Post on 26-Feb-2020
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik yaitu penelitian
untuk melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor
resiko dengan faktor efek. Dari analisis korelasi dapat diketahui seberapa jauh
kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek).
Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan
Cross Sectional karena variabel bebas (faktor resiko) dan variabel terikat (efek)
yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan dan dilakukan pada saat situasi yang sama (Notoatmojo,2012).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian pengolahan di Pabrik Kelapa
Sawit desa Pagar Merbau III, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang.
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai selesai.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja bagian pengolahan
di Pabrik Kelapa Sawit desa Pagar Merbau III, Kecamatan Lubuk Pakam,
Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 32 orang.
Universitas Sumatera Utara
43
3.3.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja bagian pengolahan
di Pabrik Kelapa Sawit desa Pagar Merbau III, Kecamatan Lubuk Pakam,
Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 32 orang dengan teknik pengambilan
total sampling.
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan bila jumlah populasi relative
kecil atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil (Sugiono, 2006).
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data mengenai pengukuran stress kerja dan kelelahan
kerja yang diperoleh langsung dari responden menggunakan kuesioner dengan
data responden (umur, pendidikan, masa kerja, gejala stress kerja dan gejala
kelelahan kerja).
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa data produksi perusahaan, tugas dan tanggungjawab
serta struktur organisasi perusahaan diperoleh dari pihak manajemen yaitu PKS
Pagar Merbau PTPN II .
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel independen dalam penelitian ini adalah stress kerja:
Gejala stress kerja adalah kombinasi dari gejala-gejala termasuk kondisi
ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi dan kondisi pekerja. Pada
penelitian ini, stress kerja diukur dengan menggunakan kuesioner.
Universitas Sumatera Utara
44
3.5.2 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja
Kelelahan kerja adalah kombinasi dari gejala-gejala termasuk menurunnya
penampilan yang melemah dan perasaan subjektif dari rasa capek. Pada penelitian
ini, kelelahan kerja diukur dengan menggunakan kuesioner.
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Stress Kerja
Pengukuran tingkat stress kerja pada pekerja menggunakan kuesioner.
Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat stress pada
pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan (Siregar,
2013).
Jumlah skor diberikan dengan penilaian sebagai berikut:
a. Nilai 1 : tidak pernah merasakan
b. Nilai 2 : kadang-kadang merasakan (jika 1-2 hari terasa dalam satu
minggu)
c. Nilai 3 : sering merasakan (jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu)
d. Nilai 4 : sangat sering merasakan (jika hamper tiap hari terasa)
Nilai untuk stress kerja adalah:
a. ringan, jika responden memperoleh total skor 30-52
b. sedang, jika responden memperoleh total skor 53-75
c. tinggi, jika responden memperoleh total skor 76-98
d. sangat tinggi, jika responden memperoleh total skor 99-120
Universitas Sumatera Utara
45
3.6.2 Kelelahan Kerja
Pengukuran tingkat kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat
kelelahan pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan
(Siregar, 2013).
Jumlah skor diberikan dengan penilaian sebagai berikut:
a. Nilai 1 : tidak pernah merasakan
b. Nilai 2 : kadang-kadang merasakan (jika 1-2 hari terasa dalam satu
minggu)
c. Nilai 3 : sering merasakan (jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu)
d. Nilai 4 : sangat sering merasakan (jika hamper tiap hari terasa)
Nilai untuk kelelahan kerja adalah:
a. ringan, jika responden memperoleh total skor 30-52
b. sedang, jika responden memperoleh total skor 53-75
c. tinggi, jika responden memperoleh total skor 76-98
d. sangat tinggi, jika responden memperoleh total skor 99-120 (Tarwaka,
2015)
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Seluruh data primer yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses
pengolahan data yang mencakup kegiata-kegiatan sebagai berikut:
1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
Universitas Sumatera Utara
46
2. Coding, pemberian code atau scoring pada tiap jawaban untuk
memudahkan entry data.
3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan
dalam program computer untuk selanjutnya akan diolah.
4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk
sebelum data dianalisis.
3.7.2 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat dalam penelitian ini
berupa gambaran karakteristik berupa usia, pendidikan dan masa kerja, gejala
stress kerja dan gejala kelelahan kerja..
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel
independen dengan dependen (Notoadmodjo, 2012). Analisis bivariat dilakukan
dengan menggunakan uji Chi Square. Jika p value < 0,05 maka perhitungan secara
statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian
4.1.1 Sejarah perusahaan
PTP Nusantara II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang sebelumnya perusahaan ini dikuasai oleh Veringe Dely My
(VDM). VDM adalah salah satu maskapai Belanda yang terbatas pada sector
perkebunan.
PKS Pagar Merbau diresmikan secara simbolis oleh Bapak Presiden
Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 4 April 1977 dengan penandatanganan
prasasti di Perkebunan Adolina PTPN IV. Dalam usaha peningkatan kapasitas
pabrik dari 30 ton TBS per jam menjadi 50 ton TBS per jam telah dibangun secara
bertahap instalasi kedua (second line) mulai tahun 1983 dan selesai tahun 1985.
Pada awalnya PKS Pagar Merbau dikelola oleh PTP IX yang kemudian
menjadi PTP Nusantara II (Persero) yang dipimpin oleh seorang administrator.
Namun, pada perkembangan selanjutnya dilakukan pemisahan antara kebun dan
pabrik. Dimana untuk kebun dipimpin oleh seorang administrator, sedangkan
untuk pabrik dipimpin oleh seorang manager pabrik sesuai SKPTS Direksi PTP
Nusantara II No.II/KPTS/R.3/1/1999.
Walaupun terjadi pemisahan antara pabrik dengan kebun, namun keduanya
saling mendukung karena pengadaan persediaan bahan baku untuk diolah setiap
harinya sebagian besar berasal dari kebun PTP Nusantara II.
Universitas Sumatera Utara
48
4.1.2 Uraian proses produksi
Secara garis besar, prosedur pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
menjadi minyak dan inti sawit dibagi atas 6 tahapan,yaitu: penerimaan buah,
perebusan, pembantingan, pengepresan, pengolahan biji dan pemurnian minyak.
1. Penerimaan buah
TBS hasil pemanenan dari tiap afdeling diangkut kepabrik dengan
menggunakan truk. Selanjutnya dilakukan penimbangan buah untuk mengetahui
jumlah TBS yang masuk dengan menggunakan jembatan timbang. Berat bersih
TBS yang masuk didapat dengan menghitung selisih antara berat truk beserta
isinya dengan berat truk dalam keadaan kosong.
Setelah itu, TBS dibawa kebagian penimbunan buah yaitu loading ramp.
