Post on 08-Feb-2021
i
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN
Volume 4 no 2, Juli - Desember 2015
ISSN: 2088-0324
DAFTAR ISI
KORELASI ANTARA LARI SPRINT 50 METER DENGAN
PRESTASI LEMPAR LEMBING PADA SISWA PUTRA KELAS
VIII SMP NEGERI 4 WOHA KABUPATEN BIMA TAHUN
2012/2013
DRS. ZUBAIR, M. SI. & SUPRIADIN.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKTIVITAS RITMIK
DENGAN GERAK IRAMA MARS MELALUI MEDIA BANTU
GAMBAR DAN MUSIK
AHMADIN DAN SAMSUDIN
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENUNJANG OLAHRAGA
PRESTASI SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS
VIII SMP NEGERI 4 BOLO KABUPATEN BIMATAHUN
PELAJARAN 2012 / 2013
MUHLIS
HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN PANJANG
LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEKNIK SPIKE PADA
PERMAINAN BOLA VOLI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1
BOLO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
DRS. JASMAN M. TAHER & NOFRIZALDI
PENGARUH LATIHAN JUGGLING TERHADAP KETEPATAN
MENAHAN BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PUNGGUNG
KAKI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA
PUTRA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOLO KABUPATEN BIMA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SYARIFUDDIN, S.d & RAHMAD ABURIZAL
PERBEDAAN TINGKAT KETEPATAN ANTARA TEMBAKAN
DUA ANGKA DAN TEMBAKAN TIGA ANGKA DALAM
PERMAINAN BOLA BASKET SISWA PUTRA KELAS VIII
SMP NEGERI 1 AMBALAWI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
M. YAMIN
HUBUNGAN TINGGI BADAN TERHADAP KETEPATAN
SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLY PADA
ii
SISWA PUTRA KELAS VII MTS SILA KABUPATEN BIMA
TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
FURKAN, S.PD.M.OR. & FERI FERDIANSYAH
PENERAPAN METODE DRILL DAlAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR PENJAS PADA SISWA KELAS V DI SD
NEGERI MBAWA KEC. DONGGO TAHUN AJARAN 2014-
2015
YAKUB
Guru SD Negeri Mbawa Kec. Donggo
STUDI PERBANDINGAN PEGANGAN SAKENDHAND
DENGAN PENHOLDER TERHADAP KETEPATAN PUKULAN
PADA PERMAINAN TENIS MEJA PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 5 PALIBELO KABUPATEN BIMA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
SAHRUL, S.PD.& ARIFUDDIN.
PERBANDINGAN PRESTASI TOLAK PELURU ANTARA
SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN ANGKAT BARBEL
PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 1 KOTA
BIMA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Drs. KAIMUDIN & AHMAD SYAMSURIZAL
KORELASI ANTARA LARI SPRINT 50 METER DENGAN PRESTASI
LEMPAR LEMBING PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 4
WOHA KABUPATEN BIMA TAHUN 2012/2013
DRS. ZUBAIR, M. SI. SUPRIADIN.
ABSTRAK
Kata Kunci : Korelasi Lari Sprint, Lempar Lembing.
Sebagaimana diketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi selalu tidak lepas dari pelaksanaan penelitian. Peningkatan prestasi
dalam bidang olah raga merupakan manifestasi dari kemajuan dan perkembangan
suatu bangsa. Peran pemerintah tidak sedikit dalam usaha meningkatkan sarana
dan prasarana olahraga, walaupun demikian prestai atlet masih jauh ketinggalan di
bandingkan negara-negara maju, terutama cabang olahraga atletik khususnya
nomor lempar lembing, demikian pula prestasi siswa dibidang atletik khususnya
lempar lembing di SMP Negeri 4 Woha belum memiliki prestasi. Tujuan
penelitian ini ingin mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara lari sprint 50
meter dengan prestasi lempar lembing.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan
enelitian kualitatif, populasi dalam penelitian ini berjumlah 25 orang dan langsung
dijadikan sampel, karena populasi kurang dari 100 orang. Dalam penelitian ini
metode pengumpulan data berupa teknik observasi, dokumentasi dan teknik tes
perbuatan serta teknik analisa data menggunakan teknik analisa statistik (produk
moment).
