Post on 19-Jun-2015
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK LABORATORIUM
PEMBUATAN SEDIAAN IRISAN JARINGAN TUMBUHAN DENGAN
METODE PARAFIN
Nama : Wahyu Kurniawan
NIM : J1C107057
Kelompok : I (Satu)
Asisten : Denny Gumilang
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI
BANJARBARU
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu tumbuhan
ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialah
irisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin.
Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode
parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat
seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.
Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah
patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan
metode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan akan larut
dengan menggunakan metode ini (Rina, 2010).
Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam
jaringan dapat dipotong dengan baik dengan menggunakan metode ini. Metode
parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman
jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan
ataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini dilakukan penyelubungan
karena jaringan merupakan bahan yang lunak. Metode pembuatan sediaan dengan
penyelubungan parafin disebut juga sebagai metode embedding. Pembuatan
sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai
alat pemotongnya. Kelebihan metode ini adalah irisannya jauh lebih tipis dan
prosedurnya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan metode seloidin maupun
metode beku. Alat pemotong mikrotom yang digunakan bekerja berdasarkan suatu
ulir yang berfungsi untuk mendorong maju block preparat atau pisau (Santoso,
2002).
Prosedur pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada umumnya
sama baik pada jaringan hewan maupun tumbuhan yaitu fiksasi, pencucian dan
dehidrasi, dealkoholisasi, infiltrasi, penyelubungan, pengirisan, perekatan,
pewarnaan, penutupan dan pemberian nama atau pelabelan (Hasan, 2010).
Dilakukan infiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga
jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding (proses penanaman) yaitu
merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke seluruh
bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada kaca
objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada umumnya bahan ini yang sering
digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan jaringan tumbuhan seringkali
menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah diwarnai lalu dimounting,
diberi perekat entellan, dan diberi label nama (Tjiptrosoepomo, 1993).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal tahap-tahap pembuatan,
bahan dan alat untuk praktikum teknik pembuatan sediaan irisan jaringan
tumbuhan dengan metode parafin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode parafin, pengirisan jaringan dengan menggunakan suatu alat yang
disebut mikrotom. Kelebihan dari adanya alat ini adalah bahwa tebal irisan dapat
diatur menurut tujuan dan kehendak peneliti. Pada mikrotom terdapat antara lain
yaitu skala yang dapat diatur sesuai dengan kehendak beik tebal sayatannya.
Pisau, ada jenis mikrotom dimana pisaunya yang bergerak sedangkan jaringan
tetap berada pada tempatnya. Tetapi ada pula jenis mikrotom yang pisaunya tetap
berada pada tempatnya, sedang jaringannya yang bergerak, pegangan/tempat
jaringan, pengatur jarak antara tempat jaringan dengan pisau mikrotom
(Sumarni, 2010).
Mikrotom ada beberapa macam yaitu :
1. Mikrotom geser (sliding mikrotome). Pada alat ini, jaringan tetap berada pada
tempatnya, sedang pisaunya yang bergerak. Pada umumnya jaringan yang
akan dipotong dengan mikrotom geser adalah jaringan yang tanpa penanaman
(embedding) terlebih dulu. Disini tidak akan terjadi pita irisan. Jaringan yang
akan diiris sebelumnya dapat diwarnai dengan pewarnaan tunggal, ataupun
tanpa pewarnaan terlebih dahulu. Metode ini banyak dikerjakan untuk
pengirisan jaringan tumbuh-tumbuhan.
2. Mikrotom beku (freezing microtome). Alat ini dihubungkan dengan tabung
berisi CO2 dingin, melalui suatu pipa karet. Mikrotom ini, keadaannya sama
dengan mikrotom geser yaitu jaringan tetap berada pada tempatnya sedang
pisau mikrotomnya yang bergerak ke muka dan ke belakang.
3. Mikrotom putar (rotary microtome). Berbeda dengan 2 jenis mikrotom diatas,
yaitu bahwa pada mikrotom ini, pisau tetap pada tempatnya sedang
jaringannya yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang
biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin
(Rina, 2010).
Mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom
lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibandingkan
dengan metode lainnya (Rina, 2010).
Pengamatan secara seksama dan teliti terhadap sel atau jaringan akan
diperoleh jika irisan sangat tipis. Selain itu, hampir semua jaringan dapat diiris
dengan mikrotom ini. Berbeda dengan 2 jenis mikrotom yang telah diuraikan di
atas, di mana irisan yang diperoleh saling terpisah satu sama lain, maka pada
irisan yang diperoleh dengan mikrotom jenis ini ialah jaringan yang terjadi satu
sama lain saling bergandengan, sehingga terbentuk pita yang panjang (Santoso,
2002).
Preparat jaringan tumbuhan dapat diperiksa dibawah mikroskop apabila
sudah terlihat warna yang kontras baik maka diberi canada balsam lalu ditutup
dengan kaca penutup, dan terakhir diberi label preparat permanen tersebut.
Dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak adanya mikrotom yang baik di
laboratorium maka pekerjaan tidak bisa sampai selesai. Hasil akhir dari pekerjaan
hanya sampai pada balok parafin keras. Hasil kerja hanya sampai pada
terbentuknya balok parafin. Untuk mendapatkan hal tersebut maka harus
menjalani beberapa prosedur dengan alat dan bahan tertentu (Hasan, 2010).
Kebaikan-kebaikan dari metode parafin ini adalah:
a) Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku maupun
seloidin, dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6
mikron.
b) Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah.
c) Prosesnya lebih cepat dari metode lain.
Kelemahan dari metode ini adalah:
a. Jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
b. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan
metode ini.
c. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.
(Rina, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12-21 Mei 2010
bertempat di Laboratorium Dasar Ruang Biologi I Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas objek, gelas
penutup, jarum preparat, pinset, cawan petri, dan mikroskop.
Bahan yang dipergunan antara lain akar, umbi dan daun bawang dayak,
larutan FAA, bahan untuk dehidrasi : alcohol 70 %, 80%, 95%, 100% 1 dan 2, dan
xylol. Bahan untuk infiltrasi : xylol dan paraffin, larutan pewarna hematoksilin
ehrlich, entellan, label, kotak paraffin, pinset, scalpel, kapas, seperangkat wadah
untuk proses dehidrasi-clearing, seperangkat “jar” untuk staining, alat untuk
infiltrasi (oven/paraffin bath), mikrotom, hot plate, waterbath, kuas kecil, gelas
objek dan penutup.
3.3 Prosedur Kerja
1. Organ tumbuhan dipotong kemudian dicuci menggunakan alcohol 70%
2. Direndam kedalam larutan FAA dan safranin 1 % masing-masing selama
24 jam
3. Direndam kedalam larutan alkohol : 70%, 80%, 95%, 100% (1), 100% (2),
xilol : alkohol (3:1), xilol : alkohol ( 1:1), xilol : alkohol (1:3), xilol 1,
xilol 2; masing-masing 30 menit.
4. Direndam kedalam paraffin : xilol (9:1) selama 24 jam.
5. Dimasukkan kedalam paraffin murni, kemudian diblocking, dilakukan
pemotongan menggunakan mikrotom, dengan ukuran untuk daun dan
akar : 18 μm serta umbi : 20 μm.
6. Dilekatkan pada gelas objek menggunakan gliserin dan akuades.
7. Untuk pewarnaan, gelas objek yang berisi preparat dicelupkan kedalam
xilol 1 dan 2 selama 45 menit dan 3 menit.
8. Direndam kedalam alkohol 70%, 80%, 95%, 100% (1), dan 100% (2)
selama 3 menit.
9. Diwarnai dengan safranin 40 menit.
10. Direndam kedalam alkohol 100% (1), 100% (2), 95%, 80%, dan 70%
masing-masing selama 3 menit.
11. Direndam kembali pada larutan xilol 1 dan 2 selama 3 menit.
12. Direkatkan menggunakan entelan dan ditutup dengan cover glass.
13. Dilakukan pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sediaan Jaringan Tumbuhan
No. Gambar Keterangan1. Akar bawang dayak
Perbesaran 100x
2. Daun bawang dayak
Perbesaran 100x
3. Umbi bawang dayak
Perbesaran 100x
4.2 Pembahasan
Pengamatan menunjukan bahwa hasil, yang didapatkan lebih bervariasi
daripada sediaan hewan tetapi teknik pembuatannya juga lebih rumit
dibandingkan dengan preparat hewan. Sediaan ini juga dalam prosesnya
membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaiannya sangat lama bahkan hingga berhari-hari lebih.
Praktikum kali ini menggunakan tumbuhan bawang dayak. Bagian pada
tumbuhan yang digunakan untuk preparat pada praktikum kali ini adalah bagian
umbi, akar, dan daunnya. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan sediaan
cukup rumit, yaitu pertama dengan memasukkan semua bahan ke dalam larutan
fiksasi. Larutan tersebut bertujuan untuk menghentikan proses metabolisme atau
kegiatan sel tanpa mengubah bentuk atau strukturnya. Dilanjutkan dengan proses
pencucian dan dehidrasi yang berulang-ulang kali karena kandungan air yang ada
di dalam sel tumbuhan relatif banyak dan usaha untuk mengurangi kandungan air
di dalam sel dilakukan berkali-kali dengan menggunakan alkohol bertingkat
sampai alkohol absolute.
Dealkoholisasi menggunakan larutan campuran antara alkohol dan xilol
dengan perbandingan yang berbeda yaitu 3:1, 1:1, 1:3 dan dilanjutan dengan xilol.
Tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan alkohol sisa dari dehidrasi. Proses
selanjutnya infiltrasi, tahapan ini bertujuan untuk memudahkan penyerapan
parafin agar saat bahan yang digunakan sudah berada dalam block parafin, akan
terbentuk potongan yang sempurna. Dilanjutkan dengan penyelubungan, proses
ini bertujuan untuk mengganti parafin dengan parafin yang baru. Setelah 1 jam,
dibuat block.
