Post on 02-Mar-2019
1
ANALISA PERBANDINGAN
PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI
STIFFNESS E50REF
MENGGUNAKAN
METODE GRAFIK DAN METODE
HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR
HALUS
Serkandii
Gouw Tjie Liongii
iUniversitas Bina Nusantara, E-mail: kandi_306@yahoo.com
iiUniversitas Bina Nusantara, Kode Dosen: D3183
ABSTRAK
Engineering properties dari tanah sangat dibutuhkan dalam melakukan proses desain konstruksi
tanah guna menjamin kestabilan, keamanan, dan kenyamanan bangunan yang didirikan. Salah satu
engineering properties tersebut adalah kekakuan tanah. Kekakuan tanah merupakan parameter yang
berhubungan langsung terhadap besaran deformasi yang mungkin terjadi pada konstruksi tanah
melalui hubungan antara tegangan dan regangan. Dalam perkembangannya dalam menghitung nilai
kekakuan tanah, selain menggunakan metode perhitungan yang konvensional melalui metode grafik
terdapat juga perhitungan menggunakan metode hiperbolik yang dikembangkan oleh Duncan &
Chang pada tahun 1970. Penelitian ini membandingkan kedua metode dengan menganalisa 77 data
consolidated undrained triaxial test yang diperoleh dari perusahaan investigasi tanah lokal. Dari
analisa ditemukan adanya kelebihan dan kerugian dari penggunaan metode hiperbolik dalam
memperoleh nilai kekakuan tanah stiffness E50ref yang diperlukan sebagai parameter masukan dalam
hardening soil model. Kelebihan dari metode hiperbolik adalah metode ini memperhitungkan nilai
kekakuan tanah secara otomatis melalui persamaan hiperbolik, sedangkan nilai kekakuan tanah
konvensional harus dihitung secara manual. Ketidakakuratan dari metode hiperbolik adalah apabila
data titik-titik dari triaxial test tidak cukup pada bagian awal, maka akan muncul penyimpangan yang
besar antara kurva metode hiperbolik dengan data grafik yang ada di dalam grafik tegangan
regangan triaxial, hal ini dikarenakan sifat statistik dari persamaan hiperbolik. Untuk memperbaiki
hal tersebut, ASTM D4767-95 bagian 8.4.2.1 harus diterapkan.(S)
Kata kunci: Kekakuan Tanah, Metode Hiperbolik, Stiffness E50
ref, Consolidated Undrained Triaxial
Test.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan engineering properti tanah dibutuhkan pada saat melakukan proses desain
konstruksi tanah guna menjamin kestabilan, keamanan, dan kenyamanan manusia yang berinteraksi
secara langsung maupun tidak langsung terhadap konstruksi tanah tersebut. Salah satu parameter yang
sangat penting dalam engineering properti tanah adalah nilai modulus elastisitas (stiffness) dari tanah
tersebut. Modulus elastisitas tanah atau lebih tepat disebut kekakuan tanah merupakan gambaran
mengenai respon tanah terhadap tegangan yang diterima dan dampak regangan yang timbul dari
tegangan tersebut.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, selain perkembangan ilmu untuk geoteknik / tanah,
terdapat juga perkembangan lain yang memiliki peran penting dalam mempermudah dan memberi
hasil yang lebih akurat dalam perhitungan geoteknik. Perkembangan tersebut adalah dengan adanya
metode perhitungan elemen hingga (finite element). Sering berkembangnya teknologi, telah
berkembang pula penggunaan alat bantu perhitungan berupa komputer dengan perangkat-perangkat
lunak didalamnya atau biasa disebut software. Melalui adanya metode perhitungan elemen hingga dan
komputer, telah ditemukan sebuah software yang menggunakan metode elemen sebagai metode
perhitungannya di dalam penggunaanya di dunia geoteknik, software tersebut adalah program Plaxis,
RS3, Crisp, Geo5, dan lain-lain.