Sebelumnya, buah disortasi untuk mengetahui mutu buah yang akan diolah yang
didasrkan pada jumlah buah yang membrondol sampai dim loading ramp yang
dinyatakan sebagai fraksi. Dimana, fraksi merupakan derajat kematangan TBS
yang diterima dipabrik yang ditunjukkan dengan tabel:
Tabel 4.1 Derajat kematangan Tandan Buah Segar
Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan
00 Sangat mentah Tidak ada berondolan yang sehat
0 Mentah 12,5% dari permukaan luar
1 Kurang matang 12.5%-25% dari permukaan luar
2 Matang I 25%-50% dari permukaan luar
3 Matang II 50%-75% dari permukaan luar
4 Lewat matang 75%-100% dari permukaan luar
5 Sangat matang Buah dalam ikut membrondol
Universitas Sumatera Utara
49
Buah yang telah disortasi dimasukkan kedalam loading ramp dengan
tujuan memuahkan masuknya buah kedalam lori atau basket. Lantai loading ramp
dibuat dari plate baja dengan kemiringan 270 dan mempunyai 22 pintu. Pintu dari
setiap ruangan dibuka secara mekanis dengan menggunakan tenaga hidrolik.
Cara kerja pengisian lori adalah:
a. Lori yang digunakan untuk mengangkut dan tempat perebusan buah sawit
ditarik dan diposisikan didepan pintu loading ramp. Satu unit lori
berkapasitas sekitar 2,5 ton TBS.
b. Pintu loading ramp dibuka satu persatu dan TBS masuk kedalam lori.
c. Lori yang sudah penuh ditarik dengan capstand ke stasuin perebusan.
2. Perebusan
TBS yang ada didalam lori ditarik dengan menggunakan capstand ke
transfer carriage dan selanjutnya dimasukkan kedalam sterilizer, yaitu bejana uap
tekan yang digunakan untuk merebus buah. Di PKS Pagar Merbau terdapat 4 unit
sterilizer dan yang masih berfungsi ada 3 unit. Dimana kapasitas tiap sterilizer
adalah 10 lori dengan tekanan 2,6-2,8 kg/cm3 dan temperature sebesar 125-130
0c.
Proses perebusan beerlangsung sekitar 90-100 menit.
Sistem perebusan yang digunakan adalah perebusan dengan system 2
puncak. Jumlah puncak dalam proses perebusan ditunjukkan dari jumlah
perebusan atau penutupan dari steam inlet.
Pada dasarnya tujuan perebusan adalah:
a. Murusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB
b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang
Universitas Sumatera Utara
50
c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan
d. Mengendapkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak
e. Menguraikan kadar air dalam buah
f. Menghidrolisa zat-zat karbohidrat yang berada sebagai koloid di dalam
protoplasma menjadi glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan
osmotis yang membantu memecahkan dinding sel sehingga minyaknya dapat
keluar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perebusan:
a. Tekanan uap dan lamanya perebusan
b. Pembuangan udara dan air kondensat, udara yang ada di dalam rebusan harus
dikeluarkan karena menurunkan tekanan (panas tidak sempurna). Cara
pengeluaran ini disebut dearasi dengan cara membuka penuh kran kondensat
5-10 menit.
3. Pembantingan
Setelah proses perebusan selesai, lori dalam sterilizer dikeluarkan dan
ditarik dengan capstand menuju stasiun pembantingan. Stasiun pembantingan
adalah stasiun pemisahan berondolan dengan tandan kosong. Di PKS Pagar
Merbau terdapat 2 line stasiun pembantingan, yang setiap line terdiri dari:
a. Hoisting crane
Alat ini digunakan untuk mengangkot lori yang berisi buah masak dan
dituangkan isi lori ke dalam hopper dan menurunkan kembali lori ke nail track.
b. Hopper
Universitas Sumatera Utara
51
Alat ini berupa tempat penampungan buah masak yang dituang dari lori
sebelum dijalankan dengan automatic feeder. Pengisian hopper tidak terlalu
penuh agar buah tidak terlalu padat dan penurunan ke automatic feeder tidak
tersendat.
c. Automatic feeder
Setelah di hopper buah akan dijalankan ke automatic feeder yang akan
mengatur pemasukan uah kedalam thresser, dimana kecepatannya diatur sesuai
dengan kapasitas thresser.
d. Penebahan (stripper)
Alat ini digunakan untuk melepaskan dan memisahkan buah dari
tandannya. Alat ini berbentuk drum yang berputar dengan kecepatan ±23-25 rpm.
Dengan bantuan sudu-sudu yang ada didalam drum, buah terangkat dan jatuh
terbanting sehingga buah berondolan lepas dari tandan. Melalui kisi-kisi drum,
buah masuk kedalam fruit conveyor under thresser dan tandan kosong terdorong
keluar dibawa ke empty bunch conveyor.
Pengisian yang baik tidak terlampau penuh agar berondolan terlepas
sempurna dari tandannya sehingga losis pada tandan kosong tidak meningkat.
e. Empty bunch conveyor
Alat ini berfungsi membawa tandan kosong dari hasil bantingan ke dalam
truk ataupun ketempat penumpukan sementara. Alat ini berupa rantai yang
ditambahkan screpper.
f. Fruit conveyor under thresser
Universitas Sumatera Utara
52
Alat ini digunakan untuk mengangkut berondolan-berondolan ke fruit
elevator dan terletak dibawah thresser.
g. Fruit elevator
Alat ini digunakan untuk mengangkut berondolan-berondolan kedalam
distributing conveyor pada stasiun press. Alat ini menggunakan timba-timba yang
terikan pada rantai yang digerakkan oleh electromotor dan digunakan untuk
mengangkut buah masak atau berondolan masak.
4. Pengepresan
Stasiun press adalah stasiun awal dalam pengambilan minyak dari buah
dengan cara melumat dan mengempa buah. Stasiun press ini terdiri dari 2 line
yang masing-masing line terdiri dari 5 alat yaitu:
a. Distributing conveyor
Alat ini digunakan untuk mendistribusikan buah atau berondolan yang
diterima dari timba-timba buah fruit elevator ke masing-masing digester.
b. Ketel adukan (digester)
Alat ini digunakan untuk melumatkan berondolan sehingga daging buah
teerpisah dari biji. Merupakan bejana silinder berdiri vertical yang di dalamnya
terdapat pisau-pisau pengadul (stirring arms) sebanyak 6 tingkat yang terikat pada
poros dan digerakkan oleh motor listrrik. Pisau bagian bawah disamping sebagai
pengaduk juga dapat berfungsi sebagai pendorong cake keluar menuju talang dan
pess cake. Dalam digester diperlukan temperatur 90-1100 untuk mempermudah
proses pelumatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam digester adalah:
Universitas Sumatera Utara
53
1. Pada saat beroperasi pengisian digester harus penuh atau ¾
2. Frekuensi pengadukan yang tidak terlalu tinggi sehingga minyak tidak
banyak tergenang
3. Pipa minyak keluar dari bottom bearing harus tetap bersih agar minyak tetap
lancer mengalir keoil gutter
4. Kebocoran minyak dihindari
5. Perawatan terhadap keran-keran dan pisau-pisau digaster
c. Pengempa atau Press
Pengempaan bertujuan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari
daging buah (pericarp) yang berasal dari digaster. Alat ini terdiri dari sebuah
silinder (press cylinder) yang berlubang didalamnya dipasang dua buah ulir atau
screw yang berputar berlawanan arah.