Beberapa kesukaran pada saat pemotongan sediaan parafin antara lain: pita
tidak terbentuk, hal ini kemungkinan karena pisaunya tumpul. Pita melengkung
atau bengkok, hal ini kemungkinan karena tepi pisaunya tidak rata. Sayatan
tertekan, mengerut atau berdempet, hal ini kemungkinan karena sudut pisau yang
terlalu kecil dan mata pisau yang berlapis dengan parafin. Sayatan remuk dan
cenderung lepas dari parafin, hal ini kemungkinan karena proses dehidrasi dan
clearing yang tidak sempurna. Pita belah, sayatan terangkat dari pisau saat block
parafin naik, dan permukaan sayatan yang bergelombang.
Adapun kelebihan-kelebihan dari metode parafin, antara lain : irisan dapat
jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku maupun seloidin, dengan
metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron, irisan-irisan yang
bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah, dan prosesnya lebih cepat dari
metode lain. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah jaringan menjadi keras,
mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan,
bila menggunakan metode ini, dan sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan
metode ini.
Preparat bawang dayak yang diambil dari bagian akar, daun, dan umbi
memiliki perbedaan yang mencolok dari segi bentuk sel maupun dari penampang
jaringan yang terlihat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa bawang dayak
memiliki banyak produk metabolis sekunder, produk metabolis sekunder ini dapat
bereaksi dengan bahan kimia dalam proses pembuatan preparat yang dapat
mengakibatkan kerusakan permanen pada sel, sehingga dapat kita lihat bahwa sel
yang dimiliki preparat dari bawang dayak ini sudah tidak utuh lagi. Penelitian
tentang sel meyebutkan bahwa sel bawang kebanyakan berbentik heksagonal
beraturan. Preparat yang dihasilkan tidak menunjukan bentuk yang disebutkan
dalam literatur namun hanya sebagian kecil saja.
Preparat pada bagian umbi memberikan bayangan berwarna merah muda
dengan bentuk sel yang tidak jelas dan terdapat gelembung udara. Bentuk sel yang
tidak jelas seperti ini dikarenakan oleh produk metabolis sekunder ini dapat
bereaksi dengan bahan kimia dalam proses pembuatan preparat yang dapat
mengakibatkan kerusakan permanen pada sel. Adanya gelembung udara ini
dikarenakan proses penempelan entellan yang kurang hati-hati sehingga
mengakibatkan masuknya udara kedalam gelas objek dan terperangkap
didalamnya.
Preparat pada bagian Daun bawang dayak memberikan bayangan berwarna
coklat muda dengan bentuk sel yang tidak jelas namun tidak terdapat gelembung
udara. Tidak adanya gelembung udara ini dikarenakan proses penempelan entellan
yang sempurna sehingga tidak mengakibatkan masuknya udara kedalam gelas
objek. Didalam preparat dapat kita lihat dengan jelas terdapat bintik-bintik hitam,
ini adalah proses pengeluaran kotoran yang belum begitu sempurna sehingga
memberikan bayangan yang berbintik-bintik hitam.
Preparat bagian umbi sel-selnya memberikan bayangan yang paling tidak
beraturan dan tidak jelas, ini dikarenakan bahwa Produk metabolis sekunder
banyak menumpuk di bagian umbi. Selnya yang tidak beraturan ini
mengindikasikan adanya perpindahan pada saat proses preparasi. Banyak terdapat
gelembung udara didalamnya yang berarti kurang sempurna dalam penempelan
kaca penutup.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam pembuatan preparat tumbuhan hasil, yang didapatkan lebih bervariasi
daripada sediaan hewan tetapi teknik pembuatannya juga lebih rumit
dibandingkan dengan preparat hewan.
2. Hasil pengamatan yang didapatkan yaitu sulit dibedakan antara bagian umbi,
akar, dan daunnya. Selain itu juga sulit di amati jaringan apa yang digunakan
sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama.
3. Kelebihan-kelebihan dari metode parafin, yaitu: irisan dapat jauh lebih tipis,
tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron, irisan-irisan yang bersifat seri
dapat dikerjakan dengan mudah, dan prosesnya lebih cepat dari metode lain.
4. Kelemahan dari metode ini adalah jaringan menjadi keras, mengerut dan
mudah patah, jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, dan
sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum yang akan datang hendaknya praktikan harus
benar-benar menyiapkan bahan terlebih dahulu agar praktikum berjalan dengan
lancar. Selain itu kebersihan ruangan juga harus tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, W. 2010. Mikroteknik.http://www.wikipedia.com//ensiklopedia-bebas-berbahasa-indonesia.htmlDiakses pada tanggal 21 Mei 2010
Rina, A. 2010. Metode Parafin.http://id.wikipedia.org/wiki/MetodeParafinDiakses 21 Mei 2010
Santoso. H, B. 2002. Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. FMIPA Unlam, Banjarbaru.
Sumarni. 2010. Jaringan Penyusun Tumbuhan.http://www.research.co.id//panduan-kerja-saat-berada-di-laboratorium-dalam–pembuatan–preparat.htmlDiakses tanggal 21 Mei 2010
Tjiptrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. UGM, Yogyakarta.