Sebelum metode perhitungan elemen hingga mulai diaplikasikan dalam perhitungan desain
geoteknik, proses perhitungan nilai modulus elastisitas (stiffness) masih diproses secara konvensional
melalui grafik hubungan antara tegangan-regangan. Secara konvensional uji triaxial melinierkan
perilaku tanah dan mengambil satu nilai kekakuan tanah yang konstan, setelah metode perhitungan
elemen hingga mulai diaplikasikan dalam perhitungan desain geoteknik, Duncan & Chang kemudian
mengembangkan metode hiperbolik pada tahun 1970 yang dapat mensimulasikan hubungan nonlinier
tegangan dan regangan yang berarti nilai kekakuan tanah berubah bersama dengan tingkat tegangan.
Secara umum nilai modulus elastisitas tanah (soil stiffness) pada ilmu geoteknik
penggunaannya sering dijumpai pada desain dinding penahan tanah, diaphragm wall, proses galian
terowongan, dan lain-lain. Oleh karena pentingnya nilai modulus elastisitas tanah (soil stiffness)
dalam memprediksi gerakan (deformasi) tanah, maka penelitian lebih lanjut dilakukan dalam laporan
ini guna melakukan analisa perbandingan terhadap proses perhitungan dan hasil yang diperoleh dari
kedua metode yang telah disebutkan sebelumnya yaitu metode grafik dan metode hiperbolik.
Identifikasi Masalah
Dalam penggunaanya, konon metode perhitungan elemen hingga dipercaya dapat memberikan
hasil pendekatan yang lebih akurat apabila dibandingkan dengan metode perhitungan secara
konvensional maupun secara grafik. Akan tetapi, apakah penggunaan metode perhitungan elemen
hingga ini dapat memberikan hasil yang kualitatif untuk dapat digunakan dalam desain struktur tanah
khususnya dalam menentukan nilai modulus elastisitas tanah (soil stiffness)? Melalui penelitian ini,
dengan menggunakan data tanah berbutir halus yang diperoleh dari kota DKI Jakarta – Indonesia,
penulis mengharapkan dapat menemukan solusi akan pertanyaan tersebut dengan membandingkan
proses perhitungan dan hasil yang akan diperoleh dari kedua metode yaitu metode grafik dan metode
hiperbolik.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk membandingkan proses perhitungan dan
hasil yang diperoleh untuk perhitungan nilai modulus elastisitas tanah (soil stiffness) melalui metode
grafik dan metode hiperbolik dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa suatu gambaran kepada
para ahli geoteknik tentang efektifitas dari penggunaan metode perhitungan elemen hingga dalam
memproses nilai modulus elastisitas tanah melalui metode hiperbolik jika dibandingkan dengan
metode grafik yang bersifat konvensional.
3
METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan menentukan data-data apa saja yang diperlukan dalam
menunjang penelitian ini. Adapun data-data yang diperlukan tersebut adalah data borelog dan data
mentah consolidated undrained triaxial test. Setelah data-data yang dibutuhkan telah ditentukan,
dilanjutkan dengan membuat surat pengantar ke kepala jurusan teknik sipil untuk dibuatkan surat izin
resmi dari universitas guna melakukan permintaan data ke perusahaan yang berkenaan dalam bidang
pengujian laboratorium karakteristik tanah.
Surat izin resmi dari universitas yang telah jadi, diantarkan ke perusahaan terkait untuk mohon
izin permintaan data yang dengan harapan dapat segera diolah di dalam penelitian. Dalam
mengantarkan surat izin resmi, sangat penting untuk terlebih dahulu membuat janji kepada pihak
perusahaan supaya tidak mengganggu pekerjaan dari perusahaan tersebut.
Teknik Pengolahan Data
Data mentah yang telah diperoleh tidak langsung diolah ke dalam program, akan tetapi terlebih
dahulu diberi nomor pada masing-masing proyek agar tidak tertukar dan tidak berantakan pada saat
proses pengolahan data berlangsung. Setelah diberi nomor pada setiap proyek, dilanjutkan dengan
membuat sistem penomoran untuk menandai data yang diolah. Penomoran pada penelitian ini
dilakukan dengan tiga seri nomor, pertama adalah nomor proyek, kedua adalah nomor borelog, dan
ketiga adalah nomor sampel. Contoh penomoran berikut adalah 2-1-3, yang berarti data tersebut
merupaka proyek nomor dua (2), borelog nomor satu (1), dan sampel nomor tiga (3).