Tekanan pengepresan diatur oleh dua buah konus yang berada pada bagian
ujung press, yang dapat bergerak maju mundur secara hidrolik. Adanya massa
yang keluar dari digaster melalui talang masuk kedalam press silinder dan
mengisi worm. Volume setiap space worm berbeda, semakin mengarah ke ujung
as screw dengan volume semakin kecil sehingga cake tertekan dan minyak
terperas. Minyak kasar akan terpisah dan keluar melalui lubang-lubang press
silinder yang selanjutnya ditampung pada talang minyak (oil gutter) yang akan
dilanjutkan ke vibro separator dan masuk ke crude oil tank, sedangkan cake
keluar dari bagian muka atau sela-sela cone yang ditampung di cake breaker
conveyor.
d. Cake breaker conveyor
Universitas Sumatera Utara
54
Alat ini berupa talang yang berisi pedal-pedal diikat pada poros yang
berfungsi untuk mengaduk-aduk ampas dari pressan dengan cara berputar sambil
mendorong ampas ke ujung talang untuk memisahkan biji dan serabut di pemisah
biji (depericarper). Di dalam talang dilakukan pemanasan dengan menggunakan
uap (steam) sehingga gumpalan ampas akan menjadi kering dan mudah teruirai.
Disamping untuk pengeringan, pemanasan juga berfungsi untuk memudahkan
pemisahan inti dengan cangkang. Biji akan diabwa ke stasiun pengolahan biji
(kernel plant) sedangkan serabut dipergunakan untuk bahan bakar boiler.
e. Pemisah ampas dan biji (depericarper)
Alat ini digunakan untuk memisahkan ampas dan biji dan membersihkan
biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat. Alat ini terdiri dari kolom pemisah
(separating colomn) dan polishing drum. Ampas dan biji dari cake breaker
conveyor masuk kedalam kolom pemisah. System pemisahan terjadi karena
hampa udara didalam kolom pemisah yang disebabkan oleh isapan blower.
Ampas kering terhisap kedalam siklon ampas dan melalui air lock mesuk
kedalam konveyor bahan bakar, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar
jatuh kebawah dan dihantar oleh konveyor ke dalam polishing drum. Drum
pemolis ini berputar dengan kecepatan 32 rpm. Pada polishing drum biji akan
saling bergesekan satu dengan yang lainnya atau bergesekan dengan blade-blade
polishing drum, sehingga selama biji melewati polishing drum ,serabut-serabut
halus yang masih menempel pada biji akan terlepas.
5. Pengolahan biji (kernel plant)
Universitas Sumatera Utara
55
Untuk memperoleh inti sawit,pada bagian pengolahan ini biji diolah untuk
diperam,dipecahkan dan dipisahkan antara inti dan cangkang. Inti yang diperoleh
selanjutnya dikeringkan dalam kernel silo untuk dikirim dan cangkang digunakan
sebagai bahan bakar pada boiler. Adapun rangkaian peralatan yang terdapat
dalam stasiun ini adalah:
a. Nut Elevator
Nut elevator digunakan untuk mengangkut biji yang berasal dari pemisah
biji dan ampas ke silo biji dan dari silo biji ke pemisah biji. Alat ini terdiri dari
timba-timba yang dikaitkan pada rantai, dan digerakkan oleh electromotor dan
berputar tegak.
b. Nut Silo
Alat ini berfungsi untuk memeram biji dengan tujuan mengurangi kadar
air yang dikandung sehingga akan mudah terlepas dari cangkangnya. Dengan
demikian akan mempermudah proses pemecahan biji dan diperoleh inti yang utuh
dalam jumlah yang maksimal. Pada silo ini, kadar air akan berkurang dengan
udara yang ditiupkan yang dialirkan melalui elemen panas. Suhu bagian atas
sebesar 60°C, tengah sebesar 50°C dan bagian bawah sebesar 40°C. Pemanasan
dan pemeraman dilakukan selama 8-9 jam sampai kadar air ±9%.
c. Nut Grading Drum
Alat ini digunakan untuk menyeleksi/memisahkan biji menurut besarnya
diameter biji agar biji-biji yang masuk ke Ripple Mill atau Cracker diusahakan
merata. Alat ini berupa drum yang berlubang-lubang menurut besar yang telah
disesuaikan dan berputar selanjutnya biji-biji masuk kedalam Ripple Mill atau
Universitas Sumatera Utara
56
Cracker. Sampah-sampah halus jatuh pada bagian pangkal drum dan masuk ke
penampungan untuk dibuang, sedangkan sampah-sampah kasar keluar dari bagian
ujung drum.
d. Ripple Mill
Alat ini berfungsi untuk memecahkan biji sehingga inti terlepas dari
cangkang. Ripple Mill terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Rotating Rotor
Terdiri dari 30 batang rotor (ripple bar) yang terbuat dari high carbon
steel. Dimana, 15 batang dipasang dibagian dalam dan 15 pasang lagi dibagian
luarnya.
2. Stationary Plate (Ripple Pad)
Merupakan plate bergerigi tajam dan terbuat dari high carbon steel. Alat
ini dapat memecahkan biji melalui pemeraman dalam Nut Silo dengan proses
perebusan yang dilaksanakan dengan baik.
e. Ligh Tenera Dust Separating (LTDS)
Campuran dari pecahan yang terdiri dari inti,serat dan cangkang
diantarkan melalui timba masuk kedalam LTDS. Pada alat ini, inti dan cangkang
dipisahkan. Prinsip pemisahannya adalah berdasarkan berat jenis dan gaya
gravitasi melalui kolom pemisag vertikal. Dimana abu, cangkang halis dan seram
halus yang lebih ringan akan terhisap dan masuk kedalam silicon penampung abu
(dust cyclone), kemudian mengantarkannya keboiler. Inti bulat yang lebih berat
akan jatuh menuju silo inti, sedangkan campuran pecahan berupa inti pecah dan
cangkang akan diproses lanjut dengan clay bath.
