Post on 24-Oct-2015
14
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Percobaan
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu perlakuan yaitu pakan. Terdapat 5
(lima) pakan yang akan diujikan, yaitu:
P1 = Ikan rucah
P2 = Udang
P3 = Udang+Rumput laut (9 : 1)
P4 = Asosiasi alga
P5 = Udang+Rumput laut (7 : 3)
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20
buah unit percobaan. Tata letak unit percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.1.:
s
Gambar 3.1. Tata letak bak unit percobaanKeterangan: P = perlakuan dan U = ulangan
P2U2 P5U1
P2U4 P5U3
P1U4 P1U3P3U4
P3U1P3U3P2U3
P5U4 P4U4 P1U2 P4U3 P5U2
P2U1P4U2 P1U1 P3U2 P4U1
15
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari sampai dengan September
2013. Pemeliharaan tukik penyu sisik dan pengambilan data dilakukan selama 56
hari (20 Februari 2013 sampai dengan 16 April 2013) di Gili Meno, Desa Gili
Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Pengukuran kualitas air
(pH dan salinitas) dilakukan di Labolatorium Budidaya perairan di minggu ke
1,2,5,6 dan 8. Pengukuran suhu dan pH air juga dilakukan setiap hari di lokasi
penangkaran selama pemeliharaan tukik.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak plastik bervolume 35
liter, timbangan digital dengan ketelitian 0,1 g; jangka sorong dengan ketelitian
0,05 mm; spidol, thermometer, refraktometer, kertas lakmus, selang, pompa air,
kapas saring, saingan tepung, sikat dan lemari pembeku.
Bahan yang digunakan adalah tukik Penyu Sisik (Eretmochelys
imbricata), ikan rucah (Engraulis sp.), udang air tawar (Macrobrachium sp.),
rumput laut (Eucheuma sp.), dan asosiasi alga (Gambar 3.2.).
Ikan rucah (Engraulis sp.) Udang air tawar (Macrobrachium sp.)
Rumput laut (Eucheuma sp.) Asosiasi alga
Gambar 3.2. Jenis pakan (perlakuan)
16
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Bak plastik yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah bak
berbentuk bulat dengan volume 35 liter. Sebelum digunakan bak dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan detergen dan dibilas hingga bersih kemudian
dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 jam. Bak-bak yang telah
dibersihkan disusun seperti pada Gambar 3.1. dan diisi air laut setinggi 7 cm
dengan tujuan untuk mempermudah tukik penyu menyelam mengambil pakan
yang tersebar di dasar bak. Sirkulasi air didesain sedemikian rupa agar ketinggian
air tetap dengan rata-rata 7 cm dalam keadaan sirkulasi pergantian air terus
berjalan (Gambar 3.3.).
Gambar 3.3. Desain sirkulasi air
Pipa saluranair masuk
Bak pemeliharaanLokasi penyaringan danpenampungan air
Selang pengeluaranair
Pengatur ketinggian airdi dalam bakpemeliharaan
Saluran air menuju kepenyaringan
Saringan air Bak penampunganair
Pompa air
16
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Bak plastik yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah bak
berbentuk bulat dengan volume 35 liter. Sebelum digunakan bak dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan detergen dan dibilas hingga bersih kemudian
dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 jam. Bak-bak yang telah
dibersihkan disusun seperti pada Gambar 3.1. dan diisi air laut setinggi 7 cm
dengan tujuan untuk mempermudah tukik penyu menyelam mengambil pakan
yang tersebar di dasar bak. Sirkulasi air didesain sedemikian rupa agar ketinggian
air tetap dengan rata-rata 7 cm dalam keadaan sirkulasi pergantian air terus
berjalan (Gambar 3.3.).
Gambar 3.3. Desain sirkulasi air
Pipa saluranair masuk
Bak pemeliharaanLokasi penyaringan danpenampungan air
Selang pengeluaranair
Pengatur ketinggian airdi dalam bakpemeliharaan
Saluran air menuju kepenyaringan
Saringan air Bak penampunganair
Pompa air
16
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Bak plastik yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah bak
berbentuk bulat dengan volume 35 liter. Sebelum digunakan bak dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan detergen dan dibilas hingga bersih kemudian
dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 jam. Bak-bak yang telah
dibersihkan disusun seperti pada Gambar 3.1. dan diisi air laut setinggi 7 cm
dengan tujuan untuk mempermudah tukik penyu menyelam mengambil pakan
yang tersebar di dasar bak. Sirkulasi air didesain sedemikian rupa agar ketinggian
air tetap dengan rata-rata 7 cm dalam keadaan sirkulasi pergantian air terus
berjalan (Gambar 3.3.).