Setelah sistem penomoran siap, pengolahan data baru dapat dimulai. Pada penelitian ini,
pengolahan data hanya menggunakan bantuan program berupa Microsoft Excel. Melalui program
Microsoft Excel, pengolahan data dilakukan dengan memasukkan data mentah / data bacaan dari
pengujian consolidated undrained triaxial test. Data mentah tersebut dioleh dengan perintah-perintah
perhitungan tertentu hingga dapat menghasilkan nilai stiffness (E50ref). Pengolahan data dibagi menjadi
beberapa bagian nilai E50ref. Berikut adalah pembagiannya :
1. E50ref – Graph (nilai stiffness untuk metode grafik);
2. E50ref – Hyp-Full (nilai stiffness untuk metode hiperbolik dengan data penuh);
3. E50ref – Hyp-Peak (nilai stiffness untuk metode hiperbolik dengan data hingga nilai deviatoric
stress puncak);
4. E50ref – Hyp-2% (nilai stiffness untuk metode hiperbolik dengan data hingga strain 2%);
5. E50ref – Hyp-3% (nilai stiffness untuk metode hiperbolik dengan data hingga strain 3%);
6. E50ref – Hyp-4% (nilai stiffness untuk metode hiperbolik dengan data hingga strain 4%);
7. E50ref – Hyp-5% (nilai stiffness untuk metode hiperbolik dengan data hingga strain 5%);
Setelah tujuh jenis nilai E50ref
diperoleh, dibuat grafik yang menghubungkan nilai E50ref
– Graph
dengan keenam nilai E50ref
dari metode hiperbolik untuk melihat korelasi dari nilai E50ref
tersebut.
Selain itu juga dilakukan perhitungan selisih dari nilai E50ref – Graph dengan keenam nilai E50
ref dari
metode hiperbolik yang selanjutnya dicari nilai rata-rata dan standar deviasi untuk mengetahui jenis
metode hiperbolik mana yang memberikan nilai E50ref yang lebih mendekati dengan nilai E50
ref dari
metode grafik. Setelah proses ini dilakukan, dilanjutkan dengan proses analisa dari hasil-hasil
perhitungan.
Teknik Penyajian Data
Proses pengolahan data yang telah selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu tahapan
penyajian data. Penyajian data dilakukan dengan dua cara yaitu secara tabulasi atau melalui tabel-tabel
dan secara grafik. Untuk menghasilkan hasil yang baik dan sesuai digunakan penamaan pada tabel dan
grafik dengan sistem penyusunan yang telah diatur untuk penelitian skripsi. Oleh karena bantuan
penggunaan program berupa Microsoft Excel, proses penyajian data secara tabulasi dan grafik ini
menjadi sangat mudah dan menampilkan hasil yang bagus dan baik.
Terdapat sebuah hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyajian data yang baik, hal
tersebut adalah penyajian grafik dimana garis atau titik didalamnya dibedakan melalui jenis garis dan
4
bentuk titik. Pembedaan jenis garis dan bentuk titik ini bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman
mengenali data apabila laporan penelitian ini digandakan dengan proses fotocopy yang umumnya
menghasilkan gradasi warna hanya hitam-putih saja. Contoh pembedaan bentuk titik adalah data satu
menggunakan titik berbentuk lingkaran, data dua menggunakan titik berbentuk segiempat, dan data
tiga menggunakan titik berbentuk segitiga.