Universitas Sumatera Utara
57
f. Clay Bath
Dalam clay bath terdapat pompa, dimana material yang telah bercampur
dengan air dan kaolin dipompa ke cyclone. Karena perbedaan berat jenis, inti akan
keluar dari atas permukaan cyclone dan cangkang keluar dari bagian bawah yang
kemudian masing-masing fraksi akan mengalami pengolahan lebih lanjut yaitu
cangkang diantarkan ke boiler dan inti akan masuk kesilo inti untuk dikeringkan.
g. Silo Inti
Silo inti berfungsi sebagai tempat untuk mengeringkan inti yang masih
mengandung air sebesar 15-25%. Bentuk maupun cara kerja silo inti sama seperti
pda silo biji, hanya pada silo inti yang dikeringkan adalah intinya. Pengeringan
juga dilakukan dengan menggunakan blower pemanas. Kadar inti yang
disyaratkan adalah 6-7%. Prroses pengeringan dalam silo ini ±7 jam dengan
pemberian panas yang continue. Pemanasan dilakukan dengan menghembuskan
udara panas ke silo. Udara yang masuk kebagian atas, tengah dan bawah silo
dengan temperature masing-masing adalah 60°C-70°C pada bagian atas, 50v-
60°C pada bagian tengah, dan 40°C-50°C pada bagian bawah. Setelah dirasakan
cukup kering dan kadar air yang telah memenuhi syarat, inti dalam silo diturunkan
untuk dikirim ke kernel bin (bucling).
6. Pemurnian minyak (clarification)
Klarifikasi adalah pemurnian minyak yang merupakan stasiun terakhir
dalam pengolahan minyak. Minyak kasar (CPO) dari stasiun pressan dikirim ke
stasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak hasil produksi
Universitas Sumatera Utara
58
yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan. Adapun peralatan
yang terdapat pada stasiun ini adalah:
a. Talang minyak (oil gutter)
Minyak hasil pengempaan srew press dialirkan ketalang minyak. Talang
minyak ini dibawah srew press dan dialirkan oleh air panas ke vibro. Air untuk
mengalirkan minyak kasar ini harus benar-benar panas dan cukup agar pemisahan
minyak cepat terjadi.
b. Ayakan getar (vibro separator)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan/menyaring kotoran-kotoran berupa
srat-serat atau kotoran lainnya dari minyak kasar. Vibro separator ini
menggunakan 2 buah saringan kawat dengan ukuran saringan atas 20 mesh dan
saringan bawah 40 mesh. Bendaa-benda padat berupa ampas yang disaring pada
saringan ini dikembalikan ke timba buah untuk diproses kembali. Sedangkan
cairan minyak dari vibro separator ditampung dalam tangki minyak kasar (crude
oil tank). Untuk memudahkan penyaringan, saringan getar tersebut disiram
dengan air panas.
c. Pompa minyak kasar (crude oil pump)
Minyak kasar yang telah tersaring akan ditampung di crude oil pump. Di
dalam tangki ini akan dilakukan penambahan panas agar minyak cepat terpisah
dalam mengendapkan kotoran-kotoran. Panas yang tersedia dilakukan dengan
injeksi uap. Temperature pada tangki ini diharapkan ±900c. Minyak dalam tangki
ini dipompakan ke dalam tangki pisah (continuous tank) dengan pompa minyak
kasar (crude oil pump).
Universitas Sumatera Utara
59
d. Tangki pemisah (continuous tank)
Merupakan tangki yang berfungsi untuk mengendapkan sludge yang
terkandung kedalam crude oil. Untuk mempermudah proses pemisahan, maka
temperature dipertahankan 900c-95
0c.
Tangki pemisah ini terdiri dari 3 ruang yaitu:
ruang pertama: untuk penampungan minyak dari pompa minyak kasar dan
penambahan panas
ruang kedua: merupakan ruang pemisahan. Minyak yang mempunyai berat
jenis kecil mengapung dan dialirkan kedalam oil tank, sedangkan sludge yang
mempunyai berat jenis lebih besar daripada minyak masuk kedalam ruang ke tiga
melalui lubang bawah sekat.
ruang ketiga: ruang penampungan sludge sebelum dialirkankedalam
sludge tank..
e. Tangki masakan minyak (oil tank)
Minyak yang berasal dari tangki pemisah pada lapisan atas dialirkan ke oil
tank sedangkan sludge yang masih mengandung 7-9% yang berada pada lapisan
bawah dialirkan ke sludge tank. Minyak ditampung pada tangki ini untuk dipanasi
lagi sebelum dioleh lebih lanjut. Pada tangki ini diusahakan agar tetap penuh
untuk menjaga pemanasan tetap 950c-100
0c. Tangki ini berbentuk silinder, dengan
dasar berbentuk kerucut.
f. Sentrifusi minyak (oil purifer)
Merupakan alat yang berfungsi untuk memurnikan minyak yang berasal
dari tangki masakan minyak yang masih mengandung air ±0.5-0.17% dan kotoran
Universitas Sumatera Utara
60
0.1-0.3%. kadar air dalam minyak setelah diproses oil perifer ini diusahakan 0.3-
0.4% dan kadar kotoran 0.01-0.15% dengan temperature 900c-95
0c.
g. Transfer tangki
Tangki ini merupakan alat yang digunakan untuk menampung minyak dari
oil perifer dan mmengatur jumlah minyak yang masuk kedalam tangki pompa
udara (vacuum drier) agar merata dan tetap.
h. Pengeringan minyal (vacuum drier)
Merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dengan
cara penguapan hampa udara. Hasil yang diharapkan dari proses disini adalah
minyak yang berkadar air 0.1-0.15% dengan kadar kotoran 0.013-0.015%. Alat ini
merupakan tabung hampa udara yang mempunyai 3 tingkat steam injector.
Tekanan vacuum drier ini langsung dikirim ke tangki timbun (storage tank)
sebagai minyak produksi yang siap untuk dipasarkan (CPO)
i. Tangki timbun (storage tank)
Tangki ini merupakan alat panampungan minyak produksi (CPO) sebelum
dipasarkan. Minyak dalam tangki ini harus selalu dipanaskan dengan cara
dipasang pipa pemanas dengan uap dan temperature didalam storage tank diatur
±50oc-55
0c agar minyak yang terdapat didalamnya tidak membeku dan untuk
menghindarkan kenaikan asam lemak bebas dan kadar air dalam minyak ditangki.
j. Tangki lumpur (sludge tank)
Merupakan tangki yang digunakan untuk menampung sludge dari hasil
pemisahan ditangki pemisah. Suludge yang berada pada tangki lumpur ini masih
mengandung minyak 7-9%. Dalam tangki ini dipasang pipa steam infection untuk
Universitas Sumatera Utara
61
memanaskan dan mengencerkan sludge. Dengan temperature sludge tank ini
diusasahan sekitar 900c-100
0c.
k. Saringan berputar (brush strainer)
Dari sludge tank selanjutnya lumpur dialirkan ke brush strainer. Brush
strainer ini berfungsi sebagai alat pemisah serabut-serabut, pasir dan kotoran-
kotoran yang terdapat dalam sludge sebelum diolah di sludge separator. Alat ini
terdiri dari tabung silinder yang berlubang-lubang halus dan dipasang sikat-sikat
kawat baja sebanyak 5 pasang dan diikatkan pada poros yang berputar.
l. Sand cyclone
Sludge dari brush strainer diperkirakan masih mengandung pasir sehingga
harus dipompakan lagi ke sandd cyclone dimana pasir halus akan terpisah dengan
adanya gaya sentrifugal dan di blow down stiap 20 menit sekali. Untuk
mengambil minyak yang masih terkandung di sludge, selanjutkan sludge diproses
pada sludge separator.
m. Sludge separator
Merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air, sludge,
dan kotoran. Sludge yang masuk kea lat ini memiliki kadar air ±80-85%, minyak
5-10% dan 8-12% berupa bahan bukan minyak. Air dan kotoran dibuang keluar
dari alat ini sedangkan minyak akan dipompakan kembali ke continuous tank.
