menghasilkan pendapatan sehingga rasio Earning Before Interest and Taxes to
Total Assets cenderung rendah. Hal ini juga dikarenakan adanya peningkatan
biaya administrasi atau umum pada tahun tersebut yang mempengaruhi stabilitas
keuangan operasi perusahaan dalam jangka panjang (Bahana, 2016).
Menurut Noe (2016), rendahnya pertumbuhan industri kimia disebabkan
lemahnya perekonomian serta keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan. Secara volume, penjualan obat memang mengalami
pertumbuhan yang tajam. Namun, nilai omset yang diterima produsen obat
menurun karena terjadi persaingan harga untuk menjadi rekanan penyedia obat
BPJS. Kinerja industri ini nyaris stagnan dengan nilai pasar nasional maupun
pasar ekspor sebesar Rp 66 triliun tahun 2016. Hal ini menggambarkan bahwa
pentingnya rasio Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities untuk
menunjukkan kelemahan keuangan perusahaan akan lebih mudah dikenali oleh
pasar dan tercermin dalam harga saham.
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (2014), kinerja industri pulp and
paper terancam bangkrut setelah beberapa produsen mengurangi produksinya
yang disebabkan oleh sulitnya pasokan bahan baku dari hutan tanaman industri
(HTI). Bahkan hingga akhir tahun 2014 tingkat pemanfaatan produksi (utilisasi)
turun jauh dibawah 70%. Tentu saja hal ini membuat beban pokok penjualan
perusahaan tersebut meningkat yang berujung pada penurunan laba bersih,
sehingga membuat rasio Sales to Total Assets yang dihasilkan oleh industri pulp
and paper tidak baik.
10
Berdasarkan latar belakang di atas hal ini menjadi penting bagi peneliti untuk
bnmelakukan penelitian terkait prediksi kondisi financial distress perusahaan
bmmanufaktur sektor industri bahan dasar dan kimia yang diduga mempengaruhi
harga saham.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kondisi keuangan dari industri bahan dasar dan kimia setelah
dianalisis dengan menggunakan metode Altman Z-score termasuk dalam
kategori sehat, rawan, ataukah bangkrut ?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara parsial :
a. Nilai Z-score terhadap harga saham ?
b. Working Capital to Total Assets terhadap harga saham ?
c. Retained Earning to Total Assets terhadap harga saham ?
d. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham ?
e. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities terhadap harga
saham ?
f. Sales to Total Assets terhadap harga saham ?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara simultan Working Capital to
Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and
Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya dii atas tujuan penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi keuangan dari industri bahan dasar dan kimia
setelah dianalisis dengan menggunakan metode Altman Z-score termasuk
dalam kategori sehat, rawan, ataukah bangkrut.
11
2. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan secara parsial :
a. Nilai Z-score terhadap harga saham.
b. Working Capital to Total Assets terhadap harga saham.
c. Retained Earning to Total Assets terhadap harga saham.
d. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham.
e. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities terhadap harga
saham.
f. Sales to Total Assets terhadap harga saham.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan secara simultan Working Capital
to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest
and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kelompok berikut dalam
pengambilan keputusan :
a. Industri bahan dasar dan kimia
Penelitian ini dapat digunakan pada industri bahan dasar dan kimia untuk
meningkatkan kinerja mereka termasuk dalam laporan keuangan,
sehingga perusahaan dapat menarik lebih banyak investor.
b. Investor
Investor dapat menggunakan studi ini untuk menganalisis dan
memperkirakan kembali saham melalui menganalisis laporan keuangan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai acuan dalam
keputusan pembelian di pasar saham.
c. Peneliti
Studi ini akan membantu peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik dalam penerapan keuangan, khususnya dalam bidang investasi.
Selain itu, studi ini digunakan sebagai pemenuhan akhir persyaratan untuk
lulus dari President University.
12
d. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi masa depan peneliti
untuk menganalisis financial distress serta pengaruh harga saham
perusahaan.
1.6 Definisi Istilah Penelitian
1. Financial Distress: situasi ketika sebuah perusahaan tidak dapat
menghadapi kesulitan untuk melunasi kewajiban finansialnya kepada
kreditur (Schmuck, 2013).
2. Harga Saham: harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia
berdasarkan penawaran dan permintaan di pasar (Houston, 2010).
3. Bursa Efek Indonesia: bursa yang terletak di Indonesia dimana investor
dapat membeli dan menjual saham untuk investasi .
4. Pasar Modal: pasar untuk membeli dan menjual surat utang (obligasi),
ekuitas (saham), reksadana, dan instrumen lainnya (Tandelilin, 2010).
5. Working Capital to Total Assets: rasio untuk mengukur aktiva lancar
bersih perusahaan relatif terhadap total aktiva yang dimiliki (Altman,
1968).
6. Retained Earnings to Total Assets: rasio ini mengukur tingkat leverage
sebuah perusahaan (Altman, 1968).
7. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets: rasio ini mengukur
produktivitas aktiva perusahaan, tanpa pengaruh dari tingkat pajak ataupun
tingkat bunga (Altman, 1968).
8. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities: rasio ini
mengukur seberapa jauh nilai pasar ekuitas perusahaan akan menurun
sebelum kewajiban melebihi aktiva (Altman, 1968).
9. Sales to Total Assets: rasio perputaran modal atau rasio standar bagaimana
perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki
perusahaan (Altman, 1968).
13
1.7 Lingkup dan Batasan Masalah
Pembatasan masalah ini dilakukan dengan tujuan agar pembahasan dapat
dilakukan dengan lebih terarah dan tidak terjadi pembahasan yang melebar.
Batasan masalah penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur
sektor bahan dasar dan kimia yang masih terdaftar dan aktif di BEI pada tahun
2012 - 2016.
2. Analisis kebangkrutan ini berkisaran pada prediksi kondisi perusahaan dan
pengaruh rasio-rasio keuangan Altman perusahaan manufaktur sektor bahan
dasar dan kimia dengan menggunakan model Altman Z-score.
I.8 Sistematika Penulisan
Penulisan sistematika dalam penelitian ini akan disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah mengenai financial distress dan pengaruhnya
terhadap harga saham. Dengan latar belakang tersebut dapat dilakukan identifikasi
masalah. Selanjutnya dibahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi istilah penelitian, lingkup dan batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori-teori yang sesuai terkait penelitian untuk digunakan sebagai landasan
dalam penelitian ini. Didalamnya terdapat penelitian-penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Dibahas pula
rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional masing-masing
variabel, serta bagaimana analisis data yang diperoleh dari penelitian ini.
14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang gambaran umum perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel
penelitian, deskripsi objek penelitian berdasarkan hasil statistik disertai dengan
pembahasannya, hasil uji asumsi klasik, hasil analisis regresi, hasil pengujian
hipotesis, dan interpretasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP
Menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian,
serta implikasi dan saran atas penelitian yang sudah dilakukan agar dapat
disempurnakan dengan penelitian-penelitian selanjutnya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Laporan Keuangan
Menurut Houston (2010), laporan keuangan adalah kumpulan laporan tentang
hasil keuangan, kondisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Adapun tujuan dari
kumpulan laporan tersebut sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui kemampuan bisnis dalam menghasilkan uang tunai dan
sumber serta penggunaan uang tersebut.
b) Untuk mengetahui apakah bisnis tersebut memiliki kemampuan untuk
membayar kembali utangnya.
c) Untuk menganalisa hasil keuangan dalam menemukan masalah profitabilitas
yang meningkat.
d) Untuk mendapatkan rasio keuangan dari pernyataan yang dapat menunjukkan
kondisi bisnis.
e) Untuk mengetahui rincian trnasaksi bisnis tertentu sebagaimana yang
diuraikan dalam isi laporan keuangan.
Isi standar dari sebuah laporan keuangan yang lengkap yaitu, pertama neraca
keuangan. Neraca keuangan menunjukkan aset, kewajiban, dan ekuitas entitas
pada tanggal laporan. Hal ini tidak menunjukkan informasi yang mencakup
rentang waktu. Kedua adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi menunjukkan
hasil operasi entitas dan aktivitas keuangan untuk periode pelaporan. Hal ini
mencakup pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian. Ketiga adalah laporan
arus kas. Laporan arus kas menunjukkan perubahan arus kas entitas selama
periode pelaporan. Terakhir adalah catatan tambahan. Catatan tambahan disini
termasuk penjelasan dari berbagai aktivitas, detail tambahan pada beberapa akun,
dan item lainnya sebagaimana diamanatkan oleh kerangka kerja akuntansi yang
berlaku, seperti GAAP atau IFRS (Houston, 2010).
16
Jika sebuah perusahaan berencana menerbitkan laporan keuangan kepada
pengguna luar (seperti investor atau pemberi pinjaman), laporan keuangan harus
diformat sesuai dengan salah satu kerangka akuntansi utama. Kerangka kerja ini
memungkinkan beberapa kelonggaran dalam bagaimana laporan keuangan dapat
disusun, sehingga pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbeda
bahkan di industri yang sama cenderung memiliki penampilan yang agak berbeda.
Laporan keuangan yang dikeluarkan ke pihak luar dapat diaudit untuk
memverifikasi keakuratannya. Jika laporan keuangan dikeluarkan secara ketat
untuk penggunaan internal, maka tidak ada pedoman selain penggunaan umum
tentang bagaimana pernyataannya disajikan (Brigham, 2010).
Pada tingkat yang paling minimal, perusahaan diharapkan mengeluarkan laporan
laba rugi dan neraca untuk mendokumentasikan hasil bulanan dan kondisi
keuangan akhir. Keseluruhan laporan keuangan diharapkan sebuah perusahaan
dapat melaporkan hasilnya untuk setahun penuh (Fahmi, 2011).
2.1.2 Rasio Keuangan
Menurut Jumingan (2011), analisis rasio adalah analisis kuantitatif terhadap
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. analisis rasio
digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek kinerja operasi dan keuangan
perusahaan seperti efisiensi, likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitasnya. Analisis
rasio meliputi evaluasi kinerja dan kesehatan keuangan suatu perusahaan dengan
menggunakan data dari laporan keuangan terkini dan historis. Data yang diambil
dari laporan ini digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dari waktu
ke waktu untuk menilai apakah perusahaan tersebut membaik atau memburuk dan
membandingkan posisi keuangan perusahaan dengan rata-rata industri atau
membandingkan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain yang
beroperasi di sektornya untuk melihat bagaimana pertumbuhan perusahaan.
Analisis rasio keuangan adalah proses perhitungan rasio keuangan yang
merupakan indikator matematis yang dihitung dengan membandingkan informasi
keuangan utama yang muncul dalam laporan keuangan suatu perusahaan dan
17
menganalisinya untuk mengetahui alasan dibalik posisi keuangan perusahaan saat
ini dan menilai kinerja keuangan terakhirnya (Fahmi, 2014).
Menurut Reeve (2011), analisis rasio keuangan merupakan alat yang sangat
berguna karena dapat menyederhanakan proses perbandingan keuangan dua atau
lebih perusahaan. Perbandingan langsung laporan keuangan tidak efisien karena
adanya perbedaan ukuran perusahaan yang relevan. Analisis rasio keuangan
membuat laporan keuangan sebanding diantara perusahaan yang berbeda dan pada
periode yang berbeda. Analisis rasio yang berbeda untuk menganalisis berbagai
aspek posisi keuangan yang dihitung dan dianalisis dalam situasi tertentu
bergantung pada pengguna laporan keuangan.
Yuliastry dan Wirakusuma (2013) menyatakan bahwa analisis rasio dapat
dijadikan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Mengenali
indikasi kebangkrutan sejak dini dapat menghindari perusahaan dari kondisi
financial distress atau kesulitan keuangan. Menurut Fahmi (2012), analisis rasio
keuangan bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan dan
menunjukkan peluang yang akan terjadi dimasa depan dengan menggambarkan
fenomena yang terjadi saat ini.
Dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan rasio keuangan adalah angka yang
menunjukkan hubungan yang relevan dan signifikan antara beberapa elemen
dengan elemen lain dari laporan keuangan.
2.1.3 Financial Distress
Financial distress adalah istilah dalam keuangan perusahaan yang digunakan
untuk menunjukkan kondisi ketika tidak dapat memenuhi janji-janji kepada
kreditur. Kesulitan keuangan dapat menyebabkan kebangkrutan. Dalam arti yang
lebih umum dan dasar, financial distress adalah pengurangan efisiensi keuangan
yang dihasilkan dari kekurangan uang tunai (Korteweg, 2007). Financial distress
adalah suatu kondisi di mana kewajiban perusahaan tidak terpenuhi atau
dihadapkan dengan kesulitan. Kerugian dari sebuah perusahaan menimbulkan
18
rasio utang yang lebih tinggi, sehingga hal itu meningkatkan risiko financial
distress yang merugikan pemegang saham dan perusahaan. Bentuk ekstrim dari
kesulitan keuangan adalah kepailitan atau kebangkrutan yang dapat memaksa
perusahaan untuk menjual asetnya.
Altman (1983) membedakan antara kebangkrutan berbasis saham dan berbasis
aliran insolvensi yang semuanya mengarah ke financial distress. Hal ini terjadi
ketika sebuah perusahaan memiliki net-worth negatif sehingga menyebabkan nilai
asetnya kurang dari nilai utangnya dan kemudian terjadi arus kas operasi yang
tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban perusahaan.
Ramanujam (1984) mendefinisikan financial distress menggunakan sejumlah
istilah. Pertama, sebagai “kegagalan ekonomi” menandakan bahwa pendapatan
perusahaan tidak mencakup biaya total yang termasuk biaya modal. Kedua
sebagai “kegagalan bisnis” yang mengacu pada setiap usaha yang telah
mengakhiri operasi dengan kerugian yang dihasilkan kepada kreditur. Ketiga
sebagai “kepailitan teknis” dimana suatu perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajibannya saat jatuh tempo. Terakhir sebagai “kebangkrutan secara hukum”
yang memperingatkan bahwa perusahaan tidak secara hukum bangkrut kecuali
telah mengajukan untuk likuidasi di bawah Undang-Undang yang berlaku dalam
hukum.
Ross et al. (1999) mencatat bahwa risiko yang ditimbulkan atas biaya financial
distress akan memiliki dampak negatif pada nilai perusahaan dengan nilai
keringanan pajak untuk meningkatkan tingkat utang. Meskipun suatu perusahaan
berhasil menghindari likuidasi hubungan dengan pemasok, pelanggan, karyawan
dan kreditur cenderung mengurangi atau bahkan berhenti memasok barangnya,
jika mereka percaya bahwa ada kesempatan peningkatan perusahaan tidak berada
di eksistensi dalam waktu beberapa bulan.
Wruck (1990) menyatakan bahwa indikator umum dari financial distress dalam
suatu perusahaan yaitu adanya pengurangan dividen untuk sebuah perusahaan
yang telah menunjukkan penurunan terus-menerus dalam jumlah dividen dari
19
waktu ke waktu atau bahkan gagal untuk membagikan dividen sama sekali.
Sebuah perusahaan yang mengalami financial distress mungkin tidak mendukung
semua operasi yang mengarah ke penutupan beberapa cabang. Kerugian operasi
membuat perusahaan tidak dapat membayar dividen atau meningkatkan investasi.
Sebuah kerugian adalah pengurangan modal sehingga perusahaan akan bergerak
ke arah kebangkrutan.
Pemberlakuan PHK akan dilakukan untuk penghematan demi menyelamatkan
perusahaan dari defisit. Oleh karena itu karyawan dapat mengundurkan diri dan
pindah ke perusahaan yang lebih menunjukkan potensi untuk menahan kesulitan
ekonomi. Pengunduran diri ini bisa menjadi tanda kinerja yang buruk dan
berdampak pada turunnya harga saham yang merupakan indikator dari nilai pasar
bagi perusahaan. Kreditur mengamati kinerja dari sebuah perusahaan berdasarkan
harga saham. Hal ini akan berdampak pada tingkat penjualan perusahaan yang
lebih sedikit sehingga pendapatan juga akan berkurang.