HASIL DAN ANALISA
Analisa Hasil Pengolahan Data
Setelah melalui tahap pengumpulan data mentah, proses pengolahan data, dan penyajian hasil
pengolahan data, tahap selanjutnya adalah tahap analisa terhadap hasil yang diperoleh. Pada tahap
analisa ini dilakukan peninjauan lebih mendalam terhadap proses dan hasil dari pengolahan data,
dimana peninjauan dilakukan guna melihat bagaimana metode hiperbolik menyediakan pendekatan
perhitungan terhadap grafik hubungan deviatoric stress dan strain dan nilai stiffness E50ref yang
merupakan parameter penting dalam permodelan hardening soil model yang ada di dalam program
PLAXIS.
Berikut adalah keseluruhan data yang akan dibandingkan dengan tambahan data berupa nilai
qult yang dimiliki oleh masing-masing data guna memberikan hasil analisa yang lebih baik :
Tabel 1 Data Metode Hiperbolik (Hyp-Full) Bermasalah untuk Analisa
Kode Data Depth
qult Selisih Grafik & Hyp-Full
No.
Perbandingan σ3-1 σ3-2 σ3-3
(m) kPa kPa kPa kPa
S-8-1-1 1,00 - 1,50 182,82 295,86 520,83 349.084 1
S-8-2-2 5,00 - 5,50 218,82 297,62 450,45 596.966 2
-22-5-1 6,00 - 6,50 229,89 346,02 591,72 215.446 3
-12-2-2 4,50 - 5,00 285,71 387,60 564,97 15.943 3
21-10-2 6,00 - 7,00 240,38 303,03 446,43 5.234 2
21-12-5 32,00 - 33,00 224,22 313,48 483,09 14.820 1
Pada halaman-halaman berikutnya akan dilakukan analisa untuk data-data bermasalah yang ada
di Tabel 1. Analisa dilakukan dengan menampilkan grafik hubungan deviatoric stress dan strain dari
data metode grafik dan metode hiperbolik (hyp-full) didalamnya. Berikut adalah ketiga perbandingan
tersebut :
5
Gambar 1 Nomor Perbandingan 1 - Data S-8-1-1 (atas) - Data S-21-12-5 (bawah)
Hyperbolic Curve
Hyperbolic Curve
6
Gambar 2 Nomor Perbandingan 2 - Data S-8-2-2 (atas) - Data S-21-10-2 (bawah)
Hyperbolic Curve
Hyperbolic Curve
7
Gambar 3 Nomor Perbandingan 3 - Data S-22-5-1 (atas) - Data S-12-2-2 (bawah)
8
Dari tiga buah grafik perbandingan yang telah ditampilkan sebelumnya dapat dilihat bahwa inti
permasalahan dari besarnya penyimpangan nilai stiffness E50ref dari kedua metode yaitu metode
hiperbolik (hyp-full) dan metode grafik adalah adanya penyimpangan yang cukup besar dari garis
hiperbolik dengan garis data grafik khususnya pada secant area. Penyimpangan yang cukup besar ini
terjadi karena pendekatan metode hiperbolik yang cenderung mengikuti pola data yang ada dari
grafik.
Seperti yang telah ditampilkan pada grafik-grafik perbandingan, terlihat bahwa data grafik
yang menimbulkan masalah bagi pendekatan metode hiperbolik memiliki lonjakan data awal yang
cukup tinggi dan kecenderungan untuk mendatar di data-data selanjutnya jika dibandingkan dengan
data grafik yang tidak bermasalah dengan data awal hingga akhir memiliki proses peningkatan yang
bersifat melengkung dengan cukup baik. Hal ini menjadi alasan adanya pembagian dari metode
hiperbolik menjadi beberapa bagian seperti hyp-peak, hyp-2%, hyp-3%, hyp-4%, hyp-5%. Pembagian
ini dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan pembatasan data terhadap strain pada data deviatoric
stress dan strain dari data grafik.