Dalam proses ini kadar minyak yang diperoleh pada sludge separator diharapkan
0.3-0.5%.
Universitas Sumatera Utara
62
n. Fat pit
Fat pit merupakan bak penampung sludge yang berasal dari buangan
minyak yang keluar dari bocoran-bocoran alat pada stasiun klarifikasi yang
dialirkan di parit dan dipompakan ke bak ini dan dikumpulkan, yang kemudian
sludge dan minyak ini akan dikutip kembali dengan dipompakan sehingga masuk
ke dalam crude oil tank dan selanjutnya siproses kembali ke stasiun klarifikasi.
Universitas Sumatera Utara
63
4.1.3 Struktur organisasi PKS Pagar Merbau
Manager Ops. PKS
Kepala Dinas
Teknik/Pengolahan Kepala Dinas
Tata Usaha
Ass.
Pengolahan Ass.
Maintenance
Ass.
Laboratorium
Kary.
Pengolahan
BKL
Umum
BKL
Listrik
BKL
Traksi Serba-
Serbi
Adm Labor UPL
Universitas Sumatera Utara
64
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis
Kelamin, Pendidikan dan Lama Bekerja
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia (Tahun)
38-46
47-55
Jenis Kelamin
Pria
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Lama Bekerja (Tahun)
15-22
23-30
10
22
32
1
9
22
21
11
31,2
68,8
100,0
3,1
28,1
68,8
65,6
34,4
Dari tabel 4.2 diatas, dapat dilihat distribusi frekuensi karakteristik
responden. Berdasarkan jenis kelamin semua responden berjenis kelamin pria.
Berdasarkan kelompok umur mayoritas responden berada pada kelompok umur
47-55 yaitu sebanyak 22 orang (68,8%). Berdasarkan pendidikan mayoritas
responden memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 22 orang (68,8%).
Berdasarkan lama bekerja mayoritas responden bekerja selama 15-22 tahun yaitu
sebanyak 21 orang (65,6%).
Universitas Sumatera Utara
65
4.2.2 Stress Kerja
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Stress Kerja
Pernyataan Sangat
Sering
Sering Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
N % n % n % n %
1. Sakit kepala
2. Tidur tidak teratur
(insomnia)
3. Mulut dan
kerongkongan anda
terasa kering
4. Telapak tangan dan
kaki terasa dingin
5. Badan anda terasa
panas
6. Otot-otot tegang
terutama pada leher
dan bahu
7. Pencernaan terganggu
8. Sembelit
9. Letih yang tidak
beralasan
10. Tekanan darah tinggi
11. Keringat berlebihan
12. Salah urat
13. Gelisah
14. Daya ingat menurun
15. Kesalahan yang
sembrono
16. Gagal menyelesaikan
pekerjaan
17. Sering salah paham
18. Kehilangan semangat
19. Sulit konsentrasi
20. Sulit membuat
keputusan
21. Hilangnya kreatifitas
22. Hilangnya gairah
dalam berpenampilan
23. Hilangnya gairah dan
minat terhadap orang
lain
24. Cemas yang
berlebihan
25. Merana jiwa dan hati
6
7
6
1
8
2
4
6
2
5
4
3
3
3
1
3
6
4
5
6
8
2
2
4
18,8
21,9
18,8
3,1
25,0
6,2
12,5
18,8
6,2
15,6
12,5
9,4
9,4
9,4
3,1
9,4
18,8
12,5
15,6
18,8
25,0
6,2
6,2
12,5
13
18
18
16
19
16
16
15
13
21
18
16
16
14
8
13
12
15
12
15
12
14
14
13
12
40,6
56,2
56,2
50,0
59,4
50,0
50,0
46,9
40,6
65,6
56,2
50,0
50,0
43,8
25,0
40,6
37,5
46,9
37,5
46,9
37,5
43,8
43,8
40,6
37,5
13
7
7
8
11
7
10
6
12
6
7
8
11
10
14
9
12
9
15
8
13
8
13
15
11
40,6
21,9
21,9
25,0
34,4
21,9
31,2
18,8
37,5
18,8
21,9
25,0
34,4
31,2
43,8
28,1
37,5
28,1
46,9
25,0
40,6
25,0
40,6
46,9
34,4
1
7
2
1
4
7
1
3
2
4
2
5
7
9
5
2
1
4
1
2
3
2
5
3,1
21,9
6,2
3,1
12,5
21,9
3,1
9,4
6,2
12,5
6,2
15,6
21,9
28,1
15,6
6,2
3,1
12,5
3,1
6,2
9,4
6,2
15,6
Universitas Sumatera Utara
66
atau mood cepat
berubah-ubah
26. Kurang percaya diri
27. Gugup
28. Mudah tersinggung
29. Mudah marah (emosi
meledak-ledak)
30. Bersikap tertutup
(tidak terbuka
terhadap orang lain)
3
4
5
5
9,4
12,5
15,6
15,6
15
14
18
16
12
46,9
43,8
56,2
50,0
37,5
12
4
8
7
14
37,5
12,5
25,0
21,9
43,8
2
10
1
4
6
6,2
31,2
3,1
12,5
18,8
Dari tabel 4,3 diatas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban dari tiap
responden tentang stress kerja. Pada pernyataan 1, mayoritas responden menjawab
sering merasakan sakit kepala yaitu sebanyak 13 orang (40,6%). Pada pernyataan
2, mayoritas responden menjawab sering mengalami insomnia yaitu sebanyak 18
orang (56,2%). Pada pernyataan 3, mayoritas responden menjawab sering
merasakan mulut dan tenggorokan kering yaitu sebanyak 18 orang (56,2%). Pada
pernyataan 4, mayoritas responden menjawab sering merasakan telapak tangan
dan kaki terasa dingin yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 5,
mayoritas responden menjawab sering merasakan badan yang terasa panas yaitu
sebanyak 19 orang (59,4%). Pada pernyataan 6, mayoritas responden menjawab
sering merasakan otot-otot tegang terutama pada bagian leher dan bahu yaitu
sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 7, mayoritas responden menjawab
sering mengalami pencernaan terganggu yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada
pernyataan 8, mayoritas responden menjawab sering mengalami sembelit yaitu
sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 9, mayoritas responden menjawab
sering merasakan letih yang tidak beralasan yaitu sebanyak 13 orang (40,6%).