Sebuah perusahaan yang mengalami financial distress juga memiliki
kecenderungan untuk menekankan profitabilitas jangka pendek pada biaya
keberlanjutan jangka panjang. Ada juga kecenderungan seorang karyawan
mempertimbangkan pekerjaan alternatif, sebagai akibat dari kerugian perusahaan.
Jika aset harus dijual cepat, nilai realisasi mereka mungkin akan menjadi sangat
rendah.
Whitaker (1999) menyatakan bahwa proses financial distress dimulai ketika suatu
perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran terjadwal. Whitaker mampu
mengidentifikasi lima langkah sentral yang prosesnya memakan waktu sebagai
situasi berkembang, pertama adalah ketidakmampuan perusahaan untuk
memenuhi pembayaran utang yang dijadwalkan, hal itu merupakan masalah arus
kas sementara (insolvensi teknis) atau masalah permanen yang disebabkan oleh
nilai aset memiliki jatuh di bawah kewajiban utang (insolvensi dalam
kebangkrutan). Tahap berikutnya adalah memutuskan apakah masalahnya bersifat
sementara. Jika demikian, maka kesepakatan dengan kreditur yang memberikan
perusahaan waktu untuk pulih dan untuk memuaskan semua orang dapat bekerja.
20
Namun, jika jangka panjang nilai aset dasar telah benar-benar menurun, maka
kerugian ekonomi telah terjadi. Berikutnya adalah memutuskan apakah
perusahaan akan lebih berharga jika tetap dipertahankan dan terus beroperasi atau
akan dilikuidasi atau dijual. Setelah itu, tahap berikutnya adalah untuk
menetapkan apakah perusahaan harus mengajukan perlindungan di bawah
Undang-undang atau mencoba untuk menggunakan prosedur informal. Tahap
terakhir adalah untuk menyepakati siapa yang harus mengontrol perusahaan saat
sedang dilikuidasi atau direhabilitasi.
Gilbert et al. (1990) memberikan 3 alasan utama untuk financial distress.
Penyebab pertama financial distress adalah alokasi aset yang tidak baik. Aset
suatu perusahaan dapat mendorong terjadinya kebangkrutan jika sumber daya
tidak dialokasikan secara efisien. Kedua, kebangkrutan perusahaan mungkin
struktur keuangan. perusahaan dapat memiliki struktur aset yang tepat, tetapi
struktur keuangannya tidak baik maka akan menyebabkan kendala likuiditas.
Ketiga, tata kelola perusahaan dapat mendorong perusahaan ke dalam kesusahan
jika ada konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik.
2.1.4 Altman Z-score
Pada tahun 1968, Edward Altman menerbitkan apa yang telah menjadi prediktor
terbaik yang diketahui dari kebangkrutan. Prediktor ini adalah model statistik
yang menggabungkan lima rasio keuangan untuk menghasilkan produk yang
disebut Z-score. Model ini telah terbukti menjadi instrumen yang dapat
diandalkan dalam meramalkan kemungkinan perusahaan akan bangkrut. Namun,
Altman menambahkan teknik statistik yang disebut analisis multivariat dengan
campuran teknik analisis rasio tradisional sehingga memungkinkannya untuk
mempertimbangkan tidak hanya pengaruh rasio yang dijadikan sebagai prediktor
model kebangkrutannya, namun juga untuk mempertimbangkan bagaimana rasio
tersebut berpengaruh pada masing-masing model.
21
Altman mengembangkan Z-score setelah mengevaluasi 66 perusahaan,
setengahnya mengindikasikan kebangkrutan antara tahun 1946 dan 1965. Altman
memulai dengan 22 rasio yang tergolong dalam lima kategori, yaitu likuiditas,
profitabilitas, leverage, solvabilitas dan aktivitas, yang pada akhirnya dipersempit
menjadi lima rasio.
Altman (1968) menyatakan bahwa model ini memprediksi kesehatan keuangan
perusahaan berdasarkan fungsi diskriminan dalam bentuk aslinya, rumus Z-score
adalah sebagai berikut :
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Sumber : Munawir, 2015
Dimana:
Z = nilai
X1 = Working Capital to Total Assets (modal kerja terhadap total aset)
X2 = Retained Earning to Total Assets (laba ditahan terhadap total aktiva)
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (laba sebelum bunga dan
pajak terhadap total aset)
X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (nilai pasar ekuitas
terhadap nilai buku dari total kewajiban)
X5 = Sales to Total Assets (penjualan terhadap total aktiva)
Jika nilai Z-score yang lebih besar dari 2,99 berarti bahwa entitas yang diukur
aman dari kebangkrutan. Sedangkan jika nilai Z-score kurang dari 1,81 berarti
bahwa bisnis tersebut berisiko besar mengalami kebangkrutan, sementara nilai
diantara 2,99 dan 1,81 harus dianggap sebagai titik rawan untuk kemungkinan
masalah. Model ini terbukti cukup akurat dalam memprediksi kebangkrutan
entitas masa depan yang sedang dianalisis.
22
Berdasarkan rumus perhitungan model Altman Z-score di atas, dapat dijelaskan
kelima rasio tersebut sebagai berikut :
a) Working Capital to Total Assets (WC/TA)
Rasio ini menghitung modal kerja terhadap total aset untuk mengukur aset likuid
yang dimiliki perusahaan sehubungan dengan ukurannya. Hal ini memberikan
indikasi bagaimana perusahaan mampu untuk menutupi kewajiban keuangan
jangka pendek. Modal kerja yang negatif (total aktiva lancar - jumlah kewajiban
lancar) akan menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mengalami kesulitan
dalam memenuhi hutang jangka pendek karena aset yang dimiliki tidak cukup
untuk menutupi kewajiban apapun.
b) Retained Earning to Total Assets (RE/TA)
Hal ini mengindikasikan profitabilitas kumulatif perusahaan, karena profitabilitas
yang menyusut merupakan tanda peringatan. Selain itu, RE/TA juga menunjukkan
bagaimana perusahaan mampu menghasilkan pendapatan dengan menggunakan
total asset yang dimiliki. Perusahaan yang memiliki RE/TA rendah akan
membiayai kegiatan operasional melalui hutang dan bukan laba ditahan. Disisi
lain, perusahaan yang memiliki RE/TA tinggi mungkin akan lebih mampu
bertahan dalam kondisi keuangan yang buruk. Perusahaan dengan RE/TA yang
konsisten sering dikaitkan erat dengan usia dan kematangan perusahaan.
c) Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)
Rasio ini mengukur produktivitas aset perusahaan. Serupa dengan pengembalian
aset (ROA), rasio ini menggambarkan bagaimana perusahaan dapat mengelola
asetnya untuk menghasilkan pendapatan dan mengakui bahwa pendapatan
merupakan faktor utama bagi stabilitas keuangan operasi perusahaan dalam
jangka panjang.
d) Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)
Tujuan rasio ini adalah untuk memberi penilaian seberapa besar nilai perusahaan
melebihi kewajibannya. Rasio ini mengenalkan unsur kepercayaan pasar terhadap
23
formula perusahaan, yang menunjukkan bahwa kelemahan keuangan akan
dikenali oleh pasar dan tercermin dalam harga saham.
e) Sales to Total Assets (S/TA)
Perputaran aset adalah ukuran seberapa efektif perusahaan menggunakan asetnya
untuk menghasilkan penjualan. Hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan
mampu mengelola asetnya, karena perputaran aset yang rendah akan
menghasilkan pangsa pasar yang rendah.
Kelebihan dari model Altman Z-score adalah pengukuran yang umum digunakan
dengan daya tarik yang luas, meskipun hanya salah satu dari banyak model
penilaian keuangan yang digunakan saat ini. Pada dasarnya model Altman Z-
score menggabungkan indikator keuangan yang dapat dihitung dengan sejumlah
kecil variabel untuk memprediksi gagal atau tidak sebuah perusahaan (Ririanty,
2015). Altman mengevaluasi kembali metodenya dengan memeriksa 86
perusahaan yang mengalami masalah keuangan dari tahun 1969 sampai 1975 dan
kemudian 110 perusahaan bangkrut dari tahun 1976 sampai 1995 dan kemudian
120 perusahaan bangkrut dari tahun 1996 sampai 1999, nilai Z-score antara 82%
dan 94% akurat. Menurut Darmadji & Fakhruddin (2012) model Altman Z-score
telah terbukti menjadi salah satu prediktor kebangkrutan yang paling akurat
sehingga para analis sering menyamakan hasil Z-score tertentu dengan peringkat
obligasi yang sesuai karena diduga dapat mungukur risiko kegagalan.
Meski memiliki tingkat akurasi yang relatif tinggi dari model, namun model ini
memiliki beberapa kelemahan. Secara khusus, perusahaan yang masih muda
dengan penghasilan sedikit atau tidak sama sekali akan memiliki nilai Z-score
yang rendah tanpa harus menghadapi kebangkrutan. Nilai Z-score dapat
dipengaruhi oleh unsur-unsur akuntansi sehingga cukup mudah berubah.
Akhirnya antara industri dan perusahaan non-manufaktur padat modal dengan
nilai Z-score yang sedikit lebih tinggi sebagai hasil rasio perputaran aset akan
memiliki rasio penjualan terhadap aset yang bervariasi. Meskipun demikian, nilai
Z-score dapat digunakan sebagai alat yang berharga bagi investor atau akuntan
karena akan menjadi penilaian ketika investor menganalisis keuangan perusahaan.
24
2.1.5 Harga Saham
Saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan atau badan
dalam suatu perusahaan (Kamaludin & Indriani, 2012). Menurut Fahmi (2012)
saham adalah bukti kontribusi kepemilikan modal atau dana di suatu perusahaan.
Sementara itu, bentuk saham merupakan selembar kertas yang disebut sebagai
pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas (Fahmi, 2012). Jenis saham memiliki
pengaruh yang berbeda pada saham yang dipengaruhi oleh satu atau lebih dari
masing-masing variabel independen (Gitman, 2009). Oleh karena itu, identifikasi
awal diperlukan untuk mengetahui jenis variabel yang diduga berkontribusi pada
jenis saham yang secara teori memiliki kualitas hubungan antara harga saham dan
variabel makro dan mikro ekonomi dengan kondisi ekonomi yang berlaku disuatu
tempat.
Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang aktif. Pada
hakekatnya harga saham merupakan besarnya penerimaan yang dihasilkan melalui
pengorbanan yang telah dilakukan oleh investor untuk penyertaan dalam
perusahaan (Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal). Sedangkan
menurut Tandelilin (2010) harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa
ketika harga permintaan tertinggi untuk beli dan harga penawaran terendah untuk
jual dari anggota bursa.
Harga saham yang dinilai oleh pasar merupakan harga saham perusahaan yang
terdaftar di bursa efek. Konsep harga pasar merupakan indikator penting bagi
investor dalam hal penilaian bagi perusahaan yang ada di pasar modal. Semakin
tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai suatu perusahaan, sehingga investor
akan mempertimbangkan keputusannya dalam berinvestasi (Darmadji, 2012).
Berdasarkan penjelasan harga saham di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
harga saham adalah harga yang terjadi antara penjual dan pembeli saham
berdasarkan permintaan dan penawaran yang ada di pasar bursa guna
mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu
mempertahankan harga saham optimal di pasar yang mencerminkan nilai
25
perusahaan. Semakin tinggi harga saham maka semakin besar peluang
mendapatkan keuntungan modal dan pendanaan dari luar (Kamaludin & Indriani,
2012). Tandelilin (2010) menyatakan bahwa “market price” atau harga pasar
merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah
ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga
penutupnya (closing price).
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Penulis atau
Komponen
Judul
Penelitian
Metode
dan Alat
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Ni Made
Dewi
Sukmawati, I
Made
Pradana
Adiputra,
Nyoman Ari
Surya
Darmawan
(2014)
Pengaruh
Rasio-Rasio
Dalam Model
Altman Z-
Score
Terhadap
Harga Saham
(Studi
perusahaan Go
Public di BEI)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Secara parsial Earning Before
Interest and Taxes to Total
Assets dan Market Value of
Equity to Book Value of Total
Liabilities berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham. Sedangkan Working
Capital to Total Assets,
Retained Earning to Total
Assets, dan Sales to Total
Assets tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham. Namun WC/TA,
RE/TA, EBIT/TA,
MVE/BVTL, dan S/TA
secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham.
26
2. Setyani Dwi
Lestari,
Retno Fuji
Oktaviani,
Willy Arafah
(2016)
Prediksi
Financial
Distress
Dengan
Altman Z-
Score dan
Pengaruhnya
Terhadap
Harga Saham
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Kimia Yang
Terdaftar Di
BEI 2009-
2014
Analisis
Regresi
Terdapat pengaruh yang
siginifikan antara nilai Z-
Score terhadap harga saham.
Rasio Earning Before Interest
and Taxes to Total Assets
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga
saham. Namun, rasio Working
Capital to Total Assets,
Retained Earning to Total
Assets, Market Value of
Equity to Book Value of Total
Liabilities dan Sales to Total
Assets tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham.
3. Nur Fadli
Andriawa,
Dantje
Salean
(2016)
Kinerja
Keuangan
Dengan Harga
Saham Pada
Perusahaan
Properti Di
Bursa Efek
Indonesia
Regresi
Linier
Sederhana
Berdasarkan hasil uji regresi,
harga saham dapat
dipengaruhi oleh nilai Z-Score
namun masih banyak
variabel yang dapat
mempengaruhi harga saham
selain variabel nilai Z-Score.
4. Lasmanah
(2014)
The Prediction
of Financial
Distress
Analysis and
Its Implication
to Stock
Analisis
Regresi
Berdasarkan hasil pengujian
yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa prediksi
financial distress dengan
model Altman Z-Score
memiliki hubungan yang
27
Price’s Sub
Sector
Transportation
In Indonesi a
Stock
Exchange
Period 2007-
2011
cukup kuat dengan harga
saham perusahaan
transportasi dan berpengaruh
secara positif signifikan.
5. Reffida
Octian
Ririanty
(2015)
Pengaruh
Financial
Distress dan
Dividend
Payout Ratio
Terhadap
Perubahan
Harga Saham
Regresi
berganda
(Multiple
Regression
Analysis)
Berdasarkan hasil penelitian
terdapat tiga variabel yang
berpengaruh signifikan
terhadap perubahan harga
saham yaitu rasio Working
Capital to Total Assets
(WC/TA), Earnings before
Interest and Tax to Total
Assets (EBIT/TA), dan
Dividend Payout Ratio
(DPR), sedangkan rasio
Retained Earnings to Total
Assets (RE/TA), Sales to
Total Assets (S/TA), dan
Market Value of Equity to
Book Value to Total
Liabilities (MVE/BTL) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
6. Bambang
Sugeng
Dwiyanto
(2012)
Analisis
Pengaruh
Ratio
Keuangan
Analisis
Regresi
Berganda
Secara parsial, rasio Sales to
Total Assets berpengaruh
negatif signifikan terhadap
harga saham. Namun, secara
28
Dengan Harga
Saham Pada
Perusahaan
Properti Di
Bursa Efek
Indonesia
simultan rasio WC/TA,
RE/TA, EBIT/TA,
MVE/BVTL, dan S/TA
secara tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham.
7. Kristin
Yuniarti
(2014)
Pengujian
Dampak Rasio
Altman, DER,
dan Tingkat
Suku Bunga
Terhadap
Harga Saham
Perusahaan
Sektor
Pertambangan
Di Bursa Efek
Indonesia
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rasio-rasio keuangan
Altman (WC/TA, RE/TA,
EBIT/TA, dan S/TA), DER,
dan Tingkat Suku Bunga
secara simultan
mempengaruhi harga. Saham
sebesar 46,3%, sisanya 53,7%
dipengaruhi variabel lain.
Hasil uji secara parsial
ditemukan bahwa WC/TA,
RE/TA, EBIT/TA, S/TA,
DER, dan Tingkat Suku
Bunga mempengaruhi harga
saham.