Dari hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat bahwa ternyata pendekatan metode hiperbolik
hyp-5% ke hiperbolik hyp-2% mengalami perubahan yang membaik atau menghasilkan nilai stiffness
E50ref yang lebih mendekati. Ini berarti bahwa data-data deviatoric stress dan strain pada bagian awal
merupakan bagian yang sangat penting guna memberikan hasil nilai stiffness E50ref yang lebih baik
pada metode hiperbolik. Oleh karena itu, guna memperbaiki atau memberikan arahan yang lebih baik
pada pengujian consolidated undrained triaxial test khususnya untuk mencari nilai stiffness E50ref,
maka lebih baik apabila dalam pengujian pada bagian awal dilakukan dengan bacaan jarak strain
(deformasi) yang lebih kecil sehingga menyediakan data deviatoric stress dan strain yang lebih
banyak sehingga mampu memberikan pendekatan metode hiperbolik yang lebih baik. Akan lebih baik
lagi apabila bacaan jarak strain (deformasi) ini juga diperkecil apabila data sudah mulai mendekati
data puncak.
Sebagai panduan terdapat juga instruksi dari American Society for Testing and Materials
(ASTM Standards) yang mendukung untuk melakukan pengujian seperti yang telah disebutkan.
Pernyataan tersebut terdapat di ASTM D 4767 – 95 “Standard Test Method for Consolidated
Undrained Triaxial Compression Test for Cohesive Soils” pada bagian 8.4.2.1 At a minimum, record
load, deformation, and pore water pressure values at increments of 0,1 to 1 % strain and, thereafter,
at every 1 %. Take sufficient readings to define the stress-strain curve; hence, more frequent readings
may be required in the early stages of the test and as failure is approached. Ini berarti bahwa dalam
melakukan pengujian consolidated undrained triaxial test pembacaan nilai load dial dan pore
pressure dilakukan setiap deformasi 0,1% hingga mencapai deformasi sebesar 1% dan dilanjutkan
dengan pembacaan setiap 1%. Akan lebih baik dan akurat lagi apabila pembacaan pada tahap awal
dilakukan dengan jarak deformasi yang lebih kecil sehingga mampu memberikan pendekatan metode
hiperbolik yang lebih baik.
Perlu diketahui juga bahwa meskipun telah dilakukan analisa perhitungan dengan membatasi
nilai deviatoric stress dan strain dengan batas strain tertentu yang digunakan dalam permodelan
hiperbolik, ini bukan berarti bahwa dalam menentukan nilai stiffness E50ref
dengan menggunakan
metode hiperbolik harus dilakukan dengan pembatasan ini. Melainkan pembatasan ini dilakukan
semata guna memberi bukti bahwa data pada bagian awal dari kurva hubungan antara deviatoric stress
dan strain merupakan bagian yang memiliki pengaruh sangat penting dalam memberikan hasil
pendekatan E50ref metode hiperbolik yang lebih baik.
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa terdapat kekurangan data bacaan dari grafik
hubungan deviatoric stress dan strain di tahap awal yang digunakan dalam analisa ini, setelah ditinjau
lebih lanjut ternyata permasalahan dalam memperoleh data pada tahap awal yang lebih detail ini
terdapat pada kesulitan membaca data tersebut. Kesulitan ini disebabkan oleh sifat sampel tanah
berbutir halus yang diuji memiliki proses peningkatan nilai deviatoric stress yang tinggi pada awal
pembebanan sehingga sulit untuk dilakukan pembacaan pada tahap awal atau pada strain yang kecil.
Kesulitan pembacaan ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan alat uji triaxial test yang
digunakan karena proses pembacaan nilai load dial dan deformation dial yang manual berdasarkan
pembacaan operator. Maka untuk mengatasi permasalahan ini, disarankan untuk menggunakan alat uji
triaxial test yang menggunakan sistem computerized atau kata lain data bacaan yang diperlukan dapat
diperoleh sesuai kebutuhan dengan batas jeda di setiap nilai strain tertentu.
