Post on 13-Jul-2016
description
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk
Disusun oleh :
Hilma Rizki Marista 120110130056
Firda Tyastari 120110130062
Sarasati Dhiwya Prabaswari 120110130128
Erika Handayani 120110130132
Mustika Riskafuri 120110130140
Akuntansi
Fakultas Ekonomi danBisnis
Universitas Padjadjaran
2016
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka
semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.
Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok
atau biaya produksinya, dan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisien (Sawir, 2009:18). Rumus Gross Profit Margin:
Gross Profit Margin=Gros s ProfitNet Sales
Perhitungan Gross Profit Margin pada PT. Ultra Jaya
- 2012
Gross Profit Margin= Rp.901.742 .000.000Rp .2.809 .851.000 .000
Gross Profit Margin ¿ 0.320921643 = 32.09%
- 2013
Gross Profit Margin= Rp .1.013 .783 .000.000Rp .3.460 .231 .000.000
Gross Profit Margin ¿0.292981307 = 29.3%
- 2014
Gross Profit Margin= Rp .936 .990 .000 .000Rp .3.916 .789 .000 .000
Gross Profit Margin ¿0.239224017 = 23.92%
Nilai Gross Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013, dan 2014 secara
berturut-turut sebesar 32.09%; 29.3%; 23.92% artinya dari volume penjualan bersih akan
menghasilkan laba kotor sebesar persentase tersebut. Nilai Gross Profit Margin PT. Ultra Jaya
cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan penurunan terbesar terjadi pada
tahun 2014 yaitu sebesar 5.38%. Menurunnya nilai Gross Profit Margin menunjukkan bahwa
produk PT. Ultra Jaya mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam menghasilkan laba
kotor. Penurunan tersebut terjadi karena peningkatan penjualan yang diikuti dengan
peningkatan harga pokok penjualan yang lebih tinggi sehingga laba kotor yang dihasilkan
semakin rendah.
Operating Profit Margin
Operating Profit Margin merupakan perbandingan antara keuntungan operasi
perusahaan dibandingkan dengan penjualan perusahaan. Keuntungan operasi dihitung dari laba
kotor perusahaan dikurangi dengan biaya penjualan, biaya umum dan administrasi, serta biaya-
biaya lainnya. Rumus Operating Profit Margin:
OperatingProfit Margin=Operating ProfitNet Sales
Perhitungan Operating Profit Margin pada PT. Ultra Jaya
- 2012
OperatingProfit Margin= Rp.429.342 .000 .000Rp .2.809 .851.000 .000
Operating Profit Margin ¿0.152798849 = 15.28%
- 2013
OperatingProfit Margin= Rp.423.195 .000 .000Rp .3.460 .231 .000.000
Operating Profit Margin ¿0.122302528 = 12.23%
- 2014
OperatingProfit Margin= Rp .374.126 .000 .000Rp .3.916 .789 .000 .000
Operating Profit Margin ¿0.095518548 = 9.55%
Nilai Operating Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013, dan 2014
secara berturut-turut sebesar 15.28%; 12.23%; 9.55% artinya dari volume penjualan bersih
akan menghasilkan laba operasi sebesar persentase tersebut. Nilai Operating Profit Margin PT.
Ultra Jaya cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan penurunan terbesar
terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 3.05%. Menurunnya operating profitmargin dari tahun ke
tahun menunjukkan bahwa laba operasi PT. Ultra Jaya mengalami penurunan yang
memperlihatkan bahwa kinerja PT. Ultra Jaya kurang baik di tahun yang bersangkutan.
Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan
penjualan (Warsosno,2003:37). Besarnya perhitungan margin laba bersih menunjukkan
seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.
Rumus Net Profit Margin:
Net Profit Margin=Net ProfitNet Sales
Perhitungan Net Profit Margin pada PT. Ultra Jaya:
- 2012
Net Profit Margin= Rp .353.432 .000 .000Rp .2 .809.851 .000.000
Net Profit Margin ¿0.125783227 = 12.58%
- 2013
Net Profit Margin= Rp .325.127 .000 .000Rp .3 .460.231 .000 .000
Net Profit Margin ¿0.093961068 = 9.4%
- 2014
Net Profit Margin= Rp .283.361.000 .000Rp .3 .916 .789.000 .000
Net Profit Margin ¿0.07234523 = 7.23%
Nilai Net Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013, dan 2014 secara
berturut-turut sebesar 12.58%; 9.4%; 7.23% artinya dari volume penjualan bersih akan
menghasilkan laba bersih sebesar persentase tersebut. Net profit margin PT Ultra Jaya selama
tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami penurunan setiap tahunnya. Menurunnya net
profitmargin dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik karena
laba bersih dari setiap penjualan yang diperoleh oleh PT Ultra Jaya semakin tahun semakin
menurun.