Hasil analisa data menunjukan nilai t hitung 0,941 pada taraf signifikan
5%, r tabel menujukan angka 0,396 maka dapat disimpulkan ada korelasi antara
lari sprint 50 meter dengan prestasi lempar lembing.
Berdasarkan pada hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada
korelasi yang signifikan antara lari spirit 50 meter dengan prestasi lempar lembing
pada siswa kelas VIII SMP N 4 Woha Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan
hasil analisis data telah dibuktikan bahwa kecepatan lari spirit 50 meter
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi lempar lembing, selain
itu faktor yang lain yang mempengaruhi seperti penguasaan tehknik, mental dan
strategi sangat dibutuhkan dalam suatu perlombaan yang dilakukan. Oleh karena
itu, melalui kesempatan ini peneliti menyampaikan beberapa saran yang
berhubungan dengan upaya untuk pebingkatan prestasi lempar lembing yang baik
kepada guru pendidikan jasmani maupun pelatih, untuk: (a). Melakukan penelitian
yang berhubungan dengan upaya peningkatan yang berkaitan dengan prestasi
lempar lembing dengan permasalahan yang berbeda. (b). Manfaatkan hasil
penelitian ini untuk memilih para siswa yang memiliki kecepatan lari spirit 50
meter untuk dijadikan sebagai calon-calon atlet lempar lembing yang sangat
profesional untuk dibina. (c). Khusus bagi guru dapat dimanfaatkan untuk
memberi penilaian terhadap keterampilan yang dimiliki oleh siswa.
A. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui bahwa
perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi selalu tidak
lepas dari pelaksanaan
penelitian.Peningkatan prestasi dalam
bidang olahraga merupakan manifestasi
dari kemajuan dan perkembangan bangsa
Peran pemerintah tidak sedikit dalam
usaha meningkatkan kemajuan yang
diharapkan dengan cara menambah dan
meningkatkan sarana dan prasarana
olahraga yang ada serta pengiriman atlet
untuk latih tanding keluar negeri bahkan
mendatangkan dari luar Negeri.
Walaupun demikian prestasai atlet
masih jauh ketinggalan dibandingkan
dengan presatsi atlet negara-negara maju
terutama cabang olahraga atletik
khususnya dalam nomor lempar lembing
Untuk memperoleh prestasi lempar
lembing yang baik, dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satu dari faktor
tersebut adalah kecepatan lari. Demikian
pula prestasi siswa dibidang atletik
khususnya lempar lembing. Di SMP
Negeri 4 Woha belum memiliki prestasi
yang maksimal yang berprestasi ditingkat
Kabupaten, Propinsi atau Nasional,
meskipun pembinaan yang dilakukan
oleh guru olahraga belum menampakkan
hasilnya.
Dengan pernyataan diatas penulis
mencobauntuk mengadakan penelitian
mengenai “Korelasi Antara Lari Sprint 50
Meter dengan Prestasi Lempar Lembing
Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP
Negeri 4 Woha Tahun Pelajaran
2012/2013.
1. Lari Sprint Lari Sprint merupakan kemampuan
Atlet dalam menggerakan badan kedepan
dengan menggerahkan kaki kanan dan
kaki kiri berganti-ganti, kedua kaki pada
saat melayang menempuh jarak 50 meter
dengan waktu yang sesingkat-singkatnya
atau secepat-cepatnya. Lari Sprint 50
meter biasa digunakan untuk melatih
kecepata bagi para Atlet dengan
intensitas yang telah diprogramkan.
Nomor lari yang termasuk Jarak
Pendek atau Sprint yaitu semua jenis lari
yang terdiri dari ada 3 jenis yang bisa
diperlombakan yaitu 100 meter, 200
meter dan 400 meter sesuai dengan
peraturan IAAF (International Athletik
Amateur Federation) dan PASI
(Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).
Ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan dalam Lari Sprint anatara
lain: kecepatan (speed), daya ledak
(power), kekuatan (strengh),
koordinasigerakan (coordination),
kelenturan(fleksibility), kelincahan
(agility), dan stamina. Pada saat
melakukan Lari Jarak Pendek atau Sprint
perlu memperhatikan empat hal, antara
lain sebagai berikut:
a. Staring position Sikap atau posisi badan pelari pada
saat melakuka star. Pada Lari Jarak
Pendek ini pelari biasanya menggunakan
start jongkok. Karena dengan posisi
berjongkok dapat menimbulkan gerak
percepatan yang memungkinkan saat
pelari lepas garis star lebih mudah dan
cepat meluncur kedepan.
Star jongkok dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
1. Short Start (Start Pendek) Pada saat berjongkok lutut kaki
belakang berada didepan ujung kaki yang
lain. Apa bila dalam sikap berdiri, ujung
kaki belakang akan terletak kira-kira
samping tumit atau lekukan telapak kaki
depan.
2. Medium Start (Start Menengah) Pada saat berjongkok kaki belakang
kira-kira berada disamping lengkukan
telapak kaki depan. Dalam posisi berdiri
ujung kaki belakang berada sedikit
belakang tumit kaki depan.
3. Long Start ( Start Panjang) Pada sikap berjongkok lutut kaki
berada disamping atau kira-kira segaris
dengan tumit kaki depan atau letak lutut
lebih mundur lagi. Pada saat berdiri
kedua telapak kaki saling berjauhan,
yaitu ujung kaki belakang terletak sekitar
dua jengkal dari tumit kaki depan.
b. Staring Action Gerakan saat meninggalkan garis
start setelah aba-aba “Ya” atau bunyi
pistol sampai kira-kira 6-9 langkah dari
garis start. Adapun gerakan-gerakan
sebagai berikut: (1) Tangan kiri dan kaki
kanan digerakan serempak dan secepat
mungkin. Bertepatan dengan itu, kaki
kiiri menolak kuat dan secepat mungkin
hingga lutut benar-benar lurus. Saat itu
pula kaki kanan segera diayun secepat
mungkin kedepan. (2) Saat kaki kanan
berpijak ditanah segera diusul kaki kiri
dilangkahkan kedepan dengan cepat.
Begitu seterusnya gerakan meluncur
kedepan ini dilkukan dengan tepat
menjaga keseimbangan dan kecondongan
badan kedepan. (3) Gerakan kedepan
hanya berlangsung beberapa langkah
saja dari garis start kira-kira 6-9 langkah.
c. Sprinting Action Gerakanlari Cepat (Spirint) adapun
cara melakukanya adalah sebagai berikut:
1. Gerak kaki terdiri dari: (a) Kaki belakang harus benar-benar menolak
sampai lutut terkadang lurus. (b)
Setelah ujung telapak kaki lepas dari
tanah, maka dengan cepat lutut segera
ditekuk sehingga seolah-olah tumit
mendekati pantat. Pada posisi lutut di
tekuk paha segera diayun secepat
mungkin kedepan. (c) Setelah paha
diayun kedepan, maka tungkai bawa
dikibaskan dengan cepat dan sejauh
mungkinkedepan untuk segera
mendarat ditanah. Pada saat mendarat
ditanah harus dengan bagian
depan/ujung telapak kaki terlebih
dahuludalam posisi lutut agak ditekuk.
2. Gerak lengan a. Gerakan atau ayunan lengan
bersumber pada persendian bahu
dan dilakukan dengan cepat sesuai
dengan gerakan kaki.
b. Ayunan kedepan harus lebih aktif dari pada ayunan kebelakang.
c. Siku membentuk sekitar 900. Tetapi sudut siku itu secara otomatis akan
berubah yaitu saat terayun kedepan
relatif akan sedikit mengecil dan
saat terayun kebelakang akan
membesar.
d. Jari-jari setengah menempel pada rileks, pada saat terayun kedepan
kepal tangan tidak lebih tinggi dari
kepala.
e. Gerakan lengan jangan sampai berakibat tanganya kedua bahu
keatas.