Pada penyataan 10, mayoritas responden menjawab sering mengalami tekanan
Universitas Sumatera Utara
67
darah tinggi yaitu sebanyak 21 orang (65,6%). Pada pernyataan 11, mayoritas
responden sering mengalami keringat yang berlebihan yaitu sebanyak 18 orang
(56,2%). Pada pernyataan 12, mayoritas responden menjawab sering merasakan
salah urat yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 13, mayoritas
responden menjawab sering merasa gelisah yaitu sebanyak 16 orang (50,0%).
Pada pernyataan 14, mayoritas responden menjawab sering mengalami daya ingat
menurun yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan 15, mayoritas
responden menjawab kadang-kadang mengalami kesalahan yang sembrono yaitu
sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan 16, mayoritas responden menjawab
sering gagal menyelesaikan pekerjaan yaitu sebanyak 13 orang (40,6%). Pada
pernyataan 17, mayoritas responden menjawab sering mengalami salah paham
yaitu sebanyak 12 orang (37,5%). Pada pernyataan 18, mayoritas responden
menjawab sering kehilangan semangat yaitu sebanyak 15 orang (46,9). Pada
pernyataan 19, mayoritas responden menjawab kadang-kadang sulit
berkonsentrasi yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 20, mayoritas
responden menjawab sering merasakan sulit untuk membuat keputusan yaitu
sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 21, mayoritas responden menjawab
kadang-kadang mengalami hilangnya kreatifitas yaitu sebanyak 13 orang (40,6).
Pada pernyataan 22, mayoritas responden menjawab sering merasa kehilangan
gairah dalam berpenampilan yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan
23, mayoritas responden menjawab sering merasa kehilangan gairah dan minat
terhadap orang lain yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan 24,
mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasakan cemas yang berlebihan
Universitas Sumatera Utara
68
yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 25, mayoritas responden
menjawab sering mengalami mood yang cepat berubah-ubah yaitu sebanyak 12
orang (37,5%). Pada pernyataan 26, mayoritas responden menjawab sering
mengalami kurang kepercayaan diri yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada
pernyataan 27, mayoritas responden menjawab sering merasa gugup yaitu
sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan 28, mayoritas responden menjawab
sering merasa mudah tersinggung yaitu sebanyak 18 orang (56,2%). Pada
pernyataan 29, mayoritas responden menjawab sering merasakan emosi yang
mudah meledak-ledak yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 30,
mayoritas responden menjawab kadang-kadang bersikap tertutup terhadap orang
lain yaitu sebanyak 14 orang (43,8%).
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Stress Kerja
Stress Kerja Frekuensi(n) Persentase (%)
Ringan
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1
8
22
1
3,1
25,0
68,8
3,1
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat tingkat stress kerja yang dirasakan
responden. Mayoritas responden merasakan gejala stress kerja yang tinggi yaitu
sebanyak 22 orang (68,8%).
Universitas Sumatera Utara
69
4.2.3 Kelelahan Kerja
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kelelahan Kerja
Pernyataan Sangat
Sering
Sering Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
N % n % n % N %
1. Kepala anda terasa berat
2. Merasa lelah diseluruh
badan
3. Kaki anda terasa berat
4. Frekuensi menguap
5. Pikiran anda kacau
6. Anda mengantuk
7. Mata terasa berat (ingin
dipejamkan)
8. Kaku dan canggung untuk
bergerak
9. Tidak seimbang dalam
berdiri
10. Merasa ingin berbaring
11. Merasa susah untuk
berfikir
12. Lelah berbicara
13. Merasa gugup
14. Sulit untuk
berkonsentrasi
15. Sulit untuk
memusatkan perhatikan
16. Cenderung untuk lupa
17. Kurang kepercayaan
18. Cemas terhadap
sesuatu
19. Tidak dapat
mengontrol sikap
20. Tidak dapat tekun
dalam bekerja
21. Sakit kepala
22. Bahu terasa kaku
23. Merasa nyeri di
bagian punggung
24. Sesak nafas/sulit
untuk bernafas
25. Merasa haus
26. Suara anda serak
27. Merasa pening/pusing
28. Kelopak mata terasa
3
9
8
4
1
8
10
4
2
3
3
8
5
5
4
2
3
4
4
6
10
5
2
9
4
2
4
9,4
28,1
25,0
12,5
3,1
25,0
31,2
12,5
6,2
9,4
9,4
25,0
15,6
15,6
12,5
6,2
9,4
12,5
12,5
18,8
31,2
15,6
6,2
28,1
12,5
6,2
12,5
14
13
14
16
18
14
14
13
13
12
12
10
14
10
15
15
16
16
14
11
13
14
19
8
12
10
11
16
43,8
40,6
43,8
50,0
56,2
43,8
43,8
40,6
40,6
37,5
37,5
31,2
43,8
31,2
46,9
46,9
50,0
50,0
43,8
34,4
40,6
43,8
59,4
25,0
37,5
31,2
34,4
50,0
12
10
9
11
12
10
8
11
10
15
11
12
4
16
12
9
11
9
10
17
13
7
7
15
8
11
18
11
37,5
31,2
28,1
34,4
37,5
31,2
25,0
34,4
31,2
46,9
34,4
37,5
12,5
50,0
37,5
28,1
34,4
28,1
31,2
53,1
40,6
21,9
21,9
46,9
25,0
34,4
56,2
34,4
3
1
1
1
4
7
2
6
2
9
1
1
6
2
3
4
4
1
1
7
3
7
1
1
9,4
3,1
3,1
3,1
12,5
21,9
6,2
18,8
6,2
28,1
3,1
3,1
18,8
6,2
9,4
12,5
12,5
3,1
3,1
21,9
9,4
21,9
3,1
3,1
Universitas Sumatera Utara
70
berat
29. Gemetaran pada
bagian tubuh tertentu
30. Merasa kurang sehat
2
1
6,2
3,1
11
14
34,4
43,8
15
13
46,9
40,6
4
4
12,5
12,5
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban dari tiap
responden. Pada peryataan 1, mayoritas reponden menjawab sering merasakan
kepala yang terasa berat yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan 2,
mayoritas responden menjawab sering merasa lelah diseluruh badan yaitu
sebanyak 13 orang (40,6%). Pada pernyataan 3, mayoritas responden menjawab
sering merasakan kaki yang terasa berat yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada
pernyataan 4, mayoritas responden menjawab sering menguap yaitu sebanyak 16
orang (50,0%). Pada pernyataan 5, mayoritas responden menjawab sering
mengalami pikiran yang kacau yaitu sebanyak 18 orang (56,2%). Pada pernyataan
6, mayoritas responden menjawab sering mengantuk yaitu sebanyak 14 orang
(43,8%). Pada pernyataan 7, mayoritas responden menjawab sering merasakan
mata yang terasa berat yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan 8,
mayoritas responden menjawab sering merasa kaku dan canggung untuk bergerak
yaitu sebanyak 13 orang (40,6%). Pada pernyatan 9, mayoritas responden
menjawab sering merasakan tidak seimbang dalam berdiri yaitu sebanyak 13
orang (40,6%). Pada pernyataan 10, mayoritas responden menjawab kadang-
kadang merasa ingin berbaring yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan
11, mayoritas responden menjawab sering merasa susah untuk berpikir yaitu
sebanyak 12 orang (37,5%). Pada pernyataan 12, mayoritas responden menjawab
kadang-kadang merasakan lelah berbicara yaitu sebanyak 12 orang (37,5%). Pada
Universitas Sumatera Utara
71
pernyataan 13, mayoritas responden menjawab sering merasa gugup sebanyak 14
orang (43,8%). Pada pernyataan 14, mayoritas responden menjawab kadang-
kadang merasa sulit untuk berkonsentrasi yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada
pernyataan 15, mayoritas responden menjawab sering merasa sulit untuk
memusatkan perhatian yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 16,
mayoritas responden menjawab sering cenderung untuk lupa yaitu sebanyak 15
orang (46,9%). Pada pernyataan 17, mayoritas responden menjawab sering merasa
kurang percaya diri yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 18,
mayoritas responden menjawab sering merasa cemas terhadap sesuatu yaitu
sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 19, mayoritas responden menjawab
sering tidak dapat mengontrol sikap yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada
pernyataan 20, mayoritas responden menjawab kadang-kadang tidak dapat tekun
dalam bekerja yaitu sebanyak 17 orang (53,2%). Pada pernyataan 21, mayoritas
responden menjawab sering merasa sakit kepala yaitu sebanyak 13 orang (40,6%).