Return On Asset
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan
keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan
perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan
manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan
datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh
dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-
aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung
dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan
total aktiva.
ROA= (Net Profit/Total asset) Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. “Nilai ini
mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan
pada perusahaan” (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65).
Return On Asset = (Net Profit)/(Total Asset)
2012 2013 2014
353.432.000.000/
2.420.794.000.000=0.145998
379
14,59%
325.127.000.000/
2.811.621.000.000=0,1156368
515
11,56%
283.361.000.000/
2.917.084.000.000=0,097138
44
9,71%
Jika dilihat dari perhitungan diatas atas perbandingan antara tahun 2012-2014 nilai ROA
PT Ultrajaya mengalami penurunan,hal ini menunjukkan kinerja perusahaan memburuk dari
tahun ke tahun karena laba yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun sangat sedikit.
Return On Equity
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan antar laba bersih
(net profit) perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal). Rasio ini mengukur berapa
banyak keuntungan yang dihasilkan oleh Perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor
oleh Pemegang Saham.
Berikut adalah rumus dari ROE.
2012 2013 2014
353.432.000.000/
1.676.519.000.000=
0.210813
21,08%
325.127.000.000/
2.015.145.000.000=0,1747402
16,13%
283.361.000.000/
2.265.097.000.000=0,1250988368
12,51%
Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa nilai rasio semakin menurun, jika semakin
menurun berarti kinerja kerja perusahaan tersebut dari sisi pengelolaan ekuitasnya memburuk.
Rasio Likuiditas
Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current Ratio = (Current Asset)/(Current Liabilites)
2012 2013 2014
1.196.427.000.000/
592.823.000.000 =
2,018185867
201,82%
1.565.511.000.000/
633.795.000.000 =
2,470058931
247,01%
1.642.102.000.000/
490.967.000.000=3,34462805
334,46%
Menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar
maka semakin tinggi kemampuan PT Ultrajaya menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).Nilai
ideal dari analisa rasio ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin
baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
Quick Ratio=Current Asset−InventoryCurrent Liabilites
Quick Ratio2014= Rp.1.642.101 .746 .819−Rp .714.411.455 .060Rp .490.967 .089.226
¿1,889517106 = 188,95%
Quick Ratio2013=Rp .1.565.511.000 .000−Rp .534.977 .217.239Rp .633.795.000 .000
¿ 1,625973355 = 162,59%
Quick Ratio2012= Rp .1.196 .427 .000 .000−Rp .334.169.035 .934Rp .592.823 .000 .000
= 1,454494789 = 145,44%
Dari ketiga data diatas menunjukan bahwa dari tahun 2012 hingga 2014 persentasenya
makin meningkat, tetapi pada tahun 2012 perusahaan belum dapat dikatakan dalam kondisi
sehat sebab belum mencapai nilai minimum sebesar 150% sedangkan tahun-tahun setelahnya
perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan sehat.
Cash Ratio
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial
jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau
efek jangka pendek.Nilai ideal dari analisa rasio ini ini adalah minimum sebesar 150%,
semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
CashRatio= CashCurrent Liabilites
CashRatio 2014=Rp .489 .284 .795.925Rp .490 .967 .089.226
¿0,9965735111 = 99,65%
CashRatio 2013= Rp .611.624 .871.676Rp .633.795 .000 .000
= 0,9650200328 = 96,50%
CashRatio 2012= Rp .535 .889 .526 .748Rp .592.823 .000 .000
= 0,9039621046 = 90,39%
Dari ketiga data diatas menunjukan bahwa dari tahun 2012 hingga 2014 persentasenya
makin meningkat tetapi perusahaan belum dapat dikatakan dalam kondisi sehat sebab belum
mencapai nilai minimum sebesar 150%
Rasio SolvabilitasRasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua
kewajiban finansial jangka panjang.Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah
semakin buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya,
maksimal nilainya adalah 200%.