3. Gerak badan, leher dan kepala a. Badan tetap tegak, gagah dan
condong kedepan. Kecondongan
badan kedepan tidak perlu terlampau
berlebihan apa lagi sengaja
membungkukan badan adalah sikap
Lari Sprint yang kurang baik,
sengaja membungkukan badan
kedepan justru akan menghambat
gerakan kedua kaki, terutama pada
saat-saat ayunan langkah kedepan.
b. Leher, dagu dan bahu tetap rileks. Mulut sedikit menganga jadi gigi
(rahang atas dan rahang bawah) tidak
perlu merapat.
c. Sikap kedepan tetap wajar, rileks (tidak tegangataupun tunduk),
pandangan kedepan sedikit serong
kebawah.
4. Finishing Action Gerakan atau cara melewati garis
finish. Ada 4 cara melewati garis finish
yaitu:
1. Lari terus tanpa mengubah badan, cara ini sangat mudah tetapi kurang
menguntungkan, karena posisi badan
tidak mengalami perubahan kedepan.
2. Mengatur atau memiringkan badan atau bahu kesalah satu sisi, cara ini
lebih mengutungkan dari cara
pertama.
3. Merebah atau menjatuhkan badan kedepan (Ambyuk) atau
“Theshrung”. Cara ini sangat
menguntungkan tetapi penguasaan
sangat sulit.
4. Kombinasi antara mengirimkan dan ambyuk. Cara ini juga cukup baik.
Dengan adanya keempat cara
melewati garis finish tersebut diatas maka
pihak pelari harus memilih salah satu
cara yang dikuasainya. Perlu diketahui
bahwa pengambilan waktu dan penentuan
kedatangan digaris finish adalah
berpedoman pada posisi batang tubuh
bagian atas (dada atau bahu) hingga
menyentuh bagian atas yang tegak lurus
pada garis finish.
2. Lempar Lembing Lempar Lembing termasuk salah
satu jenis dari nomor lempar yang dalam
pelaksanaan sebenarnya lebih mudah
dibandingkan dengan tolak peluru
maupun jenis lempar yang lain. Hal ini
mengingat karena bentuk dari gerakan
melemparkan lembing adalah gerakan
alamiah dan dapat dilakukanoleh setiap
orang.Mengenai unsur-unsur yang
diperlukan dalam Lempar Lembing pada
dasarnya sama dengan semua unsur yang
dapat pada nomor lempar yaitu perlunya
daya ledak, kekuatan, kecepatan,
koordinasi, kelincahan.
a. Tehnik lempar lembing 1. Cara memegang lembing
a. Cara Biasa (AmerikaStyle) Ibu jari dan jari telunjuk sebagai
titik tumpu pegangan keduanya
berada pada pangkal balutan
lembing. Ketiga jari lainya
menelakup sewajarnya, atau ada
pula yang melipat jari kelingking
sehingga ujungnya berada dibawah
balutan.
b. Cara Firlandia (Fin Style) Ibu jari dan jari tengah sebagai titik
tumpu pegangan, keduanya hampir
bertemu pada ujungnya tepat pada
pangkal balutan. Jari telunjuk agak
lurus lemas keatas, jari manis dan
kelingking melengkup rileks.
c. Cara Menjempit (Tang Style) Jari telunjuk dan jari tengah sebagai
titik tumpuh pegangan.Kedua jari
ini saling menjempit lembing tepat
pada pangkal balutan. Ibu jari, jari
manis dan kelingking menelakup
secar wajar dan rileks ( Tamsir
Riyadin,1998).
2. Cara Membawa Lembing
Yang dimaksud dengan membawa
lembing adalah cara membawa lembing
pada sikap permulaan sampai dan selama
melakukan lari awalan. Sedangkan
memgang lembing adalah cara memgang
seperti uraian diatas.
3. Melakukan lari atau mengambil awalan
Cara melakukan lari pada saat
melakukan awalan adalah sangat mudah
yaitu dari lari pelan semakin dipercepat.