Pada pernyataan 22, mayoritas responden menjawab sering merasa kaku pada
bahu yaitu sebanyak 14 orang (43,8). Pada pernyataan 23, mayoritas responden
menjawab sering merasa nyeri dibagian punggung yaitu sebanyak 19 orang
(59,4%). Pada pernyataan 24, mayoritas responden menjawab kadang-kadang
merasa seak nafas/sulit untuk bernapas yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada
pernyataan 25, mayoritas responden menjawab sering merasa haus yaitu sebanyak
12 orang (37,5%). Pada pernyataan 26, mayoritas responden menjawab kadang-
kadang mengalami suara serak yaitu sebanyak 11 orang (34,4%). Pada pernyataan
27, mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasa pening/pusing yaitu
Universitas Sumatera Utara
72
sebanyak 18 orang (56,2%). Pada pernyataan 28, mayoritas responden menjawab
sering merasakan kelopak mata yang terasa berat yaitu sebanyak 16 orang
(50,0%). Pada pernyataan 29, mayoritas responden menjawab kadang-kadang
merasa gemetaran pada bagian tubuh tertentu yaitu sebanyak 15 orang (46,9%).
Pada pernyataan 30, mayoritas responden menjawab sering merasa kurang sehat
yaitu sebanyak 14 orang (43,8%).
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja
Kelelahan Kerja Frekuensi(n) Persentase (%)
Ringan
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1
10
20
1
3,1
31,2
62,5
3,1
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat tingkat kelelahan kerja yang dirasakan
responden. Mayoritas responden merasakan gejala kelelahan kerja tinggi yaitu
sebanyak 20 orang (62,5%).
4.3 Analisis bivariat
4.3.1 Uji chi square
Tabel 4.7 uji chi square
Kelelahan Total p
Ringan Sedang Tinggi Sangat
tinggi
Stress kerja
Ringan
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi
0(0%)
1(12,5%)
0((0%)
0(0%)
1(100,0%)
6(75,0%)
3(13,6%)
0(0%)
0(0%)
1(12,5%)
19(86,4%)
0(0%)
0(0%)
0(0%)
0(0%)
1(3,1%)
1
8
22
1
0.001
Total 1 10 20 1 32
Universitas Sumatera Utara
73
Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat hasil dari uji chi square. Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan kelelahan tingkat ringan,
tinggi dan sangat tinggi dengan gejala stress ringan dan responden yang
merasakan gejala stress ringan yang merasakan kelelahan sedang yaitu sebanyak 1
orang (100%).
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang merasakan gejala
stress tingkat sedang dengan tingkat kelelahan yang ringan yaitu sebanyak 1 orang
(12,5%), gejala stress tingkat sedang dengan kelelahan sedang yaitu sebanyak 6
orang (75,0%), gejala stress tingkat sedang dengan tingkat kelelahan tinggi yaitu
sebanyak 1 orang (12,5%) dan tidak ada yang merasakan kelelahan sangat tinggi
dengan gejala stress tingkat sedang.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan
kelelahan ringan dengan gejala stress tinggi, gejala stress tinggi dengan tingkat
kelelahan sedang yaitu sebanyak 3 orang (13,6%), gejala stress tinggi dengan
tingkat kelelahan tinggi yaitu sebanyak 19 orang (86,4%) dan tidak ada yang
merasakan kelelahan yang sangat tinggi dengan gejala stress yang tinggi.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan
kelelahan tingkat ringan, sedang, dan tinggi dengan gejala stress kerja sangat
tinggi dan gejala stress sangat tinggi dengan tingkat kelelahan sangat tinggi yaitu
sebanyak 1 orang (3,1%).
Dari tabel 4.6 diatas menunjukkan hasil uji chi square yang digunakan
untuk melihat apakah ada hubungan antara stress kerja (ringan, sedang, tinggi,
sangat tinggi) dengan kelelahan kerja (ringan, sedang, tinggi, sangat tinggi). Hasil
Universitas Sumatera Utara
74
uji menunjukkan stress kerja berhubungan secara signifikan dengan kelelahan
kerja dengan nilai p<0,05 (p=0,001).
Universitas Sumatera Utara
75
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Stress Kerja
Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan
tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan
eksternal (lingkungan). Stress kerja timbul karena tuntutan lingkungan. Stress
kerja yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan
berkembang berbagai macam gejala stress kerja yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka (Anoraga, 2009).
Pengukuran stress kerja pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner
menurut Herdjana berdasarkan gejala-gejala stress kerja yaitu menggunakan 30
item pertanyaan. Gejala-gejala stress kerja terbagi atas tiga aspek yaitu gejala fisik
(pertanyaan 1-12), gejala perilaku (pertanyaan 13-23) dan gejala emosional
(pernyataan 24-30). Jawaban untuk kuesioner tersebut terbagi menjadi 4 kategori
yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, sering (S) dengan diberi nilai 3,
kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan tidak pernah (TP) dengan diberi
nilai 1. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar nilai total yang didapat maka
semakin tinggi tingkat stress kerja yang dialami pekerja.
Hasil penelitian stress kerja pada pekerja bagian pengolahan di Pabrik
Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II menunjukkan bahwa dari 32 pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
76
diteliti seluruhnya masuk kedalam kategori stress kerja meliputi kategori stress
kerja ringan sebanyak 1 orang (3,1%), kategori stress kerja sedang sebanyak 8
orang (25,0%), kategori stress kerja tinggi sebanyak 22 orang (68,8%) dan
kategori stress kerja sangat tinggi sebanyak 1 orang (3,1%).