Gambar 3.3. Desain sirkulasi air
Pipa saluranair masuk
Bak pemeliharaanLokasi penyaringan danpenampungan air
Selang pengeluaranair
Pengatur ketinggian airdi dalam bakpemeliharaan
Saluran air menuju kepenyaringan
Saringan air Bak penampunganair
Pompa air
17
3.4.2. Persiapan pakan
Pakan yang diberikan untuk tukik penyu sisik selama pemeliharaan
didapatkan dari tempat yang berbeda. Ikan rucah (Engraulis sp.) didapatkan
dengan cara memesan dari nelayan-nelayan di desa Gili Indah. Udang air tawar
(Macrobrachium sp.) diperoleh dengan memesan dari pengepul di daerah
Jempong-Kota Mataram. Rumput laut (Eucheuma sp.) diperoleh dari petani
rumput laut di dusun Gerupuk-Lombok Tengah. Sedangkan asosiasi alga diambil
dari perairan dangkal di sekitar lokasi pemeliharaan tukik. Persediaan ikan rucah
dan udang air tawar di simpan di dalam lemari pembeku, sedangkan persediaan
rumput laut di simpan di kolam yang berdekatan dengan lokasi pemeliharaan
tukik Penyu Sisik (E. imbricata) (Lampiran 10). Setiap pagi dan siang hari, pakan
yang akan diberikan untuk tukik ditimbang dengan berat 5% dari rata-rata berat
tukik di dalam setiap bak unit percobaan.
3.4.3. Pemeliharaan Tukik
Sebelum memulai perlakuan, dilakukan penyesuaian pakan tukik Penyu
Sisik (E. imbricata). Proses penyesuaian dilakukan dengan merubah sedikit demi
sedikit jenis pakan yang diberikan agar sesuai dengan perlakuan. Proses
penyesuaian pakan dilakukan selama 7 hari. Selama proses penyesuaian pakan
tukik dibagi menjadi 5 kelompok yang diletakkan pada masing-masing wadah
yang berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari 16 ekor tukik. Setiap
kelompok diberi perlakuan pakan berbeda sehingga sesuai dengan perlakuan yang
akan diujikan.
Setelah proses penyesuaian pakan selesai, tukik dipuasakan selama 2 hari
dengan tujuan untuk memperoleh berat nyata tukik dalam keadaan usus yang
diasumsikan kosong. Selain itu, tukik yang dipuasakan diharapkan dapat langsung
merespon pakan yang akan diberikan saat perlakuan berlangsung. Setelah tahap
pemuasaan selesai, selanjutnya tukik Penyu Sisik di tiap-tiap kelompok
penyesuaian pakan diseleksi berdasarkan berat dan ukuran. Tukik dibagi menjadi
4 kelompok kecil yang terdiri dari 4 ekor tukik. Dengan pembagian seperti ini
maka diperoleh 20 kelompok kecil yang dijadikan unit-unit percobaan. Empat
18
ekor tukik yang telah di seleksi diberi kode sesuai perlakuan dan dimasukkan ke
dalam bak bervolume 35 liter yang telah diisi air laut. Bak-bak unit percobaan
yang telah terisi tukik diberi kode sesuai dengan perlakuan yang diberikan dan
diletakkan sesuai dengan posisi yang telah ditetapkan secara acak (Gambar 3.1.).
Selama proses pemeliharaan tukik diberi pakan 2 kali dalam sehari yaitu
pada jam 08.00 dan 13.00. Jumlah pakan yang diberikan pada setiap pemberian
pakan adalah 5% dari bobot tubuh rata-rata tukik pada masing-masing unit
percobaan. Pergantian air laut dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu 3 jam
setelah pemberian pakan pada pagi hari dan 3 jam setelah pemberian pakan pada
siang hari. Banyaknya volume air yang diganti setiap pergantian air adalah 50%
sehingga total pergantian air selama 1 hari menjadi 100%. Selain itu dilakukan
sistem resirkulasi selama 24 jam pada air media pemeliharaan. Air yang
dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan terlebih dahulu disaring. Karapas tukik
dibersihkan dari parasit atau biota yang menempel setiap 7 hari sekali.