Sedangkan masalah yang agak sulit
adalah gerak langkah pada saat atau
menjelang mengambil sikap (Posisi
lembing).
4. Cara melempar atau Melepaskan Lembing
Sebelum lembing dilemparkan
terlebih dahulu pihak pelempar harus
mengalami sikap atau posisi lempar yang
sempurna. Adapun posisi lempar pada
lemparan lembing adalah sebagai berikut:
a. Jarak antar kedua kaki cukup jauh kaki kiri harus kesamping kakikiri
(berpijak pada ujung kaki) lutut
atau kaki kanan ditekuksehingga
badan jauh merendah kesamping
kanan.Bahu sedikit diputar kekanan
sehingga lengan kiri menuju
kekanan dan diangkat setinggi
bahu.
b. Lengan kanan diluruskan sejauh-jauh kesamping bawah kanan,
lembing dipegang rileks saja. Arah
lembing menuju kesamping kiri
serong keatas, ujung lembing
kesamping kepala.
c. Berat badan sebagian besar pada kaki kanan. Kaki kiri dan badan
posisi segaris dan pandangan
kearah sasaran.
2. Gaya dalam lempar lembing a. Gaya langkah jingkat (Hop Step)
Yang dimaksud dengan langkah
lengkah jingkat yaitu saat akan
mengambil posisi atau sikap lempar
didahului dengan gerakan berjingkat.
Adapun cara gaya langkah antara lain
sebagai berikut: (1) Pada saat kecepatan
awal telah dicapai, maka lengan kana
secara pelan mulai diurai untuk
diluruskan kebelakang atau samping
kanan, sikap badan sedikit diputar
kekanan, pandangan kedepan dan saat
kaki kanan saat mendarat gerakan
berjingkat dilakukan sedangkan kaki kiri
diayun rendah cukup jauh kesamping
kiri. (2) Gerakan berjingkat berakhir
dengan kaki kanan mendarat terlebih
dahulu, disusul kaki kiri mendarat cukup
jauh kesamping kiri. (3) Saat melakukan
lari awalan, harus berjingkat dan sampai
terjadi sikap lempar serta gerakan
melempar harus berlangsung secara
cepat, lancar dan mulus.
b. Gaya langkah silang (Cross Step) Kalau pada gaya jingkat saat akan
mengambil posisi lempar didahului
dengan berjingkat. Sedangkan pada gaya
silang ini saat akan mengambil posisi
lempar didahului dengan gerakan
menyilangkan kaki kanan didepan kaki
kiri. Adapun gerakan langkan pada
langkah silang sebagai berikut: (1) Pada
saat kecepatan awal telah tercapai dan
sampai pada tanda yang telah ditentukan
maka lengan kanan mulai diluruskan
kesamping kanan, lengan kiri diayun
kekanan setinggi bahu. Saat itu kaki kiri
melangkah kedepan dan saat itu pula kaki
kanan diayunkan meyilang kekiri lewat
depan kaki kiri. (2) Setelah kaki kanan
menyilang dan belum mendarat ketanah,
maka kaki kiiri secepatnya diayun
kesamping kiri, saat itu pula terjadi sikap
lempar.
Adapun gambar lapangan lempar
lembing adalah sebagai berikut:
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri 4 Woha pada siswa putra Kelas
VIII Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini dimulai dari Tangal 20 Mei
sampai dengan Tangal 1 Juni Tahun
2013.
Data adalah informasi atau tentang
suatu gejala. Data merupakan suatu yang
harus ada dalam kegiatan penelitian dan
haruslah mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dari subyek. Suatu
kesimpulan yang di ambil lebih banyak
berasal dari data, oleh karena itu
pengumpulan data harus dilakukan
secermat mungkin (Nurgiantoro, 2002)
Dilihat dari wujud nyata, data
berasal dari subyek penelitian dapat
berupa:
a. Penelitian kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambar, biasanya
berhubungan dengan nilai misalnya:
baik, buruk, indah, tinggi, rendah dan
sebagainya.
b. Penelitian kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang di angkakan, data yang
berhubungan dengan angka
(Sugiyono, 2003).
c. Jenis penelitian ini mengunakan data penelitian deskriptif kuantitatif.
penelitian deskriptif bertujuan untuk
membuat, mengambarkan secara
sistematis faktual dan akurat mengenai
faktor-faktor dan sifat-sifat populasi
atau daerah tertentu, dan mencari
Korelasi antara Lari Sprint dengan
Prestasi Lempar lembing pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 4 Woha.