Selain data pada grafik hubungan deviatoric stress dan strain yang tidak memadai, terdapat
juga penyebab lain yang memiliki kemungkinan menjadi permasalahan timbulnya ketidakakuratan
pada penggunaan metode hiperbolik. Penyebab itu adalah karena penerapan nilai confining pressure
(σ3) yang sama untuk sampel tanah di berbagai kedalaman dengan nilai σ3-1 = 50 kPa, σ3-2 = 100 kPa,
dan σ3-3 = 200 kPa dimana seharusnya nilai confining pressure ini disesuaikan dengan tegangan
9
horizontal efektif yang dimiliki oleh sampel dari lokasi sampel tersebut diperoleh. Sangat dianjurkan
nilai confining pressure yang digunakan ini disesuaikan untuk setiap kedalaman dan lokasi yang
berbeda.
Pernyataan ini diperkuat melalui jurnal yang ditulis oleh Duncan & Chang pada tahun 1970
“Nonlinear Analysis of Stress and Strain in Soils” yang menyatakan bahwa aplikasi stress dan strain
yang dilakukan di laboratorium haruslah mampu menggambarkan kondisi stress dan strain yang ada
di lapangan atau kondisi asal sampel tanah yang akan diuji tersebut diperoleh. Juga terdapat
pernyataan yang terdapat pada jurnal “Evaluation of in-situ lateral earth pressure at rest for marine
clay by means of triaxial cell” oleh Y. Watabe, M. Tanaka, H. Tanaka & T. Tsuchida pada tahun 2003
yang menjelaskan bahwa untuk mengurangi efek gangguan terhadap sampel yang diperoleh dapat
dilakukan dengan pengujian laboratorium yang menggunakan in-situ effective stress, dengan
menerapkan confining pressure (σ3) yaitu σ’3 = σ’h0 dimana σ’h0 adalah in-situ lateral effective stress
expressed as σ’h0 = K0σ’v0 dan K0 adalah coefficient of lateral earth pressure at rest. Teknik ini
dianjurkan oleh Berre dan Bjerrum (1973) dan Bjerrum (1973).
Untuk lebih mudah memahami penerapan nilai confining pressure (σ3) ini dapat menggunakan
ilustrasi berikut:
(a) (b)
Gambar 4 Sampel Tanah Kedalaman 2 m, (a) Tanpa Beban Tambahan (b) Dengan Beban Tambahan
Dapat dilihat bahwa sampel yang akan dilakukan test triaxial terdapat di kedalaman 2 meter
dari permukaan tanah dengan dua buah kondisi yaitu kondisi awal atau tanpa beban tambahan
(Gambar 4a) dan kondisi rencana atau dengan beban tambahan (Gambar 4b).
Pada kondisi awal diperoleh σ’v0 = 18.(2) – 10.(2) = 16 kPa, lalu dimisalkan menghitung
horizontal pressure dalam kondisi ‘at rest’ yang berarti nilai Ko = 0,5 sehingga diperoleh σ’h0 = Ko.
σ’v0 = 0,5. 16 = 8 kPa. Untuk kondisi rencana diperoleh σ’v1 = [18.(2) – 10.(2)] + 40 = 46 kPa (beban
sangat luas) dan dilanjutkan dengan σ’h1 = Ko. σ’v1 = 0,5. 46 = 23 kPa. Dari kedua perhitungan ini
diperoleh dua buah nilai horizontal pressure yaitu kondisi awal σ’h0 = 8 kPa dan kondisi rencana σ’h1 =
23 kPa. Setelah itu ditentukan nilai confining pressure (σ3) dengan cara seperti berikut:
• Confining pressure batas bawah, σ3-
1 = σ’h0 = 8 kPa, diturunkan → 5 kPa;
• Confining pressure batas tengah, σ3-
2 = (σ’h0 + σ’h1)/2 = 15 kPa;
• Confining pressure batas atas, σ3-3 = σ’h1
= 23 kPa, dinaikkan → 25 kPa.
Dari hasil tersebut, maka untuk contoh kasus yang terdapat pada Gambar 4.37 dalam
melakukan pengujian triaxial test dapat menggunakan nilai confining pressure yaitu: σ3-1 = 5 kPa, σ3-2
= 15 kPa, dan σ3-3 = 25 kPa.