Debt to Equity Ratio
Debt ¿ Equity Ratio=Total LiabilitesTotal Equity
Debt ¿ Equity Ratio2014= Rp .651 .985.807 .625Rp .2 .265.097 .759 .730
¿0,2878406532 = 28,78%
Debt ¿ Equity Ratio2013= Rp .796 .476 .000 .000Rp .2.015 .145 .000 .000
= 0,3952450072 = 39,52%
Debt ¿ Equity Ratio2012= Rp .744 .275 .000 .000Rp .1.676 .519 .000.000
= 0,443940689 = 44,39%
Dari ketiga data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase rasio solvabilitas perusahaan
semakin rendah yang mana mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan
pembayaran kewajiban jangka panjang yang makin baik.
Debt Capital to Asset Ratio
Menurut Syamsuddin (2006:30) Debt to Total Assets Ratio (DAR) digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi
pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Debt to Total Assets Ratio (DAR) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan
solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk
membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total hutang terhadap
keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan persentase dana
yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.
Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana
perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, namun
selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan. Nilai rasio
yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan
perusahaan membayar semua kewajibannya. Menurut Darsono (2005), dari pihak pemegang
saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada
akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen.
Debt Capital to Asset Ratio = Total Liabilities/Total Asset
2014 2013 2012
=
651.987.000.000/2.917.084.0
00.000
= 0,2235064194243292
(22,35%)
=
796.476.000.000/2.811.621.0
00.000
= 0,2832800011096801
(28,33%)
=
744.275.000.000/2.420.794.0
00.000
= 0,3074507785462125
(30,75%)
Debt Capital to Asset Ratio PT. Ultrajaya dari tahun 2012-2014 mengalami penurunan,
yang berarti mencerminkan bahwa PT. Ultrajaya mampu membayar kewajibannya dari tahun ke
tahun.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan
perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio
aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan
dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Total Asset Turnover
Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan
rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan
total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang
dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan
aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan
menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih
tinggi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan
baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran
aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak
efisien dan optimal. Asset turnover ratio (ATO) merupakan salah satu faktor penting yang
berpengaruh pada Return on Equitymenurut dari analisis Dupont.
ATO mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah
pada aktivitas perusahaan serta berpengaruh pada rasio ini antara lain pangsa pasar produk
kunci menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja yang
menurun drastis, perputaran persediaan yang menurun drastis, kepercayaan konsumen
berkurang, dan beberapa indikator lainnya.
Total Asset Turnover = Sales/Total Asset
2014 2013 2012
=
3.916.789.000.000/2.917.084.
000.000
=
3.460.231.000.000/2.811.621.
000.000
=
2.809.851.000.000/2.420.794.
000.000
= 1,342706963529333
(134, 27%)
= 1,230688986886924
(123, 07%)
= 1,160714625036248
(116, 07%)
Total Asset Turn Over pada PT. Ultrajaya mengalami peningkatan dari tahun 2012 – 2014,
yang menandakan bahwa PT. Ultrajaya tiap tahunnya melakukan penjualan dengan
menggunakan asset secara minimal. Berarti, PT. Ultrajaya dapat menjalankan operasi dengan
baik karena mampu memanfaatkan asset yg dimiliki secara efisien.
Fixed Asset Turnover
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets
turn overmengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik
dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih
yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya
secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah),
kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang
bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang
berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini
berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Fixed Assets Turn Over = Sales/Fixed Asset
2014 2013 2012
=
3.916.789.000.000/1.003.229.0
00.000
= 3,904182395046395
(390, 42%)
=
3.460.231.000.000/965.975.0
00.000
= 3,582112373508631
(358, 21%)
=
2.809.851.000.000/979.512.0
00.000
= 2,868623355303457
(286, 86%)
Fixed Asset Turn Over PT. Ultrajaya dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan tiap
tahunnya, yang berarti mencerminkan bahwa PT. Ultrajaya tiap tahun semakin efektif dalam
penggunaan aktiva tetap nya.
Inventory Turnover
Inventory turnover merupakan rasio efisiensi yang menunjukan seberapa efektif inventory
dikelola dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan rata-rata inventory untuk
suatu periode. Rasio ini mengukur berapa kali rata-rata inventory berubah atau terjual selama
periode. Dengan kata lain, mengukur berapa kali perusahaan menjual rata-rata total persediaan
selama periode.
Rasio ini penting karena totral omset tergantung pada dua komponen utama kinerja.
Komponen pertama adalah pembelian saham. Jika jumlah yang lebih besar dari persediaan
yang dibeli selama tahun ini, perusahaan harus menjual jumlah yang lebih besar dari
persediaan untuk meningkatkan omset. Jika perusahaan tidak dapat menjual jumlah persediaan
yang lebih banyak, hal tersebut akan menyebabkan biaya lagi.