Pendekatan penelitian ini
mengunakan pendekatan kuanlitatif atau
pendekatan non eksperimen. Karena
penelitian ini hanya mengumpulkan data
tampa mengadakan perlakuan terhadap
variabel-variabel atau dalam
pengumpulan data yang obyektif dan
Awalan
dalam memecahkan permasalahan di
lapangan( Margono, 2001).
Sumber data
Pada dasarnya sumber data dalam
penelitian dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tangan
pertama atau subyek penelitian.adapun
data primer dalam penelitian ini
adalah Korelasi Antra Lari Sprint 50
Meter dengan prestasi Lempar
Lembing.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain misalnya
data-data dari sumber pustaka yang
sudah ada.adapun ada sekunder pada
penelitian ini adalah prestasi lempar
lembing (Margono, 2003).
Populasi
Populasi adalah karakteristik
tertentu mengenai sekumpulan subyek
yang lengkap dan jelas (Arikunto,
2002).Populasi dalam penelitian ini
adalah Siswa Putra Kelas VIII SMP
Negeri 4 Woha Tahun Pelajaran
2012/2013 yang terdiri dari tiga kelas,
yaitu kelas VIII1, kelas VIII2 dan kelas
VIII3
Tabel 1. Rincian jumlah siswa perkelas
No
Jumlah Siswa
Jumlah Kelas
VIII1 Kelas
VIII2 Kelas
VIII3
1 L L L L
2 8 8 9 25
3 p p p p
4 14 14 13 41
Sampel
Sampel adalah sebagian subyek
yang di teliti dari keseluruhan subyek
penelitian (Hadi dan Haryono, 1998).
Sampel yang baik adalah sampel yang
mengambarkan keadaan populasi.
Tabel 2. Rincian jumlah siswa dalam
sampel
No
Jumlah Siswa
Jumlah Kelas
VIII1 Kelas
VIII2 Kelas
VIII3
1 L L L L
2 8 8 9 25
3 p p p p
4 14 14 13 41
Sampel dalam penelitian ini
adalaah cluster random sampling yaitu
teknik pengambilan sampel bilamana
populasi tidak terdir dari indvidu-
individu melainkan terdiri dari
kelompok–kelompok individu atau
cluster, dimana kelompok-kelompok
individu diambil secara acak (Margono,
2003).
Dalam pengambilan sampel,
peneliti mencampur subyek-subyek
dalam kelompok populasi sehingga
subyek di dalam populasi dianggap sama.
Dengan demikian memberikan hak yang
sama kepada setiap subyek untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi
sampel (Arikunto, 2002). Jumlah
keseluruhan siswa kelas VIII 66 orang
tapi karna dalam penelitian ini hanya
siswa putra. Maka dalam penelitian ini
adalah siswa putra kelas VIII dengan
jumlah 25 orang siswa. Alasan
pengambilan sampel dengan jumlah
keseluruhan populasi adalah adanya
ketentuan apabila subyeknya lebih dari
100 sampel diambil antara 10%-15%
20%-25% atau lebih. Apabila subyeknya
kurang dari 100 maka sampelnya diambil
dari sejumlah populasi tersebut
(Suharsimi Arikunto, 2002).
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Observasi yakni pengumpulan data
dimana penyelidikan mengadakan
pengamatan secara langsung (tampa alat)
terhadap subyek yang diselidiki baik
pengamatan itu di dalam situasi buatan
yang khusus di adakan (Arikunto, 1998).