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
29
2.3 Gap Penelitian
Gap penelitian ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Kesenjangan tersebut ditemukan berdasarkan beberapa aspek seperti variabel,
periode, sampel, metode, dan hasil. Penelitian ini terdiri dari prediksi financial
distress dan rasio-rasio Altman Z-score sebagai variabel bebas dan kemudian
harga saham sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan rasio-rasio
Altman Z-score untuk memprediksi financial ditress pada perusahaan
manufaktur. Beberapa peneliti, Yuniarti (2014) menggunakan variabel lain untuk
memprediksi financial distress, yaitu tingkat suku bunga. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan berganda. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanto (2012) dan Ririanty (2015) yang
hanya menganalisis rasio-rasio keuangan untuk memprediksi financial distress
berdasarkan metode analisis regresi linier berganda.
Hasil yang ditemukan oleh peneliti sebelumnya memiliki berbagai perbedaan
antara lain karena penelitian oleh Lestari, dkk (2016), rasio Market Value of Total
Equity to Book Value of Total Liabilities tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham, penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati, dkk (2014), Market
Value of Total Equity to Book Value of Total Liabilities memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Studi lain yang dilakukan oleh Lasmanah (2014)
menyatakan bahwa prediksi financial distress memiliki hubungan yang cukup
kuat dengan harga saham, sedangkan menurut Andriawa & Salean (2016), harga
saham dapat dipengaruhi oleh nilai Z-score namun masih banyak variabel lainnya
yang mempengaruhi harga saham. Mengingat kondisi perekonomian Indonesia
yang sangat fluktuatif, timbul pertanyaan seberapa besar tingkat akurasi model
Altman Z-score untuk memprediksi financial distress perusahaan manufaktur dan
bagaimana pengaruhnya terhadap harga saham. Selain itu, penelitian ini
mengandung periode terbaru yaitu 2012-2016. Dengan demikian, penelitian ini
menjadi objek untuk mengisi kesenjangan dalam penelitian ini.
30
2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini digunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor
bahan dasar dan kimia periode 2012-2016, yang kemudian di analisis dengan
model Altman Z-Score untuk mengetahui potensi terjadinya financial distress.
Hasil akhir penelitian akan terlihat apakah perusahaan mengalami kesulitan
keuangan (financial distress) atau tidak mengalami kesulitan keuangan (non
financial distress) serta apakah pengaruhnya terhadap harga saham. Sebagai dasar
merumuskan hipotesis berikut kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan
pengaruh variabel-variabel Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to
Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of
Equity to Book Value of Total Liabilities, Sales to Total Assets dan harga saham.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Harga Saham (Y)
Prediksi Financial Distress
Altman Model
H2
H1
H1
H1
H6
Z-score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 +1,0 X5
,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 +1,0 X5
H5
WC/TA
(X1)
RE/TA
(X2)
H4
EBIT/TA
(X3)
H3
MVE/BVD
(X4)
S/TA
(X5)
H7
31
2.5 Perumusan Hipotesis
Menurut Nazir (2012) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban
sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara
empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai prediksi
kebangkrutan perusahaan dan pengaruhnya terhadap harga saham menggunakan
metode Altman Z-score, penyusunan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara nilai Z-score terhadap harga saham
H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara Working Capital to Total Asset
terhadap harga saham
H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara Retained Earnings to Total Asset
terhadap harga saham
H4 : Ada pengaruh yang signifikan antara Earning Before Interest and Taxes to
Total Asset terhadap harga saham
H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara Market Value of Equity to Book of
Total Liabilities terhadap harga saham
H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara Sales to Total Assets terhadap harga
saham
H7 : Ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara Z-score, Working
Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before
Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value
of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini berjudul “Analisis Financial Distress dan Pengaruhnya Terhadap
Harga Saham di Perusahaan Manufaktur Sektor Bahan Dasar dan Kimia”.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pengaruh sebuah
prediksi terhadap variabel penelitian. Sementara tujuan khusus dari penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh prediksi financial distress yang terjadi pada
perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia di BEI terhadap harga
saham. Sehingga dapat dilakukan analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian
ini. Dimana metode deskriptif dapat menjelaskan rumusan masalah yang diteliti
berkenaan dengan variabel penelitian. Penelitian kuantitatif adalah penelitian
dengan memperoleh data yang berbentuk angka dan menggunakan instrumen
penelitian untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Penelitian kuantitatif
deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran informasi
ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian secara sistematis dan detail
sesuai hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Penelitian ini disusun
berdasarkan data laporan keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur sektor
bahan dasar dan kimia periode 2012-2016 yang diambil dari website BEI dan
website masing-masing perusahaan guna memprediksi keuangan perusahaan
menggunakan analisis financial distress dengan metode Altman Z-score.
33
3.2 Kerangka Penelitian
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan
kimia di BEI sebagai pusat informasi perusahaan go public di Indonesia dan
menggunakan website resmi perusahaan bersangkutan yang diakses melalui
internet serta link lainnya yang memberikan tambahan informasi tentang masalah
dalam penelitian.
Periode pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu tahun 2012-2016
karena rentang waktu ini dianggap dapat memberikan gambaran data yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian ini.
Identifikasi masalah dan menentukan
rumusan masalah
Menemukan dan mengumpulkan teori
penelitian yang terkait
Mengembangkan kerangka teoritis
Kesimpulan & rekomendasi
Interpretasi hasil penelitian
Tranformasi dan proses data
Mengumpulkan data yang dibutuhkan
Menentukan metodologi
Menggunakan
Microsoft Excel
dan SPSS versi
16
Diakses dari
website resmi
setiap perusahaan
34
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah jumlah individu atau benda yang sangat besar yang tidak layak
untuk diproses atau diolah, dengan demikian sebagian populasi dipilih untuk
tujuan penelitian (Sekaran & Bougie, 2011). Dalam penelitian ini, populasi
penelitian difokuskan pada perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia
yang telah go public dan terdaftar di BEI dengan periode pengamatan tahun 2012-
2016 dengan total 66 perusahaan.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini (Sekaran & Bougie, 2011). Ada
dua jenis utama desain sampling, yaitu probability sampling dan nonprobability
sampling (Sekaran & Bougie, 2011). Nonprobability sampling akan digunakan
dalam penelitian ini karena sampel tidak memiliki peluang yang diketahui atau
yang telah ditentukan sebelumnya untuk dipilih sebagai subjek, dengan fokus
pada purposive sampling. Purposive sampling dipilih karena hanya jenis sampel
tertentu yang memberikan informasi yang dibutuhkan.
Ada 8 subsektor di sektor industri bahan dasar dan kimia dan masing-masing
subsektor harus diwakili dalam penelitian ini. Dalam menentukan sampel, peneliti
mendapatkan 12 perusahaan berdasarkan kriteria dan tujuan penelitian.
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
secara terus-menerus selama periode penelitian.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara
lengkap selama periode tahun penelitian.
3. Perusahaan yang melakukan pembagian dividen secara rutin selama
periode tahun penelitian.
4. Perusahaan yang menerbitkan mata uang dalam rupiah.
35
Kriteria tersebut membantu peneliti memilih perusahaan untuk dijadikan sampel.
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini
melalui metode purposive sampling sebanyak 12 perusahaan dari 66 perusahaan
di industri bahan dasar dan kimia yang telah dipilih. Berikut ini merupakan daftar
nama perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini :
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Sampel
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk
3 SMGR Semen Indonesia Tbk
4 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
5 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
6 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
7 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
8 LION Lion Metal Works Tbk
9 LMSH Lionmesh Prima Tbk
10 EKAD Ekadharma International Tbk
11 TRST Trias Sentosa Tbk
12 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif merupakan data yang menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu
yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan pendekatan statistik berupa
laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia per satu
periode tahun 2012-2016. Data sekunder merupakan data yang biasanya diperoleh
dalam bentuk dokumentasi atau publikasi yang sudah siap digunakan menurut
kebutuhan penelitian. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti IDX statistics,
saham OK, dan ringkasan kinerja keuangan perusahaan pada website IDX.
36
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi
atau informasi yang berasal dari catatan penting baik secara pribadi maupun
kelembagaan (Sugiyono, 2012). Metode dokumentasi merupakan metode
pengumpulan data sekunder yang dilakukan melalui pencatatan dokumen yang
berhubungan dengan financial distress serta data-data yang sesuai dengan
karakteristik masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
Pengumpulan dan pencatatan data berdasarkan annual report pada masing-masing
perusahaan manufaktur.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan penelitian
kepustakaan, yaitu informasi yang digunakan sebagai teori acuan untuk
pengolahan data yang diperoleh melalui membaca dan menelaah skripsi, jurnal,
majalah, artikel, buku, serta sumber lain yang terkait dengan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini (Sugiyono, 2012).
37
3.7 Definisi Operasional Variabel Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Rumus Skala
Variabel Bebas
Altman
Z-Score
Metode Z-
Score adalah
alat statistik
yang
digunakan
untuk
mengukur
kemungkinan
perusahaan
akan
bangkrut.
Z-score
= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Rasio
Working
Capital to
Total
Assets
(X1)
Rasio ini
mengukur
aset likuid
perusahaan
sehubungan
dengan
ukurannya.
Rasio
Retained
Earning
to Total
Assets
(X2)
Rasio ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
pendapatan
menggunakan
total asetnya.
Rasio
38
Earning
Before
Interest
and
Taxes to
Total
Assets
(X3)
Rasio ini
mengukur
produktivitas
aset yang
dimiliki
perusahaan.
Rasio
Market
Value of
Equity to
Book
Value of
Total
Liabilities
(X4)
Rasio ini
mengukur
seberapa
besar nilai
perusahaan
melebihi
kewajibannya.
Rasio
Sales to
Total
Assets
(X1)
Rasio ini
menunjukkan
bagaimana
perusahaan
mampu
menghasilkan
penjualan
dengan
menggunakan
asetnya.
Rasio
Variabel Terikat
Harga
Saham
(Y)
Harga saham
merupakan
harga yang
ditentukan
Harga Penutupan (Closing Price) Nominal
39
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
3.8 Metode Analisis Data
3.8.1 Analisis Prediksi Financial Distress
Prediksi financial distress dapat dihitung dengan menggunakan metode Altman Z-
score berdasarkan fungsi driskiminan sehingga menghasilkan model analisis
(Munawir, 2015) sebagai berikut:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Notasi:
X1 = Working Capital / Total Assets (WC/TA)
X2 = Retained Earning / Total Assets (RE/TA)
X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) / Total Assets (EBIT/TA)
X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)
X5 = Sales / Total Assets (S/TA)
Hasil dari nilai Z-score dapat dilihat berdasarkan tabel di bawah dan dapat
dijabarkan sesuai ketentuan ketentuan tabel Altman Z-score :
Tabel 3.3 Altman Z-score
Z KONDISI
Z > 2,99 Sehat
1,81 < Z < 2,99 Zona abu-abu
Z < 1,81 Financial Distress
Sumber : Munawir, 2015
berdasarkan
permintaan
dan
penawaran di
pasar bursa
yang sedang
aktif.
40
3.8.2 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif akan mengatur dan meringkas variabel informasi masing-
masing melalui perhitungan berbagai ukuran deskriptif seperti rata-rata,
maksimum, minimum, dan standar deviasi (Weiss, 2012).
Mean adalah nilai rata-rata data, yang diperoleh dengan menambahkan data dan
membagi jumlah observasi. Mean dapat dirumuskan sebagai berikut (Schwert,
2010) :
y = ∑Ni = ᵞi
N
Dimana :
N = jumlah observasi dalam sampel penelitian
Max dan Min adalah nilai maksimum dan minimum data dalam sampel penelitian
(Schwert, 2010).
Standar Deviasi adalah ukuran penyebaran atau penyebaran data sekitar rata-rata
(Schwert, 2010). Semakin kecil standar deviasi, semakin sempit kisaran antara
nilai terendah dan tertinggi mendekati nilai rata-rata. Schwert (2010) menyatakan
standar deviasi sebagai berikut :
Dimana :
N = jumlah observasi dalam sampel penelitian
Y = rata-rata
3.8.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian dalam peneltitian ini menggunakan antara lain uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedatisitas, dan uji autokoreasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, sampel
yang digunakan berasal dari populasi yang sama atau berdistribusi normal atau
41
tidak normal. Model regresi yang baik digunakan untuk penelitian adalah uji
normalitas yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,
2011). Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot
(P-P Plot). Suatu variabel dapat dikatakan baik atau memenuhi asumsi jika
gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal,
dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Ghozali, 2011).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang
kuat atau sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Hasil uji yang
sempurna dapat diketahui jika data terbebas dari masalah multikolinieritas. Jika
data yang diuji mengalami masalah multikolinieritas maka akan berdampak pada
koefisien regresi yang tidak dapat ditentukan serta standar deviasi menjadi sangat
besar atau tidak terhingga. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinieraritas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factors). Metode pengambilan keputusan yaitu semakin kecil nilai
Tolerance dan semakin besar nilai VIF maka semakin mendekati terjadinya
masalah multikolinieritas. Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika
nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan
tidak terjadi masalah multikolinieritas (Ghozali, 2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Hetroskedastistas bertujuan untuk mengetahui keadaan dimana terjadinya
ketidakpastian varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang
memenuhi asumsi mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Salah
satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas yaitu dengan
melihat pola titik-ttik pada sctatterplots regresi (Priyatno, 2012).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui terjadinya korelasi antara kesalahan
penggangu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1
(sebelumnya) (Sunyoto, 2013). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asumsi
ini berlaku untuk data time series atau data yang mempunyai seri waktu. Model
42
regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah autokorelasi. Salah satu cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan
melihat nilai Durbin-Watson (DW). Hasil dari nilai DW akan dibandingkan
dengan tabel DW. Adapun ketentuan keputusan Durbin-Watson menurut Priyatno
(2014) dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.4. Keputusan Durbin-Watson
Range Keputusan
DW < dl atau DW > 4 –dl Terjadi masalah Autokorelasi
du < DW < 4 –du Tidak terjadi masalah Autokorelasi
4 - du< DW < 4 –dl Hasilnya tidak dapat disimpulkan
Sumber : Priyatno, 2014
3.8.4 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah sebuah metode untuk pemodelan
hubungan antara satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Dalam model
regresi, variabel bebas menerangkan variabel terikatnya. Dalam analisis regresi
sederhana, hubungan antara variabel bersifat linier, dimana perubahan pada
variabel X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara konstan. Sementara
pada hubungan non linier, perubahan variabel X tidak diikuti dengan perubahan
variabel Y secara proporsional (Sugiyono, 2014). Analisis regresi linier sederhana
digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan variabel Z-score (X)
terhadap harga saham (Y).
Secara matematis model analisis regresi linier sederhana dapat digambarkan
(Sugiyono, 2014) sebagai berikut:
Y = a + bX + e
Keterangan :
Y = Harga saham
A = Konstanta
b = Koefisien regresi/slope
X = Z-score
e = Tingkat residual/error
43
3.8.5 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
secara bersama-sama pengaruh kelima variabel bebas (Working Capital to Total
Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to
Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales
to Total Assets) terhadap satu variabel terikat yaitu harga saham. Persamaan
regresi linier berganda (Sugiyono, 2014) sebagai berikut :
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + e
Keterangan :
Y = Harga saham
a = Konstanta
X1 = Working Capital to Total Assets (WC/TA)
X2 = Retained Earning to Total Assets (RE/TA)
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)
X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)
X5 = Sales to Total Assets (S/TA)
e = Tingkat kesalahan pengganggu/error
3.8.6 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, maka pengujian
selanjutnya adalah uji t, uji F, dan uji R2. Cara pengujiannya adalah sebagai
berikut:
1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan
variabel Y secara parsial atau dapat dikatakan seberapa jauh satu variabel bebas
secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011). Uji
t berguna untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat, yaitu :
44
a. Pengaruh variabel bebas (Z-score) terhadap variabel terikat (harga saham)
b. Pengaruh variabel bebas (Working Capital to Total Assets, Retained Earnings
to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market
Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets)
terhadap variabel terikat (harga saham).
Berikut adalah langkah-langkah pengujian terhadap koefisien regresi :
1) Hipotesis
a. H01 : β1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Z-score terhadap
harga saham.