Komponen kedua adalah penjualan. Penjualan harus sesuai pembelian persediaan,
apabila tidak, persediaan tidak akan efektif. Hal itu mengapa departemen pembelian dan
penjualan harus sama.
Perputaran persediaan adalah ukuran dari seberapa efisien perusahaan dapat mengontrol
barang dagangan , sehingga sangat penting untuk memiliki giliran tinggi . Hal ini menunjukkan
perusahaan tidak mengeluarkan terlalu banyak uang dengan membeli terlalu banyak sumber
persediaan dan limbah dengan menyimpan persediaan non - laku . Hal ini juga menunjukkan
bahwa perusahaan secara efektif dapat menjual persediaan yang dibelinya
Pengukuran ini juga menunjukkan investor seberapa lancer persediaan yang ada dalam
perusahaan tersebut. Persediaan merupakan salah satu aset terbesar sebuah laporan pengecer
pada neraca. Jika persediaan tidak dapat dijual, barang tersebut tidak berharga untuk
perusahaan. Pengukuran ini menunjukkan tingkat kemudahan perusahaan dapat mengubah
persediaan menjadi kas.
Cara menghitung Inventory Turnover :
InventoryTurnover= COGS( Inventory t+ Inventory t−1)/2
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2014:
InventoryTurnover= Rp .2.979 .799 .459.658(Rp .714.411.455 .060+Rp .534.977.217 .239)/2
Inventory Turnover ¿ 47.70011774280838
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2013:
InventoryTurnover= Rp .2 .446 .448 .128.599(Rp .534 .977 .217 .239+Rp .334 .169 .035 .934)/2
Inventory Turnover ¿ 5.269543059451111
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2012:
InventoryTurnover= Rp.1.908 .109.047 .237(Rp .334 .169 .035.934+Rp .368 .496 .687 .848)/2
Inventory Turnover ¿ 5.431057706833542
2014 2013 2012
47.70011774280838 5.269543059451111 5.431057706833542
Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya dari tahun 2012 hingga 2014 memiliki penurunan
dan peningkatan. Pada 2013, inventory turnover PT. Ultra Jaya mengalami penurunan yang
dapat terjadi karena peningkatan inventory. Sedangkan pada tahun 2014 PT. Ultra Jaya
memiliki inventory turnover yang jauh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 47,70%. Hal ini
menunjukkan bahwa perputaran persediaan pada PT. Ultra Jaya mengalami peningkatan yang
signifikan.
Account Receivable Turnover
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan
volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang
secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata
merupakan perputaran piutang.
Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran piutang tersebut. Makin
lunak atau makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan berarti makin lama modal terikat
dalam piutang. Mengenai perputaran piutang.
Pendapat mengenai perputaran piutang menurut Drs. Munawir (2004:75)mengatakan
bahwa: “Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
menghitung tingkat perputaran piutang turn over receivable yaitu, dengan membagi total
penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata”.
Menurut Warren Reeve (2005:407) perputaran piutang adalah “Usaha (account
receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas
dalam setahun”.
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu
ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang
dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir
periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak
dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total
penjualan.
Cara menghitung Account Receivable Turnover :
Account ReceivableTurnover= Sales(Account Receivablet+Account Receivable t−1)/2
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2014:
Account ReceivableTurnover= Rp .3.916 .789 .366 .423(Rp .395 .101.722 .940+Rp .368 .549 .136 .075) /2
Account Receivable Turnover ¿10,62759068740477
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2013:
Account ReceivableTurnover= Rp.3.460 .231.249 .075(Rp .368 .549.136 .075+Rp .297 .400 .522.080)/2
Account Receivable Turnover ¿ 10,39187033645006
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2012:
Account ReceivableTurnover= Rp .2 .809 .851.307 .439(Rp .297 .400 .522.080+Rp .255.494 .585.569)/2
Account Receivable Turnover ¿10,16413879799713
2014 2013 2012
10,62759068740477 10,39187033645006 10,16413879799713
Account Receivable Turnover pada PT. Ultra Jaya dari tahun 2012 hingga 2014 mengalami
peningkatan mulai dari 10,16% hingga pada tahun 2014 memiliki account receivable turnover
10,62%. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap tahunnya PT. Ultra Jaya memiliki account
reveivable yang terus meningkat terhadap penjualannya.
Sumber