Post on 12-Aug-2015
Emboli Paru
PEMBIMBING
DR. Tjatur, SpJP
DISUSUN OLEH
Benediktus Dhewa Setiadharma
03008057
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR.MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
BAB I
PENDAHULUAN
Emboli paru banyak terjadi akibat lepasnya suatu trombosis yang berasal dari pembuluh darah
vena di kaki. Trombus terbentuk dari beberapa elemen sel dan fibrin yang kadang-kadang berisi
protein plasma seperti plasminogen.
Menurut virchow (dalam Himawan S., 1986) terdapat tiga faktor penting yang memegang
peranan timbulnya trombus(trias virchow), yaitu ;
1. Perubahan permukaan endotel pembuluh darah
2. Perubahan pada aliran darah dan
3. Perubahan pada konstitusi darah.
Jika terjadi kerusakan pada trombosit maka akan dilepaskan suatu zat tromboplastin. Zat inilah
yang merangsang proses pembentukan beku darah (trombus). Tromboplastin akan mengubah
protrombin yang terdapat dalam darah menjadi trombin, kemudian bereaksi dengan fibrinogen
menjadi fibrin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Emboli Paru (Pulmonary Embolism)adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-
paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba.
Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak,
cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan
mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang
memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari.
Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut
memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi
untuk mencegah kematian paru-paru.
Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut
infark paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan.
Gumpalan yang besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar
kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian
mendadak.
B. Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai
atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan
ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut
trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat
atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada
dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak
kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang
menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.
Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor
predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
- Pembedahan
- Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama
perjalanan dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta api)
- Stroke
- Penyakit jantung
- Obesitas
- Patah tulang tungkai tungkai atau tulang pangggul
- Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu,
pemakaian pil kontrasepsi, kekurangan faktor penghambat pembekuan darah bawaan)
- Persalinan
- Trauma berat
- Luka bakar.
C. Gejala
Emboli yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi sering menyebabkan sesak
nafas. Sesak mungkin merupakan satu-satunya gejala, terutama bila tidak ditemukan
adanya infark.
Penting untuk diingat, bahwa gejala dari emboli paru mungkin sifatnya samar atau
menyerupai gejala penyakit lainnya:
- batuk (timbul secara mendadak, bisa disertai dengan dahak berdarah)
- sesak nafas yang timbul secara mendadak, baik ketika istirahat maupun ketika sedang
melakukan aktivitas
- nyeri dada (dirasakan dibawah tulang dada atau pada salah satu sisi dada, sifatnya
tajam atau menusuk). Nyeri semakin memburuk jika penderita menarik nafas dalam,
batuk, makan atau membungkuk
- pernafasan cepat (takipnoe)
- denyut jantung cepat (takikardia).
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- wheezing/bengek
- kulit lembab
- kulit berwarna kebiruan
- nyeri panggul
- nyeri tungkai (salah satu atau keduanya)
- pembengkakan tungkai
- tekanan darah rendah
- denyut nadi lemah atau tak teraba
- pusing
- pingsan
- hiperhidrosis
- cemas
D. Diagnosa
Diagnosis emboli paru ditegakkan berdasarkan gejala dan faktor pendukungnya.
Pemeriksaan Laboratorium :
- D-Dimer test
- PT ( Prothrombin time )
- aPTT ( activated Partial Thromboplastin Time )
Pemeriksaan untuk menilai fungsi paru-paru:
- Gas darah arteri
- Oksimetri denyut nadi.
Pemeriksaan untuk menentukan lokasi dan luasnya emboli:
- Rontgen dada
- Skening ventilasi/perfusi paru
Pemeriksaan untuk trombosis vena dalam (sebagai penyebab tersering):
- USG Doppler pada aliran darah anggota gerak
- Venografi tungkai
E. Pengobatan
Pengobatan emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat pereda nyeri. Oksigen
diberikan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang normal.
Terapi antikoagulan diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut dan
memungkinkan tubuh untuk secara lebih cepat menyerap kembali bekuan yang sudah ada. Terapi
antikoagulan terdiri dari heparin (diberikan melalui infus), kemudian dilanjutkan dengan
pemberian warfarin per-oral (melalui mulut). Heparin dan warfarin diberikan bersama selama 5-
7 hari, sampai pemeriksaan darah menunjukkan adanya perbaikan.
Lamanya pemberian antikoagulan (anti pembekuan darah) tergantung dari keadaan penderita.
Jika emboli paru disebabkan oleh faktor predisposisi sementara, (misalnya pembedahan),
pengobatan diteruskan selama 2-3 bulan.
Jika penyebabnya adalah masalah jangka panjang, pengobatan diteruskan selama 3-6 bulan, tapi
kadang diteruskan sampai batas yang tidak tentu. Pada saat menjalani terapi warfarin, darah
harus diperiksa secara rutin untuk mengetahui apakah perlu dilakukan penyesuaian dosis
warfarin atau tidak.
Penderita dengan resiko meninggal karena emboli paru, bisa memperoleh manfaat dari 2 jenis
terapi lainnya, yaitu terapi trombolitik dan pembedahan. Terapi trombolitik (obat yang memecah
gumpalan) bisa berupa streptokinase, urokinase atau aktivator plasminogen jaringan.