Ha1 : β1 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Z-score terhadap
harga saham.
b. H02 : β2 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Working Capital
to Total Assets terhadap harga saham.
H02 : β2 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Working Capital to Total
Total Assets terhadap harga saham.
c. H03 : β3 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Retained Earning
to Total Assets terhadap harga saham.
Ha3 : β3 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Retained Earning to
Total Assets terhadap harga saham.
d. H04 : β4 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga
saham.
Ha4 : β4 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Earning Before
Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham.
e. H05 : β5 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Market Value of
Equity to Total Assets terhadap harga saham.
Ha5 : β5 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Market Value of Equity
Total Assets terhadap harga saham.
f. H06 : β6 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Sales to Total
Assets terhadap harga saham.
45
Ha6 : β6 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Sales to Total
Assets terhadap harga saham.
2) Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan sebesar 5% dan derajat
kebebasan (d.f) = n-k, dapat diketahui dari hasil perhitungan komputer
program SPSS 16.
3) Kesimpulan yang dapat diambil adalah jika nilai t hitung > t tabel atau nilai
signifikansi (p value) < 0,05 maka H0 ditolak dan sebaliknya jika nilai t hitung >
t tabel atau nilai signifikansi (p value) > 0,05 maka H0 diterima.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terikat (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, uji hipotesis secara
simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel Working
Capital to Total Assets (X1), Retained Earnings to Total Assets (X2), Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets (X3), Market Value of Equity to Book
Value of Total Liabilities (X4), dan Sales to Total Assets (X5) terhadap harga
saham (Y) secara bersama-sama. Langkah-langkah pengujian terhadap koefisien
regresi sebagai berikut:
1) H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets,
Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to
Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap variabel
harga saham.
Ha : paling sedikit satu βi ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel
Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book
Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap variabel harga
saham.
2) Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan taraf
signifikansi sebesar 5% dan derajat kebebasan (d.f) = (k-1, n-k, α), dapat
diketahui dari hasil perhitungan komputer program SPSS 16.
46
3) Kesimpulan yang dapat diambil adalah jika F hitung > F tabel atau nilai
signifikansi (p value) < 0,05 maka H0 ditolak, sebaliknya jika F hitung < F tabel
atau nilai signifikansi (p value) > 0,05 maka H0 diterima, dengan F tabel derajat
kebebasan = (k-1, n-k, α).
3. Uji Koefisien Determinasi
Analisis R2 (R Square) atau koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar persentase kontribusi pengaruh variabel bebas secara bersama-
sama terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi yaitu antara nol hingga
satu (0-1). Jika nilai R2 mendekati satu maka model regresi akan semakin kuat,
sebaliknya jika R2 mendekati nol maka model regresi akan semakin lemah dalam
menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat (Priyatno, 2012).
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk adalah perusahaan manufaktur yang
bergerak di bidang semen Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 16
Januari 1985 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 5
Desember 1989 dengan kode index saham “INTP”. Saat ini, perusahaan memiliki
delapan pabrik melalui penggabungan enam perusahaan semen. Produk yang
dihasilkan berupa beton siap pakai dan produk yang berhubungan dengan
pembuatan semen dan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan.
Selain itu, perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi
semen putih dan sebagai pemimpin pasar dalam bisnis beton siap pakai di
Indonesia. Sejak tahun 2001 HeidelbergCement Goup of Germany, telah memiliki
sebagian besar saham perusahaan. Indocement mencatat pertumbuhan keuangan
yang kuat selama 2012 hingga 2016. Merek terkenal “Tiga Roda” memimpin
Indocement untuk menjual 18,7 juta ton semen pada tahun 2014, yang
membuatnya menjadi semen tunggal tertinggi di Indonesia.
2. PT Holcim Indonesia Tbk
PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan
dan distribusi semen yang juga merupakan produsen semen terbesar ketiga di
Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 15 Juni 1971 di Jakarta dan
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Agustus 1997 dengan kode
index saham “SMCB”. Saat ini, Holcim Indonesia menguasai pasar sekitar 15
sampai 16 persen di Indonesia dalam hal produksi semen. Perusahaan ini
merupakan bagian dari Holcim Group yang berada di Swiss, salah satu produsen
semen global terbesar. Holcim Indonesia mengoperasikan sejumlah tambang
agregat dan jaringan pabrik beton siap pakai di wilayah Indonesia dengan
beberapa anak perusahaannya, yaitu PT Wahana Transtama, PT Readymix
48
Concrete Indonesia, PT Pendawa Lestari Perkasa dan Holcim Malaysia. Sebagai
bagian dari Holcim Group yang telah beroperasi di lebih 90 negara di dunia
dengan kinerja yang tinggi dalam industri bahan bangunan, Holcim Indonesia
berhasil memproduksi semen dengan kapasitas 15 juta ton per tahun.
3. PT Semen Indonesia Tbk
PT Semen Indonesia Tbk adalah perusahaan manufaktur Indonesia yang bergerak
di bidang pembuatan semen. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 7 Agustus
1975 di Gresik dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 Juli
1991 dengan kode index saham “SMGR” dan tercatat sebagai BUMN pertama di
Indonesia yang go public dengan terjualnya 40 lembar saha, kepada masyarakat.
Pada tanggal 20 Desember 2012, perusahaan merubah nama dari PT Semen
Gresik menjadi PT Semen Indonesia dan resmi berperan sebagai Strategic
Holding Company. Perusahaan ini membagi bisnisnya menjadi dua segmen, yaitu
produksi semen dan produksi non semen. Dalam mengoperasikan bisnisnya,
Semen Indonesia menggunakan anak perusahaannya, yaitu PT Semen Padang, PT
Semen Tonasa, PT Semen Gresik, Thang Long Cement JSC, Thang Long Cement
JSC 2, dan An Phu Cement JSC. Sementara itu, untuk jenis non semen yang
dihasilkan terdiri dari batu bara, batu kapur dan pertambangan tanah liat,
pembuatan karung semen, manufaktur beton siap pakai, penyedia jasa sewa
kawasan industri dan penyedia teknologi informasi dan komunikasi. Semen
Indonesia mencatat pertumbuhan keuangan yang kuat dengan total penjualan
26,13 triliun rupiah pada tahun 2016. Total penjualan ini sebagian mendapat
kontribusi dari kenaikan penjualan non semen.
4. PT Wijaya Karya Beton Tbk
PT Wijaya Karya Beton Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di sektor produk
beton. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 11 Maret 1997 di Bekasi dan tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Oktober 2007 dengan kode index
saham “WTON”. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan produk
beton pracetak. Produk yang dihasilkan berupa tiang transmisi, distribusi telepon,
tiang pancang, produk beton untuk bangunan dan produk beton maritim serta
49
produk-produk beton lainnya. Saat ini, Wijaya Karya Beton telah memiliki 9
pabrik, 6 wilayah penjualan dan 2 kantor penjualan yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Pada tahun 2016, Wijaya Karya Beton telah menghasilkan
penjualan sebesar 3,48 triliun rupiah. Kontribusi dari penjualan tambang dan
bidang jasa meningkat lebih dari dua kali lipat sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan keuangan perusahaan. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari
pembukuan laba bersih pada tahun 2016 sebesar Rp 109,37 miliar yang
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
5. PT Asahimas Flat Glass Tbk
PT Asahimas Flat Glass Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di
bidang industri kaca. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 18 Desember 1995
dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2000
dengan kode index saham “AMFG”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum
Perdana sebanyak 4.000.000 saham. Produk perusahaan dibagi menjadi 2
kategori, yaitu kaca datar yang sebagian digunakan sebagai bahan baku kaca
olahan dan kaca pengaman termasuk otomotif. Pabrik kaca datar dan kaca
otomotif berada di area yang berbeda; Pabrik kaca datar berlokasi di Ancol,
Jakarta Utara dan Sidoarjo sementara pabrik kaca otomotif berlokasi di
Cikampek. Saat ini, Asahimas meningkatkan total kapasitas produksinya sehingga
membuat Asahimas menjadi produsen kaca terbesar di Indonesia dan Asia
Tenggara.
6. PT Arwana Citra Mulia Tbk
PT Arwana Citramulia Tbk adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di
bidang pembuatan keramik Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 1 Juli
1995 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juli
2001 dengan kode index saham “ARNA”. Produk yang dihasilkan berupa keramik
normal dengan merek Arwana dan keramik premium dengan merek UNO yang
tersedia dalam berbagai pola dan ukuran. Pemasaran produk didistribusikan oleh
anak perusahaannya, yaitu PT Primagraha Keramindo dengan fasilitas
manufakturnya yang berada di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Tangerang,
50
Serang, Gresik, dan Ogan Ilir. Pada tahun 2017, Arwana memiliki total kapasitas
produksi sebesar 57,37 juta meter persegi per tahun dengan tujuan untuk
memperluas jaringan di tahun mendatang.
7. PT Surya Toto Indonesia Tbk
PT Surya Toto Indonesia Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di bidang
pembuatan barang saniter, alat kelengkapan dan perlengkapan dapur. Perusahaan
ini didirikan pada tanggal Juli 1977 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Oktober 1990 dengan kode index saham
“TOTO”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana kepada masyarakat
sebanyak 2.687.500 saham. Produk yang dihasilkan berupa gantungan handuk,
wastafel, bak mandi, lemari dapur, dan aksesoris lainnya yang terkait dengan
produk tersebut. Distribusi produk tidak hanya dilakukan secara lokal, namun
diekspor ke negara lain, seperti Hong Kong, Jepang, Australia, Vietnam,
Singapura, India, China, dan Thailand. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki
showroom di daerah Jakarta dan semua fasilitas manufakturnya berada di
Tangerang. `
8. PT Lion Metal Works Tbk
PT Lion Metal Works Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di
bidang industri peralatan kantor dan fabrikasi lainnya dari logam. Perusahaan ini
didirikan pada tanggal 16 Agustus 1972 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Agustus 1993 dengan kode index saham
“LION”. Perusahaan ini merupakan perusahaan joint venture antara perusahaan
Singapura dan Malaysia. Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana
kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 saham. Pada awalnya, perusahaan hanya
memproduksi peralatan kantor dan peralatan penyimpanan file atau dokumen
namun diperluas dengan membuat peralatan gudang, bahan bangunan dan
konstruksi, peralatan rumah sakit, dan peralatan keamanan. Kontribusi dari hasil
penjualan peralatan kantor dan produk pergudangan merupakan kontribusi
terbesar yang dapat meningkatkan penjualan perusahaan.
51
9. PT Lionmesh Prima Tbk
PT Lionmesh Prima Tbk adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang
industri besi kawat di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14
Desember 1982 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal
4 Juni 1990 dengan kode index saham “LMSH”. Perusahaan melakukan
Penawaran Umum Perdana kepada masyarakat sebanyak 600.000 saham. Produk
yang dihasilkan berupa jaring-jaring kawat baja las (Welded Wire Mesh), pagar
mesh, bronjong, kolom praktis dan produk sejenis lainnya. Saat ini, Lionmesh
memiliki empat pabrik yang berada di Jakarta dan Sidoarjo, Jawa Timur yang
mampu menyediakan kapasitas produksi sebesar 45.768 ton per tahun.
10. PT Ekadharma International Tbk
Ekadharma Internasional Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di sektor
pengemasan kertas dan pita perekat. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14
Desember 1983 di Tangerang dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 14 Agustus 1990 dengan kode index saham “EKAD”. Perusahaan
melakukan Penawaran Umum Perdana kepada masyarakat sebanyak 1.000.000
saham. Produk yang dihasilkan berupa Cloth Tapes, Double-Side Tapes, Kraft
Paper Tapes, Oriented Polypropylene (OPP) Tapes, Polyvinyl Chloride (PVC)
Insulation Tapes, Stationery Tapes, Masking Tapes, Stretch Films dan pita perekat
khusus. Ekadharma merupakan salah satu produsen yang juga memimpin pasar
tape di Indonesia. Pada tahun 2016, Ekadharma mampu menghasilkan penjualan
sebesar 568,64 miliar. Selama lima tahun terakhir, penjualan Ekadharma terus
mengalami peningkatan dan mampu bersaing dengan produsen lainnya di Asia.
Seiring dengan perkembangan yang dilakukan oleh perusahaan, hingga kini
perusahaan memiliki 30 cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
11. PT Trias Sentosa Tbk
Trias Sentosa Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bahan
kemasan film. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 23 November 1979 di
Sidoarjo dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 2 Juli 1990
dengan kode index saham “TRST”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum
52
Perdana kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 saham. Produk yang dihasilkan
adalah Biaxially Oriented Polypropylene Film (BOPP Film), dan Biaxially
Oriented Polyester Film (BOPET Film) yang digunakan sebagai bahan kemasan
berbagai macam barang. Saat ini, Trias Sentosa telah menjadi produsen kemasan
film fleksibel terbesar di Indonesia dengan total kapasitas sebesar ± 67.000 MT
Biaxially Oriented Polypropylene Film (BOPP Film)per tahun dan sebesar ±
30.000 MT Biaxially Oriented Polyester Film (BOPET Film) per tahun.
Pemasaran produk perusahaan dilakukan di dalam negeri dan Internasional,
seperti China, Jepang, Amerika Serikat, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan
Australia. Selain itu, Trias Sentosa memiliki anak perusahaan yang terletak di
Sidoarjo dan Tianjin, China.
12. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di sektor
pakan olahan. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 7 Januari 1972 di Jakarta dan
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Maret 1991 dengan kode
index saham “TRST”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana kepada
masyarakat sebanyak 2.500.000 saham. Perusahaan ini menjual makanan ternak,
pembibitan dan budidaya ayam ras beserta pengolahannya. Selain itu, perusahaan
ini merupakan industri pengolahan makanan dan pengawetan daging ayam dan
sapi. Pada tahun 2016, penjualan perusahaan mengalami kenaikan dibandingkan
tahun 2015 yaitu sebesar 27,1%. Selama lima tahun terakhir, penjualan
perusahaan terus mengalami peningkatan dengan adanya kontribusi dari kegiatan
penunjang seperti memproduksi dan menjual karung atau kemasan plastik, alat-
alat peternakan, peralatan industri dari plastik, dan alat-alat rumah tangga yang
terbuat dari plastik sesuai dengan peraturan perizinan yang berlaku.
53
4.2 Analisis Data
4.2.1 Prediksi Financial Distress
Table 4.1 Prediksi financial distress industri bahan dasar dan kimia
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2017
No Nama
Perusahaan
Tahun Rata-
rata Interpretasi
2012 2013 2014 2015 2016
1
Indocement
Tunggal
Prakarsa Tbk
6.93 6.90 6.59 6.54 6.32 6.65 Sehat
2 Holcim
Indonesia Tbk 3.12 1.89 1.47 1.19 0.76 1.69
Financial
Distress
3 Semen
Indonesia Tbk 4.02 4.00 4.17 3.74 3.21 3.83 Sehat
4 Wijaya Karya
Beton Tbk 1.68 1.62 1.17 1.31 1.47 1.45
Financial
Distress
5 Asahimas Flat
Glass Tbk 5.11 4.88 5.59 4.98 3.01 4.71 Sehat
6 Arwana Citra
Mulia Tbk 3.65 4.34 4.85 2.91 3.09 3.77 Sehat
7 Surya Toto
Indonesia Tbk 3.77 3.65 3.72 3.64 3.06 3.57 Sehat
8 Lion Metal
Works Tbk 6.68 6.12 4.28 4.09 3.64 4.96 Sehat
9 Lionmesh
Prima Tbk 5.71 6.11 6.76 6.44 4.09 5.82 Sehat
10
Ekadharma
International
Tbk
4.05 4.13 4.06 5.40 5.65 4.66 Sehat
11 Trias Sentosa
Tbk 2.79 1.81 2.03 2.53 2.29 2.29
Zona Abu-
abu
12
Charoen
Pokphand
Indonesia Tbk
4.45 4.74 3.42 3.17 1.62 3.48 Sehat
54
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 12 perusahaan sampel
terdapat 9 perusahaan yang masuk dalam zona aman atau tidak mengalami
financial distress yang ditunjukkan dengan koefisien metode Altman Z > 2,99,
yaitu: INTP, SMGR, AMFG, ARNA TOTO, LION, LMSH, EKAD, dan CPIN.