Pembersihan bertujuan untuk meminimalisasi gangguan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tukik selain dari pakan yang diujikan.
3.4.5. Pengukuran Pertumbuhan
Pengukuran pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari
masa pemeliharaan. Setiap individu tukik di dalam unit percobaan diukur
pertambahan berat tubuh, panjang karapas dan lebar karapasnya. Tingkat
kelangsungan hidup (SR) juga diamati yaitu dengan menghitung jumlah tukik
penyu sisik yang mati selama atau sampai akhir masa pemeliharaan. Pengamatan
pertumbuhan dilakukan sekaligus dengan penghitungan jumlah pakan yang akan
diberikan. Pengukuran panjang dan lebar karapas dilakukan berdasarkan garis
lurus karapas (straight carapace length) seperti terlihat pada Gambar 3.4. (Hirth,
1971 cit. Naulita, 1990). Selama pemeliharaan berlangsung jika terjadi kehilangan
tukik yang diberi perlakuan, maka data dari tukik tersebut akan dinyatakan hilang.
19
(a) (b)
Gambar 3.4. Pengukuran pertumbuhan tukik penyu berdasarkangaris lurus karapas: a) panjang karapas, b) lebar karapas
3.4.6. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi kadar garam (Salinitas),
derajat keasaman (pH) dan suhu (oC). Salinitas dan pH diukur menggunakan
refraktometer dan pH meter di Labolatorium Budidaya Perairan Universitas
Mataram pada minggu ke-1,2,5,6 dan ke-8. Sampel air diambil menggunakan
botol plastik dari bak penampungan pada pagi hari sebelum pergantian air. pH
juga diukur menggunakan kertas lakmus pada pagi, siang dan malam setiap
harinya. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang diletakkan pada bak
penampungan air sirkulasi dan beberapa pada bak pemeliharaan tukik yang
diletakkan secara acak. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi, siang dan malam
hari.
3.5. Parameter Penelitian
Parameter utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (berat,
panjang dan lebar karapas), laju pertumbuhan nisbi (berat, panjang dan lebar
karapas), Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate), Rasio Konversi Pakan
(FCR), serta hubungan panjang karapas-berat tubuh. Sedangkan parameter
penunjang adalah laju pertumbuhan nisbi mingguan (berat dan panjang karapas),
19
(a) (b)
Gambar 3.4. Pengukuran pertumbuhan tukik penyu berdasarkangaris lurus karapas: a) panjang karapas, b) lebar karapas
3.4.6. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi kadar garam (Salinitas),
derajat keasaman (pH) dan suhu (oC). Salinitas dan pH diukur menggunakan
refraktometer dan pH meter di Labolatorium Budidaya Perairan Universitas
Mataram pada minggu ke-1,2,5,6 dan ke-8. Sampel air diambil menggunakan
botol plastik dari bak penampungan pada pagi hari sebelum pergantian air. pH
juga diukur menggunakan kertas lakmus pada pagi, siang dan malam setiap
harinya. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang diletakkan pada bak
penampungan air sirkulasi dan beberapa pada bak pemeliharaan tukik yang
diletakkan secara acak. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi, siang dan malam
hari.
3.5. Parameter Penelitian
Parameter utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (berat,
panjang dan lebar karapas), laju pertumbuhan nisbi (berat, panjang dan lebar
karapas), Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate), Rasio Konversi Pakan
(FCR), serta hubungan panjang karapas-berat tubuh. Sedangkan parameter
penunjang adalah laju pertumbuhan nisbi mingguan (berat dan panjang karapas),
19
(a) (b)
Gambar 3.4. Pengukuran pertumbuhan tukik penyu berdasarkangaris lurus karapas: a) panjang karapas, b) lebar karapas
3.4.6. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi kadar garam (Salinitas),
derajat keasaman (pH) dan suhu (oC). Salinitas dan pH diukur menggunakan
refraktometer dan pH meter di Labolatorium Budidaya Perairan Universitas
Mataram pada minggu ke-1,2,5,6 dan ke-8. Sampel air diambil menggunakan
botol plastik dari bak penampungan pada pagi hari sebelum pergantian air. pH
juga diukur menggunakan kertas lakmus pada pagi, siang dan malam setiap
harinya. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang diletakkan pada bak
penampungan air sirkulasi dan beberapa pada bak pemeliharaan tukik yang
diletakkan secara acak. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi, siang dan malam
hari.