Berdasarkan pendapat di atas, maka
teknik ini digunakan untuk pengumpulan
data tentang; Korelasi antara lari sprint
50 meter dengan prestasi lempar lembing
pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri
4 Woha.
2. Dokumentasi Dokumentasi adalah data mengenai
hal-hal tau vaariabel yang berupa
cataatan, transkrip, surat kabar, majalah,
notulen rapat agenda dan sebagainya
(Kusuma, 2003). Sedangkan ahli lain
mengatakan dokumentasi adalah suatu
cara untuk memperoleh data denganjalan
mengumpulkan segala macam
dokumentasi serta mengadakaan
pencatatan yang sistematik (Yousda
1993). Sehubungan dengan penelitian ini
dokumentasi digunakan untuk
mengetahui nama dan jumlah siswa putra
di SMP Negeri 4 Woha.
3. Teknik Tes Perbuatan Teknik tes perbuatan digunakan
untuk memperoleh data tentang
kecepatan lari sprint 50 meter dan
lempar lembing pada siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 4 Woha Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Apabila devinisi tersebut kita
analisa, maka kita temukan unsur-unsur
sebagai berikut: (1) Bahwa tes tersebut
berbentuk suatu tugas yang terdiri dari
pernyataan-pernyataan atau perintah-
perintah. (2) Bahwa tes tersebut diberikan
kepada siswa atau sekelompok siswa
untuk dikerjakan. (3) Bahwa respon
siswa atau sekelompok siswa dinilai.
Tes hasil latihan dapat dibedakan
atas beberapa jenis dan pembagian jenis
ini dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang: (a) Tes individual, yaitu suatu
tes dimana pada saat tes diberikan, kita
hanya menghadapi satu orang siswa. (b)
Tes kelompok, yaitu dimana pad saat tes
itu diberikan, kita menghadapi
sekelompok siswa. Ditinjau dari segi
penyusunan tes hasil latihan dapat
dibedakan atas tiga jenis: (a) Tes buatan
guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh
guru yang akan mempergunakan tes
tersebut. (b) Tes buatan orang lain yang
tidak distandarisasi seorang guru dapat
mempergunakan tes-tes yang dibuat oleh
orang lain yang di anggap cukup baik,
misalnya tes yang disusun oleh teman
yang berpengalaman (c) Tes standar
ataau tes yang distandarisasikan, tes-tes
yang cukup valid reliabel berdasarkan
atas percobaan-percobaan terhadap
sampel yang cukup luas representativ.
Dalam buku evaluasi pendidikan
dijelaskan bahwa tes adalah alat
penjumlahan data yaang berbentuk
suruhan-suruhan yang harus silaksanakan
oleh subyek penelitian (Indra Kusuma,
1998). Ahli lain mengatakan bahwa tes
adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian terhadap suatu subyek ataupun
obyek-obyek tertentu untuk mendapatkan
data secara tepat (Arikunto, 1992).
Adapun langkah langkah dalam
pelaksanaan tes perbuatan antara lain: (1)
Mendata siswa kelas VIII dimasing-
masing kelas (2) Menjelaskan kepada
siswa tentang lari sprint dan lempar
lembing (3) Membuat tabel daftar nama
(4) Membuat jadwal pelaksanaan
penelitianMembuat jadwal pelaksanaan
penelitian (5) Membuat tabel analisis
Membuat tabel kecepata lari sprint dan
tabel prestasi lempar lembing (6)
Membuat tabel analisis (7) Melaksanakan
tes perbuatan.
Teknik Analisa Data
1. Prosedur analisa data Dalam prosedur pengolahan data ini
akan ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Editing Editing adalah melakukan pengecekan
kembali data yang telah terkumpul
untuk mengetahui
kelengkapan,kejelasan dan keakuratan
data tersebut
b. Koding Koding adalah memberikan kode
tertentu dalam
mengklafikasikanjawaban subyek
c. Tabulasi Data Tabulasi adalah proses pemindahan
skor masing –masing subyek kedalam
kolom yang telah disediakan.Tabaulasi
data ini bertujuan untuk
meringkas,merangkum dan
menyajikan data kedalam tabel agar
mudah dipahamai.
d. Pelaksanaan Tes Semua subyek di kumpulkan dan
diberi penjelasan materi dan mengabil
subyek satu persatu secara berurutan
untuk melakukan tes, subyek diberikan
kesempatan untuk mencoba star blok,
pada lintas lari dan berlari sampai 50
meter dengan waktu tidak lebih dari tiga
menit, setelah percobaan berakhir peneliti
menyiapkan peralatan dan subyek berdiri
di belakang garis star dan setelah
semuanya benar-benar siap, peneliti
memangil subyek satu persatu mulai dari
nomor urut pertama kedua dan
seterusnya, subyek diberikan kesempatan
sebanyak 2 kali.