Sedangkan 2 perusahaan lainnya masuk dalam zona berbahaya atau dalam kondisi
mengalami financial distress yang ditunjukkan dengan koefisien metode Altman
Z < 1,81, yaitu: SMCB dan WTON. Sementara TRST masuk dalam zona abu-abu
artinya terdapat kemungkinan perusahaan mengalami financial distress yang
ditunjukkan dengan koefisien metode Altman Z 1,81 < Z < 2,99. Berdasarkan
hasil prediksi model Altman Z-score yang telah dilakukan tidak sesuai dengan
kenyataannya. Saat ini, keseluruhan sampel perusahaan bahan dasar dan kimia
masih terdaftar di BEI dan perusahaan masih dapat beroperasi dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2016) dari 9 sampel perusahaan
kimia terdapat 1 perusahaan yang berada dikategori financial distress dan sisanya
berada dikategori aman. Begitupun penelitian yang dilakukan Mutmainnah (2016)
pada perusahaan barang dan konsumsi dari 11 perusahaan 2 dinyatakan dalam
keadaan rawan, 7 rawan, dan 2 sehat, namun semua perusahaan tersebut masih
dapat beroperasi. Meskipun demikian perusahaan-perusahaan tersebut tetap harus
meningkatkan kelima rasio model Altman Z-score dengan fokus pada perbaikan
kinerja manajemen perusahaan serta memperbaiki dari segi keuangan perusahaan.
Dari penjelasan data di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan
dapat diprediksi mengalami financial distress apabila perusahaan memiliki utang
jangka panjang yang tinggi, tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendek,
memiliki tingkat laba yang rendah, dan tidak mampu mengelola dana yang
dimiliki perusahaan dengan baik (Kamaluddin & Pribadi, 2011).
55
4.2.2 Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
HRGSHM WC/TA RE/TA EBIT/TA MVE/BVTL S/TA
Mean 5.665 0,253 0,510 0,132 2,548 0,940
Maximum 25.000 0,813 0,840 0,351 6,515 1,805
Minimum 250 -1,795 0,054 0,007 0,214 0,387
Std. Dev 6.345 0,351 0,213 0,083 1,704 0,355
Observartion 60 60 60 60 60 60
Sumber : SPSS 16
Berdasarkan tabel diatas, informasi dari kedua variabel tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
1. Harga saham dikategorikan sebagai variabel terikat. Harga saham memiliki
nilai mininum sebesar 250, terjadi pada PT Trias Sentosa Tbk tahun 2013
yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan
harga saham dari tahun sebelumnya. Disisi lain, nilai maksimum sebesar
25.000 terjadi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2014 yang
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Dari nilai minimum dan maksimum harga saham memiliki
rata-rata hitung (mean) sebesar 5.665 dengan standar deviasi sebesar 6.345.
Standar deviasi yang lebih besar dari mean berarti bahwa simpangan data pada
variabel harga saham adalah tidak baik.
2. Working Capital to Total Assets (WC/TA) dikategorikan sebagai variabel
bebas. Rasio WC/TA memiliki nilai minimum sebesar -1,795 terjadi pada PT
Charoen Pokphand Indonesia Tbk tahun 2016 yang mengindikasikan
perusahaan tersebut dinilai tidak mampu membiayai kewajiban jangka
pendeknya terhadap total aktiva, dan nilai maksimumnya adalah 0,813 terjadi
pada PT Lion Metal Works Tbk tahun 2012 yang mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut memiliki modal kerja terhadap total aktiva terbesar. Dari
nilai minimum dan maksimum rasio WC/TA memiliki rata-rata hitung (mean)
sebesar 0,253 dengan standar deviasi sebesar 0,351. Standar deviasi yang
56
lebih besar dari mean berarti bahwa simpangan data pada variabel WC/TA
tidak baik.
3. Retained Earning to Total Assets (RE/TA) dikategorikan sebagai variabel
bebas. Rasio RE/TA memiliki nilai minimum sebesar 0,054, terjadi pada PT
Holcim Indonesia Tbk tahun 2016, dan nilai maksimumnya adalah 0,840
terjadi pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2015. Nilai minimum yang
diperoleh menunjukkan bahwa sebuah perusahaan yang baru, kesempatan atau
peluang untuk diklasifikasikan dalam golongan bangkrut relatif lebih tinggi
daripada perusahaan-perusahaan yang sudah tua. Dari nilai minimum dan
maksimum rasio RE/TA memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 0,510
dengan standar deviasi 0,213. Standar deviasi yang lebih kecil dari mean
berarti bahwa simpangan data pada variabel RE/TA adalah baik.
4. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA) dikategorikan
sebagai variabel bebas. Rasio EBIT/TA memiliki nilai minimum sebesar
0,007, terjadi pada PT Trias Sentosa Tbk tahun 2016 yang mencerminkan
perusahaan menghasilkan uang yang lebih sedikit daripada bunga pinjaman
dari setiap aktiva perusahaan. Disisi lain, nilai maksimumnya adalah 0,351
terjadi pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2012 yang mencerminkan
perusahaan memiliki bunga pinjaman yang lebih rendah serta memiliki risiko
financial distress lebih kecil. Dari nilai minimum dan maksimum rasio
EBIT/TA memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 0,132 dengan standar
deviasi 0,083. Standar deviasi yang lebih kecil dari mean berarti bahwa
simpangan data pada variabel EBIT/TA adalah baik.
5. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)
dikategorikan sebagai variabel bebas. Rasio MVE/BVTL memiliki nilai
minimum sebesar 0,214 terjadi pada PT Wijaya Karya Beton Tbk tahun 2014
yang mengindikasikan nilai pasar perusahaan yang turun akibat menutupi
kewajibannya. Namun, nilai maksimum sebesar 6,515 diperoleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2016 yang mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dengan
57
meningkatkan nilai pasar perusahaan. dari nilai minimum dan maksimum
rasio MVE/BVTL memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 2,548 dengan
standar deviasi 1,704. Standar deviasi yang lebih kecil dari mean berarti
bahwa simpangan data pada variabel MVE/BVTL adalah baik.
6. Sales to Total Assets (S/TA) dikategorikan sebagai variabel bebas. Rasio S/TA
memiliki nilai minimum sebesar 0,387, terjadi pada PT Wijaya Karya Beton
Tbk tahun 2016 yang mencerminkan bahwa perusahaan kurang mampu
meningkatkan penjualan dari aktiva perusahaan dalam rangka menghasilakn
penjualan bersih. Nilai maksimumnya adalah 1,805 terjadi pada PT Lionmesh
Prima Tbk tahun 2013 yang mencerminkan bahwa perusahaan tersebut
menggunakan asetnya dengan baik untuk menghasilkan penjualan. Dari nilai
minimum dan maksimum rasio S/TA memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar
0,940 dengan standar deviasi 0,355. Standar deviasi yang lebih kecil dari
mean berarti bahwa simpangan data pada variabel S/TA adalah baik.
4.3 Uji Regresi Linier Sederhana
Pada penelitian ini, peneliti melakukan dua kali tes terhadap beberapa asumsi
klasik yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda yang dilakukan
karena menggunakan data sekunder. Regresi linier sederhana adalah regresi yang
menghubungkan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat untuk
mengetahui arah hubungan antar variabel secara linier.
4.3.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, distribusi data normalitas
akan dilihat dari analisis statistik. Analisis statistik dijelaskan pada gambar 4.1
58
Gambar 4.1 Grafik P-P Plot Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan grafik di atas, titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan
mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, data tersebut terbukti
terdistribusi secara normal dan lulus uji normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini melihat perbedaan atau ketidaksamaan varian dari residual antara
satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik dan data yang
diharapkan memiliki varian yang sama atau disebut homokedastisitas (Ghozali,
2011).
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas
59
Berdasarkan grafik pada uji heteroskedastisitas, jelas tidak membentuk pola
tertentu dan titik-titik menyebar di atas maupun di bawah angka 0 dan diantara 2
dan -2 sehingga tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi sebaiknya tidak terjadi jika ingin mendapatkan regresi yang
baik (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi dapat diperoleh dengan melakukan uji
statistik Durbin-Watson (Uji D-W). Hasil perhitungan uji Durbin-Watson akan
dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson.
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryᵇ
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .593ᵃ .352 .341 5150.70589 .425
a. Predictors: (Constant), ZSCORE
b. Dependent Variable: HARGASAHAM
Berdasarkan output SPSS di atas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 0,425.
Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 dengan jumlah data
sebanyak 60. Sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,5485 dan du sebesar 1,6162.
Nilai DW dalam pengujian ini adalah 0,425 lebih kecil dari 4 dikurangi hasil du
sebesar 1,6162 sehingga hasilnya adalah 2,3838, maka tidak ada masalah
autokorelasi.
4. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dalam
model regresi. Kurangnya korelasi antara variabel bebas menunjukkan model
regresi yang baik.
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientᵃ
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ZSCORE 1.000 1.000
a. Dependent Variable: HARGASAHAM
60
Berdasarkan tabel koefisien menghasilkan nilai toleransi masing-masing variabel
lebih dari 0,10 dan nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, maka
kondisi ini menunjukkan model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas.
5. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis ini merupakan bentuk nilai untuk memperkirakan atau memprediksi
variabel terikat berdasarkan satu variabel bebas dalam suatu penelitian.
Persamaan regresi sederhana akan dirumuskan menurut koefisien regresi dari
variabel bebas. Berdasarkan tabel 4.5, persamaan model regresi sederhana adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Analisis Regresi Sederhana
Coefficientᵃ
Model
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -3016.317 1683.064 -1.792 .078
ZSCORE 2222.119 395.752 .593 5.615 .000
a. Dependent Variable: HARGASAHAM
Y = -3016,317 + 2222,119 ZSCORE
1. Konstanta dengan jumlah sebesar -3016,317
Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel bebasnya adalah ZSCORE yang
memiliki nilai nol (0) berarti harga saham akan memiliki jumlah sebesar -
3016,317 .
2. Koefisien regresi ZSCORE = 2222,119
Hal ini menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin ZSCORE akan membuat
harga saham meningkat sebesar 2222,119, dengan menggunakan asumsi
bahwa variabel lainnya tetap konstan.
4.3.2 Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (t - Test)
Pengujian akan dilakukan dengan membandingkan nilai aignifikan α = 0,05
dengan nilai probabilitas untuk setiap variabel bebas dari statistik uji-t. Jika nilai
61
probabilitas lebih rendah dari nilai signifikan, berarti variabel bebas berpengaruh
terhadap harga saham. Berdasarkan output SPSS 16, uji parsial dari variabel
bebas, yaitu ZSCORE seperti pada tabel 4.5, maka hasil uji parsial adalah
koefisien regresi untuk ZSCORE memiliki nilai positif sebesar 5,615. Nilai
signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini
menghasilkan pengaruh Z-score yang signifikan terhadap harga saham. Dengan
demikian, hipotesis diterima.
2. Uji Simultan (F – Test)
Uji simultan digunakan untuk menjelaskan apakah ada pengaruh yang nyata
(signifikan) variabel Z-score (X) terhadap variabel harga saham (Y).
Tabel 4.6 Hasil Uji Simultan (F-Test)
ANOVAᵇ
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 8.364E8 5 8.364E8 31.527 .000ᵃ
Residual 1.539E9 58 2.653E7
Total 2.375E9 59
a. Predictors: (Constant), ZSCORE
b. Dependent Variable: HARGASAHAM
Dari output tersebut terlihat bahwa Fhitung = 31,527 dengan tingkat signifikan
(probabilitas) 0,000 < 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi
pengaruh Z-score terhadap harga saham.
3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikat (Winarno, 2011). Hasil pengujian pada koefisien
determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi
Model Summaryᵇ
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .593ᵃ .352 .341 5150.70589
a. Predictors: (Constant), ZSCORE
b. Dependent Variable: HARGASAHAM
62
Dari output di atas, didapatkan Korelasi (R) antara variabel bebas dan variabel
terikat sebesar 0,593, artinya adalah terdapat hubungan yang kuat antara variabel
bebas yaitu Z-score terhadap variabel terikat yaitu harga saham.
Kemudian juga diperoleh nilai Adjusted R-square sebesar 0,341. Artinya adalah
variabel bebas yaitu Z-score mampu menjelaskan keragaman yang terjadi pada
variabel terikat yaitu harga saham sebesar 34,1%. Sedangkan sisanya 65,9%
kontribusi dari faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.4 Uji Regresi Linier Berganda
Setelah melakukan uji regresi linier sederhana, pengujian selanjutnya adalah uji
regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk melihat
adakah hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat
secara linier.
4.4.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, atau nilai
residu dari regresi memiliki distribusi data yang normal (Ghozali, 2011). Dalam
penelitian ini, distribusi data normalitas akan dilihat dari analisis statistik. Analisis
statistik dijelaskan pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik P-Plot Hasil Uji Normalitas
63
Berdasarkan grafik normalitas, titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan
mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, data tersebut terbukti
terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, data diklasifikasikan menjadi
terdistribusi normal dan lulus uji normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan varian dari residual
antara satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik dan data
yang diharapkan memiliki varian yang sama atau disebut homokedastisitas
(Ghozali, 2011).
Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik pada uji heteroskedastisitas, tampak bahwa titik-titik tersebut
menyebar secara acak tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan menyebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 dan diantara 2 dan -3, maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Tes ini bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi dalam satu data pada variabel
yang sama. Masalah autokorelasi sebaiknya tidak terjadi jika ingin mendapatkan
regresi yang baik (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi dapat diketahui dengan
melakukan uji statistik Durbin-Watson (Uji D-W). Hasil perhitungan uji Durbin-
64
Watson akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson. Dalam penelitian
ini, hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryᵇ
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .812ᵃ .659 .628 3871.48107 .999
a. Predictors: (Constant), STA, MVEBVTL, WCTA, EBITTA, STA
c. Dependent Variable: HARGASAHAM
Berdasarkan tabel diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 0,999. Jika
dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah observasi (n) = 60 dan
jumlah variabel bebas 5 (k = 5) diperoleh nilai tabel dl = 1,4083 dan du = 1,7671.
Karena du (1,7671) < DW hitung (0,999) < dari 4 – du (2,2329). Dengan
demikian tidak terdapat autokorelasi dalam model ini.
4. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dalam
model regresi. Kurangnya korelasi antara variabel bebas menunjukkan model
regresi yang baik.
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientᵃ
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
WCTA .731 .1368
RETA .406 .2466
EBITTA .686 .1457
MVEBVTL .436 .2291
STA .674 .1483
a. Dependent Variable: HARGASAHAM
Berdasarkan tabel koefisien menghasilkan nilai toleransi masing-masing variabel
lebih dari 0,10 dan nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, maka
kondisi ini menunjukkan model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas.
65
5. Analisis Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi berganda merupakan bentuk nilai untuk memperkirakan atau
memprediksi variabel terikat berdasarkan satu variabel bebas dalam suatu
penelitian. Tabel 4.9 menunjukkan hasil regresi berganda sebagai berikut:
Tabel 4.9 Analisis Regresi Berganda
Coefficientᵃ
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2533.605 1648.415 1.537 .130
WCTA -1281.352 1682.605 -.071 -.762 .450
RETA 1825.172 3718.976 .061 .491 .626
EBITTA 36685.991 7293.323 .482 5.030 .000
MVEBVTL 1840.747 447.836 .494 4.110 .000
STA -77436.140 1727.792 -.416 -4.304 .000
a. Dependent Variable: HARGASAHAM
Persamaan regresi berganda akan dirumuskan menurut koefisien regresi dari
setiap variabel bebas. Berdasarkan tabel 4.9, persamaan model regresi berganda
adalah sebagai berikut:
Y = 2533,605 – 1281,352 WCTA + 1825,172 RETA + 36685,991 EBITTA +
1840,747 MVEBVD – 7436,130 STA
1. Konstanta dengan jumlah sebesar 2533,605
Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel bebasnya adalah Working Capital to
Total Assets (WC/TA), Retained Earning to Total Assets (RE/TA), Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA), Market Value of Equity
to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL), dan Sales to Total Assets
(S/TA) yang memiliki nilai nol (0) berarti harga saham akan memiliki jumlah
sebesar 2533,605.