MAT
2 m γ = 18 kN/m3
MAT
2 m γ = 18 kN/m3
Beban Tambahan 40 kN/m2
10
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan tahap-tahap proses penelitian yang telah dilakukan dari pengumpulan data
mentah, pengolahan data, penyajian data, hingga analisa terhadap perhitungan dan hasil data diperoleh
beberapa simpulan terhadap penelitian ini. Adapun berikut adalah beberapa simpulan tersebut :
1. Terdapat kelebihan dari penggunaan metode hiperbolik dalam proses perhitungan nilai stiffness
E50ref dimana nilai strain dapat ditentukan secara pasti dan otomatis dari persamaan hiperbolik
jika dibandingkan dengan metode grafik yang nilai strain tersebut masih diperoleh secara
konvensional / bacaan dari grafik yang akan menghasilkan nilai yang berbeda untuk setiap
orang;
2. Terdapat suatu kecenderungan sifat statistik dari pendekatan persamaan metode hiperbolik
terhadap kurva hubungan deviatoric stress dan strain pada grafik triaxial yang terlihat dari
kecenderungan bentuk kurva metode hiperbolik mengikuti perilaku data terbanyak. Hal ini
menjadi ketidakakuratan terhadap pendekatan metode hiperbolik apabila data mentah yang
digunakan memiliki data bacaan yang tidak mencukupi di tahap awal, terbukti dari adanya
penyimpangan nilai E50ref yang besar pada beberapa data pada penelitian ini;
3. Untuk mengatasi ketidakakuratan seperti dijelaskan pada simpulan nomor 2, penggunaan
metode hiperbolik kembali ditegaskan untuk menerapkan ASTM D 4767 – 95 “Standard Test
Method for Consolidated Undrained Triaxial Compression Test for Cohesive Soils” berupa
jarak pembacaan data load dial dan pore pressure terhadap deformasi yang perlu diperkecil di
awal pembebanan dengan minimal setiap 0,1% hingga deformasi mencapai 1% pada pengujian
consolidated undrained triaxial test khususnya apabila diperlukan nilai parameter stiffness
E50ref untuk kebutuhan desain.
Saran
Berikut adalah saran-saran guna menjadi perhatian untuk perkembangan penelitian lebih lanjut
terhadap penelitian yang telah dilakukan :
1. Dianjurkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut atas solusi yang ditawarkan dari penelitian
ini secara nyata melalui dilakukannya pengujian consolidated undrained triaxial test dengan cara
memperbanyak bacaan data di tahap awal;
2. Karena adanya kemungkinan perbedaan metode pengujian yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan lainnya, maka diperlukan peninjauan yang lebih beragam untuk data mentah yang
diperoleh dari perusahaan yang berbeda dari penelitian ini;
3. Dianjurkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data triaxial test yang
memiliki nilai confining pressure (σ3) yang telah disesuaikan dengan tegangan horizontal dari
lokasi sampel diperoleh.
REFERENSI Berre, T., and Bjerrum, L. (1973). “Shear Strength of Normally Consolidated Clays”. Proceedings of
8th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, pp.39-49.
Bjerrum, L. (1973). “Problems of Soil Mechanics and Construction on Soft Clays and Structurally
Unstable Soils”. Proceedings of 8th International Conference on Soil Mechanics and
Foundation Engineering, State of the Art Report, pp.111-160.
Duncan, J. M., and Chang, C-Y. (1970). “Nonlinear Analysis of Stress and Strain in Soils”. Journal of
the Soil Mechanics and Foundation Division, ASCE, Vol. 96, No. SM5, Proc. Paper 7513, pp.
1629-1653.
Watabe, Y., Tanaka, H., Tanaka, M., and Tsuchida, T. (2003). “Evaluation of in-situ lateral earth
pressure at rest for marine clay by means of triaxial cell”. Lisse : Swets & Zeitlinger.
12
RIWAYAT PENULIS Serkandi lahir di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada 2015. Selama proses perkuliahan S1
penulis bekerja sebagai Asisten Laboratorium dari bulan Maret 2014 hingga Maret 2015.