Kategori stress kerja ringan merupakan tingkat stress dengan skor nilai
berdasarkan skala gejala stress kerja sebesar 30-52. Kategori stress kerja sedang
merupakan tingkat stress dengan skor nilai berdasarkan skala gejala stress kerja
sebesar 53-75. Kategori stress kerja tinggi merupakan tingkat stress dengan skor
nilai berdasarkan gejala stress kerja sebesar 76-98. Stress kerja sangat tinggi
merupakan tingkat stress dengan skor nilai berdasarkan skala gejala stress kerja
sebesar 99-120.
Dari hasil pengukuran gejala stress kerja yang sering dirasakan oleh
pekerja adalah sakit kepala, insomnia, mulut dan tenggorokan kering, telapak
tangan dan kaki terasa dingin, badan yang terasa panas, otot-otot tegang terutama
pada bagian leher dan bahu, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak
beralasan, tekanan darah tinggi, keringat yang berlebihan, salah urat, gelisah, daya
ingat menurun, gagal menyelesaikan pekerjaan, salah paham, kehilangan
semangat, sulit membuat keputusan, kehilangan gairah dalam berpenampilan,
kehilangan gairah dan minat terhadap orang lain, mood yang cepat berubah-ubah,
kurang kepercayaan diri, gugup, mudah tersinggung, dan merasakan emosi yang
mledak-ledak. Berdasarkan jawaban responden tersebut ditemukan bahwa gejala
fisikal merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh pekerja bagian
pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau.
Universitas Sumatera Utara
77
5.2 Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda pada setiap
individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015).
Pengukuran kelelahan pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner
menurut skala Industrial Fatigue Research Committe yaitu menggunakan 30 item
pertanyaan. Gejala-gejala kelelahan kerja terbagi atas tiga aspek yaitu pelemahan
kegiatan (pertanyaan 1-10), pelemahan motivasi (pertanyaan 11-20) dan
pelemahan fisik (pernyataan 21-30). Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut
terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4,
sering (S) dengan diberi nilai 3, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan
tidak pernah (TP) dengan diberi nilai 1. Hasilnya akan menunjukkan bahwa
semakin besar nilai total yang didapat maka semakin tinggi tingkat kelelahan yang
dialami pekerja.
Hasil penelitian kelelahan kerja pada pekerja bagian pengolahan di Pabrik
Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II menunjukkan bahwa dari 32 pekerja yang
diteliti seluruhnya masuk kedalam kategori kelelahan kerja meliputi kategori
kelelahan kerja ringan sebanyak 1 orang (3,1%), kategori kelelahan kerja sedang
sebanyak 10 orang (31,2%), kategori kelelahan kerja tinggi sebanyak 20 orang
(62,5%) dan kategori kelelahan kerja sangat tinggi sebanyak 1 orang (3,1%).
Universitas Sumatera Utara
78
Kategori kelelahan kerja ringan merupakan tingkat kelelahan dengan skor
nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 30-52. Kategori kelelahan kerja sedang
merupakan tingkat kelelahan dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar
53-75. Kategori kelelahan kerja tinggi merupakan tingkat kelelahan dengan skor
nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 76-98. Kelelahan kerja sangat tinggi
merupakan tingkat kelelahan dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar
99-120.
Dari hasil pengukuran gejala kelelahan kerja yang sering dirasakan oleh
pekerja adalah sering merasakan kepala yang terasa berat, lelah diseluruh badan,
kaki yang terasa berat, menguap, pikiran yang kacau, mengantuk, mata yang
terasa berat, kaku dan canggung untuk bergerak, tidak seimbang dalam berdiri,
susah untuk berpikir, gugup, sulit untuk memusatkan perhatian, cenderung untuk
lupa, kurang percaya diri, sering cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol
sikap, sakit kepala, kaku pada bahu, nyeri dibagian punggung, merasa haus,
kelopak mata yang terasa berat, dan sering merasa kurang sehat. Berdasarkan
jawaban responden tersebut maka didapatkan bahwa gejala kelelahan dalam
bentuk pelemahan kegiatan yang paling sering dirasakan oleh pekerja bagian
pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau.
Universitas Sumatera Utara
79
5.3 Hubungan Stress Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian
Pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II Tanjung Morawa
Tahun 2017
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,001 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stress
kerja (ringan, sedang, tinggi, sangat tinggi) dengan kelelahan kerja (ringan,
sedang, tinggi, sangat tinggi) pada pekerja karena p<0,05. Hasil observasi peneliti
dilapangan menunjukkan gejala streass kerja yang tinggi akan diikuti pula dengan
gejala kelelahan yang tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Brian dkk (2013) dengan
hasil uji statistic chi square yang menyatakan bahwa ada hubungan antara stress
kerja dengan kelelahan kerja yaitu sebesar p=0,046 pada pekerja bagian SDM PT
Bank Sulut Manado.
Universitas Sumatera Utara
80
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 pekerja bagian
pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II Tanjung Morawa
Tahun 2017 disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat 10 orang (31,2%) pekerja yang berusia 38-46 tahun dan terdapat 22
orang (68,8%) pekerja yang berusia 47-55 tahun.
2. Terdapat 1 orang (3,1%) pekerja dengan tingkat pendidikan terakhir SD,
terdapat 9 orang (28,1%) pekerja dengan tingkat pendidikan terakhir SMP dan
terdapat 22 orang (68,8%) pekerja dengan tingkat pendidikan terakhir SMA.
3. Terdapat 21 orang (65,6%) pekerja dengan lama bekerja selama 15-22 tahun
dan terdapat 11 orang (34,4%) pekerja dengan lama bekerja selama 23-30
tahun.
4. Terdapat 1 orang (3,1%) pekerja yang mengalami stress kerja ringan, terdapat
8 orang (25,0%) pekerja yang mengalami stress kerja sedang, terdapat 22 orang
(68,8%) pekerja yang mengalami stress kerja tinggi dan terdapat 1 orang
(3,1%) pekerja yang mengalami stress kerja sangat tinggi.
5. Terdapat 1 orang (3,1%) pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan,
terdapat 10 orang (31,2%) pekerja yang mengalami kelelahan kerja sedang,
terdapat 20 orang (62,5%) pekerja yang mengalami kelelahan kerja tinggi dan
terdapat 1 orang (3,1%) pekerja yang mengalami kelelahan sangat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
81
6. Adanya hubungan yang bermakna antara stress kerja dengan kelelahan kerja
pada pekerja (p=0,001).
6.2 Saran
1. Manfaatkan waktu istirahat yang diberikan PKS Pagar Merbau PTPN II dengan
sebaik-baiknya.
2. Turut serta dalam melaksanakan program-program yang diberikan PTPN II
seperti olahraga dan relaksasi.
3. Pihak PTPN diharapkan dapat terus menjalankan program-program olahraga
dan relaksasi serta melibatkan seluruh pekerja.
Universitas Sumatera Utara