2. Koefisien regresi rasio Working Capital to Total Assets (WC/TA) = -1281,352
Koefisien rasio Working Capital to Total Assets adalah -1281,352. Tanda
negatif berarti Working Capital to Total Assets berpengaruh negatif terhadap
harga saham. Ini menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin dalam Working
66
Capital to Total Assets akan membuat harga saham menjadi turun sebesar
1281,352 dengan menggunakan asumsi bahwa variabel lainnya tetap konstan.
3. Koefisien regresi rasio Retained Earning to Total Assets (RE/TA) = 1825,172
Ini menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin dalam rasio Retained Earning
to Total Assets akan membuat harga saham meningkat sebesar 1825,172,
dengan menggunakan asumsi bahwa variabel lainnya tetap konstan.
4. Koefisien regresi rasio Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
(EBIT/TA) = 36685,991
Ini mendefinisikan bahwa Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
berdampak terhadap harga saham sebesar 26685,991. Dengan kata lain, jika
variabel lainnya konstan dan terjadi kenaikan 1 poin pada Earning Before
Interest and Taxes to Total Assets, maka harga saham akan meningkat sebesar
36685,991.
5. Koefisien regresi rasio Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities (MVE/BVTL) = 1840,747
Ini mendefinisikan bahwa Market Value of Equity to Book Value of Debt
memiliki dampak sebesar 1840,747 terhadap harga saham. Jika Market Value
of Equity to Book Value of Total Liabilities meningkat 1 poin dan variabel
lainnya konstan maka harga saham akan meningkat sebesar 1840,747.
6. Koefisien regresi rasio Sales to Total Assets (S/TA) = -7436,140
Koefisien rasio Sales to Total Assets adalah -743,140. Tanda negatif berarti
Sales to Total Assets berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ini
menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin dalam Sales to Total Assets akan
membuat harga saham menjadi turun sebesar 1281,352 dengan menggunakan
asumsi bahwa variabel lainnya tetap konstan.
67
4.4.2 Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian akan dilakukan dengan membandingkan nilai aignifikan α = 0,05
dengan nilai probabilitas untuk setiap variabel bebas dari statistik uji-t. Jika nilai
probabilitas lebih rendah dari nilai signifikan, berarti variabel bebas berpengaruh
terhadap harga saham. Berdasarkan output SPSS 16, uji parsial dari kelima
variabel bebas, yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total
Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity
to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets seperti pada tabel 4.9,
maka hasil uji parsial sebagai berikut:
a. Koefisien regresi untuk Working Capital to Total Assets memiliki nilai negatif
sebesar -1281,352. Nilai signifikansi 0,450 menunjukkan bahwa nilainya lebih
besar dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan pengaruh negatif Working Capital to
Total Assets yang tidak signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian,
hipotesis 1 ditolak.
b. Koefisien regresi untuk Retained Earning to Total Assets memiliki nilai positif
sebesar 1825,172. Nilai signifikansi 0,626 menunjukkan bahwa nilainya lebih
besar dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan pengaruh positif Retained Earning
to Total Assets yang tidak signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian,
hipotesis 2 ditolak.
c. Koefisien regresi untuk Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
memiliki nilai positif sebesar 36685,991. Nilai signifikansi 0,000
menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan
pengaruh positif Earning Before Interest and Taxes to Total Assets yang
signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, hipotesis 3 diterima.
d. Koefisien regresi untuk Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities memiliki nilai positif sebesar 1840,747. Nilai signifikansi 0,000
menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan
68
pengaruh positif Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
yang signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, hipotesis 4 diterima.
e. Koefisien regresi untuk Sales to Total Assets memiliki nilai negatif sebesar -
7436,140. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil
dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan pengaruh negatif Sales to Total Assets
yang signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis 4 diterima.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan digunakan untuk menguji apakah semua variabel bebas yaitu
Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value
of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets yang termasuk dalam model regresi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham.
Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan (F-Test)
ANOVAᵇ
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1.566E9 5 3.132E8 20.893 .000ᵃ
Residual 8.094E8 54 1.499E7
Total 2.375E9 59 a. Predictors: (Constant), STA, MVEBVTL, WCTA,
EBITTA, STA b. Dependent Variable: HARGASAHAM
Berdasarkan pengujian secara simultan, peneliti mendapatkan nilai Fhitung dengan
nilai 20,893 sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikan α = 5% adalah 2,39,
artinya Fhitung > Ftabel dengan probabilitas 0.000 (kurang dari α).
Dengan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peneliti menolak Ho,
berarti bahwa variabel bebas yang terdiri dari Working Capital to Total Assets,
Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total
Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to
Total Assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
69
3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan variabel bebas
yang mempengaruhi variabel terikat (Winarno, 2011). Hasil terbaik pada
koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi
Model Summaryᵇ
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .812ᵃ .659 .628 3871.48107
a. Predictors: (Constant), STA, MVEBVTL, WCTA, EBITTA, STA
b. Dependent Variable: HARGASAHAM
Berdasarkan output di atas, didapatkan Korelasi (R) antara variabel bebas dan
variabel terikat sebesar 0,812, artinya adalah terdapat hubungan yang sangat kuat
antara variabel independen yaitu Working Capital to Total Assets, Retained
Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets,
Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total
Assets terhadap variabel dependen yaitu harga saham.
Kemudian juga diperoleh nilai Adjusted R-square sebesar 0,628. Artinya adalah
variabel bebas yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total
Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity
to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets mampu menjelaskan
keragaman yang terjadi pada variabel terikat yaitu harga saham sebesar 62,8%.
Sedangkan sisanya 38,2% kontribusi dari faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
1. Pengaruh Financial Distress Terhadap Harga Saham
Hipotesis pertama menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan financial
distress terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.5 yang menunjukkan nilai
signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima. Menurut
70
Ririanty (2015), financial distress memiliki pengaruh yang sangat penting bagi
pihak internal maupun eksternal. Bagi internal, informasi ini dapat digunakan
untuk mengevaluasi keputusan investasi dan penghindaran pembiayaan yang telah
dilakukan oleh pihak manajemen puncak, sehingga pengambilan keputusan yang
akan dibuat di masa depan menjadi lebih efektif. Bagi investor pada khususnya,
informasi ini dapat dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi,
sehingga investor bisa melakukan investasi dengan pilihan investasi yang terbaik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lestari, dkk (2016) prediksi financial
distress menggunakan Altman Z-score terhadap harga saham pada perusahaan
kimia yang terdaftar di BEI periode 2009-2014. Hasil penelitian ini membuktikan
adanya pengaruh yang siginifikan nilai Z-score terhadap harga saham. Sementara
Beaver dalam Muthmainnah (2016) menyatakan bahwa investor mengenali dan
menyesuaikan kebangkrutan perusahaan berdasarkan rasio keuangan yang
dianalisis sebagai informasi harga saham. Sedangkan menurut Lasmanah (2014)
model rasio keuangan Altman mempengaruhi harga saham perusahaan
transportasi secara positif signifikan.
Harga saham yang tinggi dan rendah dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan
penjual yang melakukan transaksi. Pertimbangan ini meliputi kondisi kinerja
perusahaan (bangkrut atau sehat), prospek industri, situasi politik, kebijakan
pemerintah, dan kondisi pasar saat ini. Hal ini sesuai dengan teori bahwa prediksi
financial distress memiliki pengaruh positif dengan harga saham. Bila prediksi
financial distress keuangan baik, harga saham akan meningkat (Muthmainnah,
2016).
2. Pengaruh Rasio Working Capital to Total Assets (WC/TA) Terhadap
Harga Saham
Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio Working
Capital to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.9 yang
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,450 yang lebih besar dari 0,05, hipotesis
ini ditolak. Working Capital to Total Assets (WC/TA) menunjukkan bagaimana
71
perusahaan mampu menghasilkan modal kerja bersih berdasarkan total aktiva
yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki modal kerja yang tinggi
akan meningkatkan kegiatan operasional perusahaan agar berjalan dengan baik
serta secara tidak langsung dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan. Jika
modal kerja perusahaan naik maka harga saham akan naik sehingga akan
menngkatkan minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut karena
kemampuan menghasilkan modal kerja yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan telah mengelola modal kerjanya dengan baik dan efisien, sebaliknya
tingkat kemampuan menghasilkan modal kerja yang rendah menunjukkan bahwa
perusahaan tidak mengelola modal kerjanya dengan baik (Nugroho, 2012).
Modal kerja yang relatif rendah akan membuat investor lebih mempertimbangkan
faktor-faktor lain dan cenderung tidak memperhatikan rasio WC/TA dalam
memutuskan untuk membeli saham suatu perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014) dan Lestari, dkk (2016) yang
menunjukkan bahwa variabel Working Capital to Total Assets tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniarti (2014) dan Ririanty (2015)
yang menunjukkan bahwa variabel Working Capital to Total Assets mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
3. Pengaruh Retained Earning to Total Assets (RE/TA) Terhadap Harga
Saham
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio
Retained Earning to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.9
yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,626 yang lebih besar dari 0,05,
hipotesis ini ditolak. Menurut Ardian & Khoiruddin (2014) dalam kasus yang
biasa terjadi, perusahaan mempertahankan laba untuk menginvestasikannya ke
area yang dianggap dapat menciptakan peluang yang baik, seperti membeli mesin
baru atau menghabiskan uang perusahaan untuk penelitian serta pengembangan
lebih lanjut. Retained Earning bisa menjadi negatif apabila rugi bersih lebih besar
72
dari laba ditahan. Kenaikan atau penurunan akumulasi laba ditahan selama
periode merupakan hasil dari jumlah laba/rugi bersih dan pembayaran dividen
selama periode tersebut. Pihak manajemen perusahaan selalu menjaga likuiditas
tidak hanya pada perusahaan yang laba bersihnya naik saja, emiten yang
meskipun laba bersihnya turun tetap membagikan dividen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014) dan Ririanty
(2015) yang menyatakan bahwa variabel Retained Earning to Total Assets tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Retained Earnings
to Total Assets (RE/TA) menunjukkan bagaimana perusahaan mampu
menghasilkan laba ditahan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
Oleh sebab itu, investor cenderung tidak memperhatikan rasio RE/TA dan lebih
memperhatikan rasio-rasio lain dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi
saham. Namun, penelitian ini kontra dengan Yuniarti (2014) yang menyatakan
bahwa variabel Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham.
4. Pengaruh Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)
Terhadap Harga Saham
Hipotesis keempat menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio
Earning Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham.”
Berdasarkan tabel 4.9 yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima. Rasio ini digunakan untuk mengukur
bagaimana perusahaan mampu menghasilkan keuntungan dari modal yang
diinvestasikan pada total aktiva perusahaan untuk investor. Rasio EBIT/TA yang
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki keuntungan yang cukup
tinggi sehingga perusahaan dapat mengelola aktiva perusahaan dengan baik. Hal
itu akan membuat investor mempertimbangkan keputusannya untuk berinvestasi,
sehingga berdampak pada peningkatan harga saham. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014), Ardian & Khoiruddin (2014) dan
Lestari, dkk (2016) yang menyatakan bahwa variabel Earning Before Interest and
Taxes to Total Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
73
5. Pengaruh Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
(MVE/BVTL) Terhadap Harga Saham
Hipotesis kelima menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio Market
Value of Equity to Book Value of Total Liabilities terhadap harga saham.”
Berdasarkan tabel 4.9 yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Sukmawati, dkk (2014) yang meneliti tentang pengaruh rasio-rasio dalam model
Altman Z-Score terhadap harga saham pada perusahaan perbankan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 sejumlah 31 perusahaan,
Lestari, dkk (2016) yang menyatakan bahwa variabel Market Value of Equity to
Book Value of Total Liabilities mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham, ini artinya bahwa semakin tinggi nilai rasio perusahaan
melebihi kewajibannya, maka perusahaan juga memiliki potensi yang tinggi untuk
menarik investor sehingga dapat meningkatkan harga saham.
6. Pengaruh Sales to Total Assets (S/TA) Terhadap Harga Saham
Hipotesis keenam menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio Sales
to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.9 yang menunjukkan
nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima.
Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan mampu mengalokasikan dananya
sebaik mungkin, sehingga tercipta tingkat penjualan yang tinggi. Tingkat
penjualan yang tinggi akan menciptakan loyalitas konsumen. Oleh karena itu,
investor akan lebih memperhatikan rasio S/TA dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi, sehingga akan berdampak pada kenaikan harga saham. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardian & Khoiruddin
(2014) yang meneliti tentang pengaruh analisis kebangkrutan model altman
terhadap harga saham perusahaan manufaktur sejumlah 36 perusahaan. Namun,
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Dwiyanto (2012) yang menyatakan
bahwa variabel Sales to Total Assets mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap harga saham.
74
7. Pengaruh Secara Simultan antara Working Capital to Total Assets,
Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total
Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to
Total Assets terhadap Harga Saham
Menurut hipotesis menyatakan “Ada pengaruh yang simultan antara Working
Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before
Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan
pengujian secara simultan, hasil uji statistik F sebesar 20,893 yang berarti bahwa
variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham.
Menurut Sukmawati, dkk (2014) rasio-rasio keuangan model Altman biasa
digunakan untuk menilai tingkat kebangkrutan suatu perusahaan, yang secara
tidak langsung juga mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin baik
rasio keuangan model Altman pada suatu perusahaan maka semakin sehat
perusahaan tersebut. Hal ini dapat memberikan keyakinan pada investor untuk
memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan harga saham
perusahaan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil pengujian hipotesis
tujuh yaitu rasio Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total
Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity
to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap harga saham terbukti.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014) yang
menyatakan bahwa secara simultan variabel Working Capital to Total Assets,
Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total
Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to
Total Assets berpengaruh terhadap harga saham.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan mengenai analisis financial distress dan pengaruhnya
terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia
yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-2016, maka dapat diambil
kesimpulan serta memberikan saran yang dapat berguna bagi pihak industri sektor
bahan dasar dan kimia maupun semua pihak yang membutuhkan.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dari bab sebelumnya mengenai
analisis financial distress dan pengaruhnya terhadap harga saham pada
perusahaan:
1. Hasil nilai Z-score dari 12 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) diketahui 9 perusahaan termasuk dalam kategori sehat, 1
perusahaan berada dalam kondisi abu-abu atau rawan dan 2 perusahaan
berpotensi mengalami kebangkrutan. Hasil pengujian regresi Z-score
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa investor mengenali dan menyesuaikan kebangkrutan
perusahaan berdasarkan rasio keuangan yang dianalisis sebagai informasi
harga saham.
2. Variabel Working Capital to Total Assets (WC/TA) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menjelaskan dimana rasio WC/TA
memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap harga saham. Modal
kerja yang relatif rendah akan membuat investor lebih mempertimbangkan
faktor-faktor lain dalam memutuskan untuk membeli saham suatu perusahaan.
3. Variabel Retained Earning to Total Assets (RE/TA) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menjelaskan dimana rasio RE/TA
memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap harga saham.
76
Pihak manajemen perusahaan yang selalu menjaga likuiditasnya akan
meningkatkan akumulasi laba ditahan berdasarkan total aktiva yang dimiliki
perusahaan sehingga investor cenderung lebih memperhatikan rasio-rasio lain
dalam mengambil keputusan berinvestasi saham.
4. Variabel Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menjelaskan dimana
rasio EBIT/TA memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap harga
saham. Perusahaan yang dapat mengelola aktivanya dengan baik akan
memiliki keuntungan yang cukup tinggi sehingga membuat investor
mempertimbangkan keputusannya untuk berinvestasi dan berdampak pada
peningkatan harga saham.
5. Variabel Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
(MVE/BVTL) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t
menjelaskan dimana rasio MVE/BVTL memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap harga saham. Perusahaan yang mampu memenuhi segala
kewajiban finansialnya akan memiliki rasio MVE/BVTL yang tinggi sehingga
dapat menarik investor dan meningkatkan harga saham perusahaan.