3.5. Parameter Penelitian
Parameter utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (berat,
panjang dan lebar karapas), laju pertumbuhan nisbi (berat, panjang dan lebar
karapas), Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate), Rasio Konversi Pakan
(FCR), serta hubungan panjang karapas-berat tubuh. Sedangkan parameter
penunjang adalah laju pertumbuhan nisbi mingguan (berat dan panjang karapas),
20
kandungan gizi pakan, dan kualitas air yang meliputi suhu, salinitas (kadar garam)
dan pH (derajat keasaman).
3.5.1. Pertumbuhan Mutlak (Berat, Panjang dan Lebar Karapas)
Pertumbuhan mutlak tukik penyu sisik dihitung menggunakan rumus
menurut Effendie (2002) yaitu:
W = Wt − Wo ………………………………………………...….…(3.1)
Keterangan :
W = Pertumbuhan mutlak (g atau mm)
Wt = Berat atau Panjang cangkang pada akhir pengamatan
(g atau mm)
Wo = Berat atau Panjang cangkang pada awal pengamatan (g atau mm)
3.5.2. Laju Pertumbuhan Nisbi (Berat, Panjang dan Lebar Karapas)
Penghitungan laju pertumbuhan nisbi tukik penyu sisik dihitung
menggunakan rumus menurut Effendie (2002) yaitu:
h = ...........................................................................................(3.2)
Keterangan :
h = Laju pertumbuhan nisbi (%)
Wt = Berat (g) atau Panjang cangkang pada akhir pengamatan (mm)
Wo = Berat (g) atau Panjang cangkang pada awal pengamatan (mm)
3.5.3. Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Persentase tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tukik penyu sisik
yang diujicobakan dihitung menggunakan rumus berdasarkan Effendi (2002)
yaitu:
SR = x 100 .................................................................................. (3.3)
21
Keterangan:
SR = Survival Rate atau persentase kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah biota pada akhir pengamatan (ekor)
No = Jumlah biota pada awal pengamatan (ekor)
3.5.4. Rasio Konversi Pakan
Untuk mengetahui rasio konversi pakan pada percobaan, maka dilakukan
penghitungan konversi pakan dengan rumus menurut NCR (1977) cit. Tahapari
dan Suhenda (2009) yaitu, sebagai berikut :
FCR = ( ) ................................................................................(3.4)
Keterangan :
FCR = Feed Convertion Ratio (g)
F = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (g)
Wt = Berat pada akhir pengamatan (g)
D = Jumlah yang mati
W0 = Berat pada awal pengamatan (g)
3.5.5. Hubungan Panjang Karapas dan Berat Tubuh
Bentuk rumus umum hubungan panjang dan berat menurut Efendie (2002)
adalah sebagai berikut:
W = cL .............................................................................................. (3.5)
Keterangan: W = Berat
L = Panjang
c dan n = konstanta (c = a dan n = b )
22
Jika rumus umum tersebut ditrasformasikan ke dalam logaritma, maka
akan didapatkan persamaan: Log W = Log c + n Log L, yaitu persamaan linier
atau persamaan garis lurus.
Nilai b (n) berkisar dari 2,4 – 3,5. Jika b = 3 maka pertambahan panjang
tukik penyu sisik seimbang dengan pertambahan berat tubuhnya (isometrik). Jika
b < 3 menunjukkan pertambahan panjang karapas lebih cepat dari pertambahan
berat tubuh (allometrik negatif) dan jika b > 3 menunjukkan pertambahan panjang
karapas lebih lambat dari pertambahan berat tubuh (allometrik positif) . Untuk
mengetahui keeratan hubungan antara panjang karapas dengan berat tubuh
menggunakan alalisis korelasi (r). Sedangkan untuk menghitung hubungan
panjang karapas-berat tubuh menggunakan analisis regresi (Efendie, 2002). Untuk
menguji apakah persamaan linier panjang dan berat dapat digunakan untuk
menduga berat dari panjang, maka dilakukan uji t pada taraf nyata 5% untuk berat
nyata tukik dan berat hasil persamaan linier. Hipotesis dari hasil uji t adalah jika
p-value lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05) maka persamaan linier dapat
digunakan.
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam atau
analysis of variance (ANOVA) pada taraf nyata 5%. Jika dari data sidik ragam
diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
(significant) maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji BNJ (Beda
Nyata Jujur).