Tetapi obat-obatan ini tidak dapat diberikan kepada penderita yang:
- telah menjalani pembedahan 10 hari sebelumnya
- wanita hamil
- menderita stroke
- mempunyai bakat untuk mengalami perdarahan yang hebat
Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang memiliki resiko tinggi mengalami
kekambuhan, mungkin perlu dilakukan pembedahan, yaitu biasanya dilakukan embolektomi paru
(pemindahan embolus dari arteri pulmonalis).
Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka dipasang penyaring pada vena kava inferior.
Alat ini dipasang pada vena sentral utama di perut, yang dirancang untuk menghalangi bekuan
yang besar agar tidak dapat masuk ke dalam pembuluh darah paru.
F. Prognosis / komplikasi
Sulit untuk menentukan prognosis dari emboli paru, karena banyak kasus yang tidak
terdiagnosis. Prognosisnya seringkali berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya
(misalnya kanker, pembedahan, trauma dan lain-lain).
Pada emboli paru yang berat, dimana telah terjadi syok dan gagal jantung, maka angka
kematiannya bisa mencapai lebih dari 50%.
G. Pencegahan
Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha untuk
mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:
- menggunakan stoking elastis
- melakukan latihan kaki
- bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya pembentukan gumpalan
Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan
pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru.
Terapi yang paling banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan gumpalan pada vena
tungkai setelah pembedahan adalah heparin.
Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi dan selama 7 hari setelah operasi.
Heparin bisa menyebabkan perdarahan dan memperlambat penyembuhan, sehingga hanya
diberikan kepada orang yang memiliki resiko tinggi mengalami pembentukan gumpalan, yaitu:
- penderita gagal jantung atau syok
- penyakit paru menahun
- kegemukan
- sebelumnya sudah mempunyai gumpalan.
Heparin tidak digunakan pada operasi tulang belakang atau otak karena bahaya perdarahan pada
daerah ini lebih besar. Kepada pasien rawat inap yang mempunyai resiko tinggi menderita
emboli paru bisa diberikan heparin dosis kecil meskipun tidak akan menjalani pembedahan.
Dekstran yang harus diberikan melalui infus, juga membantu mencegah pembentukan gumpalan.
Seperti halnya heparin, dekstran juga bisa menyebabkan perdarahan. Pada pembedahan tertentu
yang dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan, (misalnya pembedahan patah tulang panggul
atau pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan warfarin per-oral. Terapi ini
bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau bulan setelah pembedahan.
H. Patofisiologi
Emboli paru banyak terjadi akibat lepasnya suatu trombosis yang berasal dari pembuluh darah
vena di kaki. Trombus terbentuk dari beberapa elemen sel dan fibrin yang kadang-kadang berisi
protein plasma seperti plasminogen.
Menurut virchow (dalam Himawan S., 1986) terdapat tiga faktor penting yang memegang
peranan timbulnya trombus(trias virchow), yaitu ;
1. Perubahan permukaan endotel pembuluh darah
2. Perubahan pada aliran darah dan
3. Perubahan pada konstitusi darah.
Jika terjadi kerusakan pada trombosit maka akn dilepaskan suatu zat tromboplastin. Zat inilah
yang merangsang proses pembentukan beku darah (trombus). Tromboplastin akan mengubah
protrombin yang terdapat dalam darah menjadi trombin, kemudian bereaksi dengan fibrinogen
menjadi fibrin.
Trombus dapat bersal dari pembuluh darah arteri maupun Vena. Trombus arteri terjadi karena
rusaknya dinding pembuluh darah arteri (tunika intima), sedangkan trombus vena terjadi karena
melambatnya aliran darah dalam vena tanpa danya kerusakan dinding pembuluh darah.
Lemak, minyak, udara, sel tumor, cairan amnion, benda asing seperti rusaknya IV cateter,
partikel yang di injeksikan dan bekuan darah atau pus dapat meningkatkan resiko terjadinya
emboli paru. Emboli lemak berasal dari fraktur tulang panjang dan emboli minyak berasal dari
limfangiografi, kedua jenis emboli ini tidak mengganggu aliran darah, meskipun begitu emboli
lemak dan minyak ini dapat merusak pembuluh darah dan memeicu terjadinya ARDS.
Emboli berjalan keparu dan statis (diam)di pembuluh darah paru. Ukuran dan jumlah emboli
ditentukan oleh lokasi. Aliran darah yang terobstruksi akan menyebabkan penurunan dari bagian
paru yang disuplai oleh pebuluh darah. Hasil cepat dari tromboemboli adalah obstruksi komplit
atau parsial aliran darah arteri pulmonalis bagian distal.
DAFTAR PUSTAKA
Lowy, F. D.2006. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th ed. New York: McGraw Hill.
Emboli Paru, Available at :
http://www.emboli paru.com (Diunduh 12 Desember 2012 )
Emboli Paru, Available at :
http://penyakit paru obstruksi kronik (Diunduh 13 Desember 2012 )
Emboli Paru, Available at :
http://en.wikipedia.org/wiki/emboli paru&rurl.translet.google.co.id (Diunduh 13 Desember
2012)
W.Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Juni 2006.