6. Variabel Sales to Total Assets (S/TA) berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Hasil uji t menjelaskan dimana rasio S/TA memiliki pengaruh negatif
namun signifikan terhadap harga saham. Perusahaan dengan nilai S/TA yang
tinggi berarti mampu mengalokasikan dananya sebaik mungkin, sehingga
dapat menghasilkan tingkat penjualan yang tinggi dan terciptanya loyalitas
konsumen yang dapat menarik investor untuk berinvestasi.
7. Variabel Z-score, Working Capital to Total Assets (WC/TA), Retained
Earnings to Total Assets (RE/TA), Earning Before Interest and Taxes to Total
Assets (EBIT/TA), Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
(MVE/BVTL), dan Sales to Total Assets (S/TA) secara bersama-sama memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan
77
bahwa semua variabel bebas dalam penelitian ini memiliki kontribusi secara
bersama-sama terhadap variabel terikat.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba
memberikan saran-saran yang sekiranya berguna bagi perusahaan dalam
melaksanakan operasional perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan
kinerja keuangan industri sektor bahan dasar dan kimia.
1. Perusahaan
Untuk perusahaan yang masuk kategori sehat dan tidak berpotensi bangkrut perlu
dipertahankan atau ditingkatkan dengan memperbesar laba, meningkatkan
penjualan, efsiensi biaya operasional, serta lebih memperhatikan nilai pasar
ekuitas. Pihak manajemen diharapkan dapat mengelola perusahaan dengan
meningkatkan kinerja di sektor keuangan, terutama pada perusahaan yang
termasuk dalam kategori berpotensi bangkrut hendaknya mengatur tingkat hutang
perusahaan dan anggaran untuk ekspansi perusahaan sesuai dengan persyaratan
masuk BEI sehingga perusahaan menjadi aman dan terhindar dari kebangkrutan.
Perusahaan yang termasuk dalam kategori abu-abu diharapkan untuk
menggunakan secara maksimal aktiva perusahaan sehingga mampu menghasilkan
return saham yang maksimal, selain itu perusahaan harus mampu menjaga tingkat
penjualan perusahaan sehingga membantu perusahaan untuk bertahan dalam
kondisi krisis.
2. Investor dan Manajemen
Bagi investor diharapkan untuk memertimbangkan proporsi antara trading dan
investasi sehingga membantu investor meminimalkan kerugian. Selain itu,
investor yang menggunakan analisis teknikal dan analisis psikologi untuk tidak
terpengaruh oleh harga saham yang fluktuatif dan berusaha memiliki target
keuntungan setiap transaksi. Bagi investor yang menggunakan analisis
fundamental diharapkan berhati-hati dalam memilih perusahaan karena terdapat
beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI yang berada di zona rawan dan bahkan
78
berpotensi bangkrut. Investor dan manajer dapat mengambil langkah awal yang
baik dalam melakukan investasi, yaitu dengan memperhatikan beberapa rasio
keuangan yang dapat memprediksi apakah perusahaan berada dalam kondisi sehat
atau malah dalam kondisi financial distress yang bisa saja mengarah menjadi
proses kebangkrutan.
3. Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dalam melakukan penelitian sejenis
mencoba mengembangkan variabel lain seperti size effect dan age effect atau
membandingkan metode Z-score dengan metode lain sehingga penelitian akan
lebih valid. Selain itu, menggunakan objek penelitian yang berbeda dan
menggunakan sampel yang lebih banyak, seperti: faktor politik dan faktor makro
ekonomi (inflasi, kurs, suku bunga). Tujuannya adalah memperoleh hasil yang
lebih akurat dan dapat digeneralisasi. Variabel harga saham yang digunakan juga
harus dipertimbangkan jika closing price terpengaruh oleh monday effect atau bad
friday. Selain itu, perlu diusahakan data mengenai Earning Before Interest and
Taxes (EBIT) dan tanggal publikasi laporan keuangan yang akurat sebagai dasar
perhitungan dasar harga saham.
79
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Altman, E., & Hotchkiss, E. (2006). Corporate Financial Distress and
Bankruptcy. John Wiley & Sons, Inc. Third Edition. New Jersey
Brigham, Eugene., & Houston, J. F. (2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Penerjemah Yulianto. A. A. Edisi Kesebelas. Edisi Indonesia. Buku II.
Jakarta: Salemba Empat.
Darmadji, T. (2012). Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Ghozali, Imam. (2011). Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program AMOS 16,0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence, J. (2009). Principle of Mnagerial Finance. Boston: Pearson
Addison Wesley.
Harrison, W. T., Horngren, C. T., & Thomas, W. T. (2012). Akuntansi
Keuangan: International Financial Reporting Standars. Penerjemah Gina
Gania. Jakarta: Erlangga.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 56. Jakarta: IAI.
Kamaludin, & Indriani. (2012). Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Bandung:
CV. Mandar Maju.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Martalena, & Malinda. (2011). Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: Andi.
Martani, Dwi, dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis Psak Buku
1. Jakarta: Salemba Empat.
Munawir, S. 2(015). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Prishardoyo, B. (2012). Pelajaran Ekonomi. Jakarta: Grasindo.
Priyatno, D. (2014). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
80
Ramanujam, V. (1984). “Environment Context, Organizational Context, Strategy
and Corporate turnaround”. PhD Dissertation. University of Pittsburgh.
Reeve, James. (2011). Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Penerjemah
Dian D. Jakarta: Salemba Empat.
Riyanto, Bambang. (2010). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Penerbit GPFE.
Ross, A Stephen., Westerfield, W., and Jeffrey, J. (1999). “Corporate Finance”.
McGraw Hill International Editions. 5th Edition.
Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi Konsep dan Tekhnik Penyusunan Laporan
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Sekaran, U., & Bougie, R. ( 2011). Research Methods For Business. A. John
Wiley and Sons. United Kingdom.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Tandelilin, E. 2012. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Gava Media
Widoatmodjo, S. (2012). Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi
Pemuda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Jurnal
Al-Hroot, Y. A. (2015). The Influence Of Sample Size And Selection Of
Financial Ratios In Bankruptcy Model Accuracy. Economic Review -
Journal of Economics and Business, Vol. 13, Issues 1.
Al-Rawi, K. (2008). The Use Of Altman Equation For Bankruptcy Prediction In
An Industrial Firm (Case Study). International Business & Economics
Research Journal.
Altman, E.I. (1968). Financial Ratios, Discriminate Analysis and the Prediction of
Corporate Bankruptcy, Journal of Finance, September.
Anjum, S. (2015). Business bankruptcy prediction models: A significant study of
the Altman’s Z-score model. Asian Journal Of Management Research.
Ardian, A., & Khoiruddin, M. (2014). Pengaruh Analisis Kebangkrutan Model
Altman Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Management
Analysis Journal.
81
Dwiyanto, B. S. (2012). Analisis Pengaruh Ratio Keuangan Dengan Harga Saham
Pada Perusahaan Properti Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
MAKSIPRENEUR, Vol. 1 No.2.
Gilbert, L. R., Menon, K. and Schwartz, K. B. (1990). Predicting Bankruptcy for
Firms in Financial Distress. Journal of Business Finance, pp. 161-171.
Hamid, Abdul. (2012). Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity
(ROE) dan Earning Per Share (EPS) Pada Sektor Industri Dasar dan
Kimia yang Terdaftar di BEI. Jurnal Keuangan.
Hapsari, Evanny Indri. (2012). Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal
Dinamika Manajemen, Vol. 3
Jiming, L., & Weiwei, D. (2011). An Empirical Study on the Corporate Financial
Distress Prediction Based on Logistic Model: Evidence from China’s
Manufacturing Industry. International Journal of Digital Content
Technology and its Applications, Vol. 5 No. 6.
Lestari, S. D., Oktaviani, R. F., & Arafah, W. (2016). Financial Distress
Prediction With Altman Z-Score And Effect On Stock Price: Empirical
Study On Companies Subsectors Chemical Listed In Indonesia Stock
Exchange Period 2009-2014. International Journal of Business and
Management Invention, Volume 5. Issue 8.
Lasmanah. (2014). The Prediction of Financial Distress Analysis and Its
Implication to Stock Price’s Sub Sector Transportation in Indonesia Stock
Exchange Period 2007-2011. International Journal of Accounting,
Volume 4 No. 9.
Khalid, A., Altarturi, B. M., Thaker, H. T., Harun, M. Y., & Nahar, N. (2014).
Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s
Government Linked Companies (GLC). International Journal of
Economics, Finance and Management, Vol. 3 No.3.
Marcelina, T. A. (2014). Bankruptcy Prediction Using Z-Score Methods And Its
Influence On Share Prices Of Transportation Companies List On The
Indonesia Stock Exchange In 2008-2012. Jurnal EPROC of Management .
Nunky, M. R. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, Dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Harga Saham Dengan Struktur Modal Sebagai
Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Nominal.
Ririanty, R. O. (2015). Pengaruh Financial Distress Dan Dividend Payout Ratio
Terhadap Perubahan Harga Saham. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 4
No. 5.
82
Sajjan, P. (2016). Predicting Bankruptcy Of Selected Firms By Applying
Altman’s Z-Score Model. International Journal Research -
Granthaalayah, Vol. 4 (Iss.4).
Sarwani & Rasidah. (2008). Analisis Diskriminan Model Altman (Z-Score)
Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan
Pada Industri Kayu Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi.
Sukmawati, N. D., Adiputra, I. P., & Darmawan, N. S. (2014). Pengaruh Rasio-
Rasio Dalam Model Altman Z Score Terhadap Harga Saham (Studi pada
Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia). Jurusan
Akuntansi Program S1, Vol. 2 No. 1.
Yuniarti, K. (2014). Pengujian Dampak Rasio Altman, DER, Dan Tingkat Suku
Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan Di Bursa
Efek Indonesia. Study and Acounting Journal.
Whitaker Richard B., (1999). The stages of financial distress. Journal of
Economics and Finance, Volume 23 Number 2. pg 123 – 132.
Wruck, K. (1990). Financial Distress: Reorganization and Organization
Efficiency. Journal of Financial Economics, pg. 425.
Website
Arwana Citra Mulia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
https://www.arwanacitra.com/
Asahimas Flat Glass. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
http://www.amfg.co.id/en/corporate/around-us/about-us.html
Badan Pusat Statistik. Diakses 5 November, 2017 dari
http://www.bps.go.id/
Bursa Efek Indonesia. Diakses 1 Oktober, 2017 dari
http://www.idx.co.id/
Charoen Phokphand Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
https://cp.co.id/
Dana Moneter International. Diakses 16 Oktober, 2017 dari
http://equity-worldf.com/tag/dana-moneter-internasional/
Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Diakses 16 Oktober, 2017 dari
http://duniaindustri.com/tag/data/asosiasi-semen-indonesia-asi/
83
Ekadharma International. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
http://ekadharma.com/investor/laporan-keuangan/
Global Competitiveness Index. Diakses 16 Oktober, 2017 dari
https://www.weforum.org/reports/the-global-competitiveness-report-
2017-2018
Holcim Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
https://www.holcim.co.id/en/about-us/corporate-profile/our-history
Indocement Tunggal Prakarsa. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
http://www.indocement.co.id/v5/id/company/indocement-in-brief/brief-
description
Infrastruktur. Diakses 16 Oktober, 2017 dari
http://industri.kontan.co.id/news/ngebut-infrastruktur-penjualan-semen-menanjak
Kementerian Perindustrian. diakses 5 November, 2017 dari
http://www.kemenperin.go.id/
Lion Metal Works. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
https://www.lionmetal.co.id/index.php/2012-12-13-08-52-53/joomla-user/annual-
report
Lionmesh Prima. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
http://lionmesh.com/perusahaan/profil-perusahaan/
Perekonomian Indonesia dan APBN 2017. Diakses 16 Oktober, 2017 dari
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017
Semen Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
http://www.semenindonesia.com/laporan-tahunan
Surya Toto Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
https://www.toto.co.id/
Trias Sentosa. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
http://www.trias-sentosa.com/eng/company/profile/
Wijaya Karya Beton. Diakses 3 Oktober, 2017 dari
http://investor.wikabeton.co.id/ar.html
84
LAMPIRAN
Lampiran 1
Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2012
No. Nama
Emiten
Rasio Altman Z-Score
Current Assets Current
Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT
Market Value of
Equity Sales
1 INTP
14.579.400.000.000
2.418.762.000.000
22.755.160.000.000
3.336.
422.000.000
12.160.638.000.000
14.548.447.000.000
6.239.550.000.000
19.418.738.000.000
17.290.337.000.000
2 SMCB
2.186.797.000.000
1.556.875.000.000
12.168.517.000.000
3.750.461.000.000
629.922.000.000
1.769.129.000.000
1.872.712.000.000
8.418.056.000.000
9.011.076.000.000
3 SMGR
8.231.297.105.000
4.852.204.637.000
26.579.083.786.000
8.414.229.138.000
3.379.092.468.000
15.038.589.191.000
6.287.454.009.000
18.164.854.648.000
19.598.247.884.000
4 WTON
7.186.554.643.000
6.527.627.883.000
10.945.209.418.000
8.131.203.824.000
658.926.760.000
1.196.354.346.000
807.915.794.000
2.814.005.594.000
9.816.085.895.000
5 AMFG
1.658.468.000.000
426.669.000.000
3.115.421.000.000
658.332.000.000
1.231.799.000.000
2.007.506.000.000
463.812.000.000
2.457.089.000.000
2.857.310.000.000
6 ARNA
323.837.015.729
277.678.054.056
937.359.770.277
332.551.590.871
46.158.961.673
503.672.147.607
212.271.534.750
604.808.179.406
1.113.663.603.211
7 TOTO
966.806.112.377
448.767.622.942
1.522.663.914.388
624.499.013.875
518.038.489.435
834.316.200.513
336.281.961.088
898.164.900.153
1.576.763.006.759
8 LION
394.802.917.573
42.249.381.295
433.497.042.140
61.667.655.113
352.553.536.278
310.690.756.806
10.365.204.531
371.829.387.027
333.921.950.207
9 LMSH
101.832.924.451
25.036.281.503
128.547.715.366
31.022.520.184
76.796.642.948
87.428.857.822
45.070.617.424
97.525.195.182
223.079.062.667
10 EKAD
180.370.886.413
74.814.329.851
273.893.467.429
81.915.660.390
105.556.556.562
117.693.866.350
47.930.499.632
191.977.807.039
385.037.050.333
11 TRST
838.465.235.358
643.329.849.780
2.188.129.039.119
835.136.579.731
195.135.385.578
928.315.548.607
80.748.964.071
1.352.992.459.388
1.949.153.201.410
12 CPIN
7.180.890.000.000
2.167.652.000.000
12.348.627.000.000
4.172.163.000.000
5.013.238.000.000
7.838.460.000.000
3.376.499.000.000
8.176.464.000.000
21.310.925.000.000
85
Lampiran 2
Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2013
No. Nama
Emiten
Rumus Altman Z-Score
Current Assets Current
Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT
Market Value of
Equity Sales
1 INTP 16.846.248.000.000 2.740.089.000.000 26.607.241.000.000 3.629.554.000.000 14.106.159.000.000 17.877.133.000.000 6.595.154.000.000 22.977.687.000.000 18.691.286.000.000
2 SMCB 2.085.055.000.000 3.262.054.000.000 14.894.990.000.000 6.122.043.000.000 (1.176.999.000.000) 1.916.755.000.000 1.336.548.000.000 8.772.947.000.000 9.686.262.000.000
3 SMGR 9.972.110.370.000 5.297.630.537.000 30.792.884.092.000 8.988.908.217.000 4.674.479.833.000 18.227.572.979.000 6.920.399.734.000 21.803.975.875.000 24.501.240.780.000
4 WTON 7.994.288.651.000 7.298.469.461.000 12.594.962.700.000 9.368.003.825.000 695.819.190.000 1.202.094.818.000 1.016.690.189.000 3.226.958.875.000 11.884.667.552.000
5 AMFG 1.980.116.000.000 473.960.000.000 3.539.393.000.000 778.666.000.000 1.506.156.000.000 2.307.644.000.000 450.753.000.000 2.760.727.000.000 3.216.480.000.000
6 ARNA 405.105.632.599 311.780.561.616 1.135.244.802.060 366.754.918.531 93.325.070.983 665.421.375.309 316.349.602.459 768.489.883.529 1.417.640.229.330
7 TOTO 1.089.798.514.557 496.494.829.421 1.746.177.682.568 710.527.268.893 593.303.685.136 971.801.713.675 323.204.864.975 1.035.650.413.675 1.711.306.783.682
8 LION 428.821.050.227 63.728.680.126 498.567.897.161 82.783.559.318 365.092.370.101 354.145.707.622 85.027.065.076 415.784.337.843 333.674.349.966
9 LMSH 115.485.009.525 27.518.969.110 141.967.598.705 31.229.504.329 87.966.040.415 100.271.757.016 19.437.691.207 110.468.094.376 256.210.760.822
10 EKAD 229.041.255.054 98.355.431.960 343.601.504.809 105.893.942.734 130.685.823.094 150.456.976.818 51.988.302.824 237.707.561.355 418.668.758.096
11 TRST 1.194.457.109.014 1.045.073.685.266 3.260.919.505.192 1.551.242.364.818 149.383.423.748 932.201.100.966 72.553.777.173 1.709.677.140.374 2.033.149.367.039
12 CPIN 8.824.900.000.000 2.327.048.000.000 15.722.197.000.000 5.771.297.000.000 6.497.852.000.000 9.615.061.000.000 3.451.333.000.000 9.950.900.000.000 25.662.992.000.000
86
Lampiran 3
Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2014
No. Nama
Emiten
Rasio Altman Z-Score
Current Assets Current
Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT
Market Value of
Equity Sales
1 INTP
16.086.773.000.000
3.260.559.000.000
28.884.973.000.000
4.100.172.000.000
12.826.214.000.000
19.809.896.000.000
6.789.602.000.000
24.784.801.000.000
19.996.264.000.000
2 SMCB
2.290.969.000.000
3.807.545.000.000
17.195.352.000.000
8.436.760.000.000
(1.516.576.000.000)
1.765.180.000.000
1.007.397.000.000
8.758.592.000.000
10.528.723.000.000
3 SMGR
11.648.544.675.000
5.273.269.122.000
34.314.666.027.000
9.312.214.091.000
6.375.275.553.000
21.376.819.442.000
7.090.765.967.000
25.002.451.936.000
26.987.035.135.000
4 WTON
5.035.520.652.000
4.910.560.956.000
9.168.844.280.000
10.936.404.000.000
124.959.696.000
1.039.414.960.000
459.080.521.000
2.345.354.435.000
6.423.466.905.000
5 AMFG
2.263.728.000.000
398.238.000.000
3.918.391.000.000
733.749.000.000
1.865.490.000.000
2.728.059.000.000
597.807.000.000
3.184.642.000.000
3.672.186.000.000
6 ARNA
507.458.459.958
315.672.702.842
1.259.175.442.875
346.944.901.743
191.785.757.116
807.255.496.616
348.379.437.541
912.230.541.132
1.609.758.677.687
7 TOTO
1.115.004.308.039
528.814.814.904
2.027.288.693.678
796.096.371.054
586.189.493.135
1.166.533.622.624
381.882.728.642
1.231.192.322.624
2.053.630.374.083
8 LION
488.268.612.706
132.155.047.433
600.102.716.315
156.123.759.272
356.113.565.273
381.840.326.822
62.857.739.316
443.978.957.043
377.622.622.150
9 LMSH
107.779.916.138
19.357.303.490
139.915.598.255
23.964.388.443
88.422.612.648
105.554.872.452
11.006.796.283
115.951.209.812
249.072.019.369
10 EKAD
296.439.331.922
127.248.837.925
411.348.790.570
138.149.558.606
169.190.493.997
183.710.936.610
58.721.777.723
273.199.231.964
526.573.620.057
11 TRST
1.182.292.914.595
955.175.792.503
3.261.285.495.052
1.499.792.311.890
227.117.122.092
947.245.578.109
63.101.740.322
1.761.493.183.162
2.507.884.797.367
12 CPIN
10.009.670.000.000
4.467.240.000.000
20.862.439.000.000
9.919.150.000.000
5.542.430.000.000
10.607.548.000.000
2.106.892.000.000
10.943.289.000.000
29.150.275.000.000
87
Lampiran 4
Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2015
No. Nama
Emiten
Rasio Altman Z-Score
Current Assets Current
Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT
Market Value of
Equity Sales
1 INTP
13.133.854.000.000
2.687.743.000.000
27.638.360.000.000
3.772.410.000.000
10.446.111.000.000
19.165.851.000.000
5.644.576.000.000
23.856.950.000.000
17.798.055.000.000
2 SMCB
2.581.774.000.000
3.957.441.000.000
17.321.565.000.000
8.871.708.000.000
(1.375.667.000.000)
1.462.569.000.000
350.418.000.000
8.449.857.000.000
9.239.022.000.000
3 SMGR
10.538.703.910.000
6.599.189.622.000
38.153.118.932.000
10.712.320.531.000
3.939.514.288.000
23.561.638.624.000
5.850.923.497.000
27.440.798.401.000
26.948.004.471.000
4 WTON
6.918.923.886.000
6.303.078.449.000
11.170.044.734.000
8.506.682.631.000
615.845.437.000
1.346.532.119.000
665.944.633.000
2.663.362.103.000
7.682.006.193.000
5 AMFG
2.231.181.000.000
479.376.000.000
4.270.275.000.000
880.052.000.000
1.751.805.000.000
2.929.140.000.000
464.263.000.000
3.390.223.000.000
3.665.989.000.000
6 ARNA
509.178.006.986
498.857.920.866
1.430.779.475.454
536.050.998.398
10.320.086.120
789.692.468.198
95.514.316.424
894.728.477.056
1.291.926.384.471
7 TOTO
1.348.062.605.364
560.119.357.447
2.439.540.859.205
947.997.940.099
787.943.247.917
1.334.410.283.331
381.573.896.617
1.491.542.919.106
2.278.673.871.193
8 LION
508.345.199.844
133.693.524.978
639.330.150.373
184.730.654.202
374.651.674.866
391.960.865.950
58.451.801.513
454.599.496.171
389.251.192.409
9 LMSH
89.126.109.044
11.018.274.023
133.782.751.041
21.341.373.897
78.107.835.021
101.945.039.784
3.807.172.880
112.441.377.144
174.598.965.938
10 EKAD
284.055.202.739
79.594.446.891
389.691.595.500
97.730.178.889
204.460.755.848
219.685.991.410
66.306.918.116
291.961.416.611
531.537.606.573
11 TRST
1.137.766.718.031
869.536.723.928
3.357.359.499.954
1.400.438.809.900
268.229.994.103
957.507.688.128
51.097.812.346
1.956.920.690.054
2.457.349.444.991
12 CPIN
12.013.294.000.000
5.703.842.000.000
24.684.915.000.000
12.123.488.000.000
6.309.452.000.000
12.228.973.000.000
2.281.628.000.000
12.561.427.000.000
30.107.727.000.000
88
Lampiran 5
Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2016
No. Nama
Emiten
Rasio Altman Z-Score
Current Assets
Current
Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT
Market Value of
Equity Sales
1 INTP
14.424.622.000.000
3.187.742.000.000
30.150.580.000.000
4.011.877.000.000
11.236.880.000.000
21.483.459.000.000
4.145.632.000.000
26.138.703.000.000
15.361.894.000.000
2 SMCB
2.439.964.000.000
5.311.358.000.000
19.763.133.000.000
11.702.538.000.000
(2.871.394.000.000)
1.063.041.000.000
(172.032.000.000)
8.060.595.000.000
9.458.403.000.000
3 SMGR
10.373.158.827.000
8.151.673.428.000
44.226.895.982.000
13.652.504.525.000
2.221.485.399.000
26.274.646.670.000
5.084.621.543.000
30.574.391.457.000
26.134.306.138.000
4 WTON
15.337.787.919.000
8.421.830.056.000
20.363.816.431.000
11.276.234.675.000
6.915.957.863.000
1.669.603.050.000
459.033.615.000
9.087.581.756.000
7.885.301.186.000
5 AMFG
1.787.723.000.000
885.086.000.000
5.504.890.000.000
1.905.626.000.000
902.637.000.000
3.134.681.000.000
348.561.000.000
3.599.264.000.000
3.724.075.000.000
6 ARNA
642.892.045.913
476.631.150.852
1.543.216.299.146
595.128.097.887
166.260.895.061
840.962.177.316
123.838.299.924
948.088.201.259
1.511.978.367.218
7 TOTO
1.290.208.433.386
589.149.809.544
2.581.440.938.262
1.057.566.418.720
701.058.623.842
1.378.722.067.049
251.320.891.921
1.523.874.519.542
2.069.017.634.710
8 LION
542.813.854.009
152.533.565.561
685.812.995.987
215.209.902.816
390.280.288.448
407.464.464.950
54.671.394.698
470.603.093.171
379.137.149.036
9 LMSH
98.274.709.046
35.476.763.264
162.828.169.250
45.511.700.128
62.797.945.782
106.720.131.762
9.424.028.642
117.316.469.122
157.855.084.036
10 EKAD
337.644.083.636
69.110.450.442
702.508.630.708
110.503.822.983
268.533.633.194
305.594.242.512
118.449.029.979
592.004.807.725
568.638.832.579
11 TRST
1.779.999.891.768
909.779.313.844
3.290.596.224.286
1.358.241.040.272
870.220.577.924
976.262.555.068
23.194.967.133
1.932.355.184.014
2.249.418.846.603
12 CPIN
12.059.433.000.000
55.500.257.000.000
24.204.994.000.000
10.047.751.000.000
(43.440.824.000.000)
13.966.362.000.000
3.983.661.000.000
14.157.243.000.000
38.256.857.000.000
89
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Altman Z-Score
Nama
Emiten Tahun WC/TA RE/TA EBIT/TA MVE/BVTL S/TA
INTP
2012 0.53 0.64 0.27 5.82 0.76
2013 0.53 0.67 0.25 6.33 0.70
2014 0.44 0.69 0.24 6.04 0.69
2015 0.38 0.69 0.20 6.32 0.64
2016 0.37 0.71 0.14 6.52 0.51
SMCB
2012 0.05 0.15 0.15 2.24 0.74
2013 -0.08 0.13 0.09 1.43 0.65
2014 -0.09 0.10 0.06 1.04 0.61
2015 -0.08 0.08 0.02 0.95 0.53
2016 -0.15 0.05 -0.01 0.69 0.48
SMGR
2012 0.13 0.57 0.24 2.16 0.74
2013 0.15 0.59 0.22 2.43 0.80
2014 0.19 0.62 0.21 2.68 0.79
2015 0.10 0.62 0.15 2.56 0.71
2016 0.05 0.59 0.11 2.24 0.59
WTON
2012 0.06 0.11 0.07 0.35 0.90
2013 0.06 0.10 0.08 0.34 0.94
2014 0.01 0.11 0.05 0.21 0.70
2015 0.06 0.12 0.06 0.31 0.69
2016 0.34 0.08 0.02 0.81 0.39
AMFG
2012 0.40 0.64 0.15 3.73 0.92
2013 0.43 0.65 0.13 3.55 0.91
2014 0.48 0.70 0.15 4.34 0.94
2015 0.41 0.69 0.11 3.85 0.86
2016 0.16 0.57 0.06 1.89 0.68
ARNA
2012 0.05 0.54 0.23 1.82 1.19
2013 0.08 0.59 0.28 2.10 1.25
2014 0.15 0.64 0.28 2.63 1.28
2015 0.01 0.55 0.07 1.67 0.90
2016 0.11 0.54 0.08 1.59 0.98
TOTO
2012 0.34 0.55 0.22 1.44 1.04
2013 0.34 0.56 0.19 1.46 0.98
2014 0.29 0.58 0.19 1.55 1.01
2015 0.32 0.61 0.16 1.57 0.93
2016 0.27 0.53 0.10 1.44 0.80
LION 2012 0.81 0.72 0.02 6.03 0.77
2013 0.73 0.71 0.17 5.02 0.67
90
2014 0.59 0.64 0.10 2.84 0.63
2015 0.59 0.71 0.09 2.46 0.61
2016 0.57 0.59 0.08 2.19 0.55
LMSH
2012 0.60 0.68 0.35 3.14 1.74
2013 0.62 0.71 0.14 3.54 1.80
2014 0.63 0.75 0.08 4.84 1.78
2015 0.58 0.84 0.03 5.27 1.31
2016 0.39 0.66 0.06 2.58 0.97
EKAD
2012 0.39 0.43 0.17 2.34 1.41
2013 0.38 0.44 0.15 2.24 1.22
2014 0.41 0.45 0.14 1.98 1.28
2015 0.52 0.75 0.17 2.99 1.36
2016 0.38 0.44 0.17 5.36 0.81
TRST
2012 0.09 0.42 0.04 1.62 0.89
2013 0.05 0.29 0.02 1.10 0.62
2014 0.07 0.29 0.02 1.17 0.77
2015 0.08 0.58 0.02 1.40 0.73
2016 0.26 0.30 0.01 1.42 0.68
CPIN
2012 0.41 0.63 0.27 1.96 1.73
2013 0.41 0.61 0.22 1.72 1.63
2014 0.27 0.51 0.10 1.10 1.40
2015 0.26 0.51 0.09 1.04 1.22
2016 -1.79 0.58 0.16 1.41 1.58
91
Lampiran 7
Hasil Perhitungan Koefisien Altman Z-Score
No Nama
Perusahaan
Tahun Rata-
rata Interpretasi
2012 2013 2014 2015 2016
1
Indocement
Tunggal
Prakarsa Tbk
6.93 6.90 6.59 6.54 6.32 6.65 Sehat
2 Holcim
Indonesia Tbk 3.12 1.89 1.47 1.19 0.76 1.69
Financial
Distress
3 Semen
Indonesia Tbk 4.02 4.00 4.17 3.74 3.21 3.83 Sehat
4 Wijaya Karya
Beton Tbk 1.68 1.62 1.17 1.31 1.47 1.45
Financial
Distress
5 Asahimas Flat
Glass Tbk 5.11 4.88 5.59 4.98 3.01 4.71 Sehat
6 Arwana Citra
Mulia Tbk 3.65 4.34 4.85 2.91 3.09 3.77 Sehat
7 Surya Toto
Indonesia Tbk 3.77 3.65 3.72 3.64 3.06 3.57 Sehat
8 Lion Metal
Works Tbk 6.68 6.12 4.28 4.09 3.64 4.96 Sehat
9 Lionmesh
Prima Tbk 5.71 6.11 6.76 6.44 4.09 5.82 Sehat
10
Ekadharma
International
Tbk
4.05 4.13 4.06 5.40 5.65 4.66 Sehat
11 Trias Sentosa
Tbk 2.79 1.81 2.03 2.53 2.29 2.29
Zona Abu-
abu
12
Charoen
Pokphand
Indonesia Tbk
4.45 4.74 3.42 3.17 1.62 3.48 Sehat
92
Lampiran 8
Harga saham Sektor Bahan Dasar dan Kimia
No Nama
Emiten
Harga Saham (dalam rupiah) Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016
1 INTP 22450 20000 25000 22325 15400 21035
2 SMCB 2900 2275 2185 995 900 1851
3 SMGR 15850 14150 16200 11400 9175 13355
4 WTON 1480 1580 3680 2640 2360 2348
5 AMFG 8300 7000 8050 6550 6700 7320
6 ARNA 1640 820 870 500 520 870
7 TOTO 6650 7700 3975 6950 498 5155
8 LION 10400 12000 9300 1050 1050 6760
9 LMSH 10500 8000 6450 575 590 5223
10 EKAD 350 390 515 400 590 449
11 TRST 345 250 380 310 300 317
12 CPIN 3650 3375 3780 2600 3090 3299
93
Lampiran 9 Hasil SPSS Regresi Linier Sederhana
94
Lampiran 10
Hasil SPSS Regresi Linier Berganda