Subyek sebelumnya diberikan
penjelasan materi dan subyek diberikaan
kesempatan untuk melakukan percobaan
untuk melakukan lempar lembing dengan
maksud agar mendapatkan hasil yang
baik dan kesempatan itu diberikaan
sebanyaak 3 kali,setelah subyek
melakukan lemparam pertama peneliti
langsung mengukur jauh lemparan dan
setelah itu subyek melakukan lemparan
yang kedua.
1. Proses Analisa Data Dalam suatu penelitian ilmiah
sudah tentu melalui proses analisa data
untuk mendapatkanhasilkan penelitian
yanag reresentive.dalam memproses data
memerlukan beberapa langkah-langkah
utama yang berkaitan dengan masalah
subyek dan obyek penelitian yang
diperoleh dan hasil penggumpulan data
melalui pengumpulan angket maupun
pencatat dokumen. Sudah validkah data
tersebut dan apakah data tersebut
respresentative dan apakah teknik analisa
datanya sudah tepat sehinggah dapat
terhindar dari kesalahan analisa datanya.
Dalam hal ini setelah data terkumpul
maka langkah dalam penelitian ini
selanjutnya adalah mengolah data dan
menganalisa data tersebut secara statistik.
Dalam buku pengantar metodelogi
penelitian dijelaskan bahwa; mengolah
data berarti menimbang, menyaring,
mengatur dan mengklafikasikannya
menimbang dan menyaring berarti
memilih dengan hati-hati data yang
relevan, tepat dan berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Mengatur dan
menglafikasikan data berarti
menggolongkan data tersebut menurut
aturan tertentu, (Nazir, 1998).
Pada umumnya metode analisa data
dibedakan menjadi 2 (dua) cara yaitu
analisa statistik dan analisa non statistik.
Dalam penelitian ini metode analisa data
yang digunakan adalah analisa statistik
dengan menggunakan teknik korelasi
(Product moment correlation). Hal ini
berdasarkan koofesien korelasi yang
diperoleh dapat mengadaakan pengetesan
hipotesis tentang korelasi tersebut.
Dalam hal ini lari sprint 50 meter
dan lempar lembing merupakan gejala
intervalterhadap dua gejalah tersebut
dapat dilakukan pengukuran melalui tes
perbuatan. Selanjutnya data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut
diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor
(mentah):
𝑟𝑥𝑦
=𝑛 ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥 )( ∑ 𝑦
√{𝑛∑𝑥2 − (∑𝑥 )²} { 𝑛 ∑ 𝑦 ² − (∑ 𝑦)²}
Keterangan:
R x y = Angka Indeks korelasi r product
moment
N = Jumlah sampel
∑𝑥2= Jumlah devisi skor x setalah terlebih dahulu dikuadratkan
∑𝑦2= Jumlah devisi skor y setalah terlebih dahulu dikuadratkan
X = Nilai standar dari koefisien x
Y = Nilai standar dari koefisien y
(Sugiyono, 2011 )
2. Langkah Analisa Data a. Merumuskan HO b. Membuat tabel kerja c. Memsukan data kedalam rumus d. Mencari nilai r x e. Menarik kesimpulan
3. Standar Penilaian Lari Sprint dan Lempar Lembing
a. Standar penilaian lari sprint 50 meter yaitu standar nilai yang ditetapkan
oleh peneliti berdasarkan hasil prestasi
tes lari sprint 50 meter. Semakin cepat
lari sprint 50 meter, maka nilai yang
diberikan semakin tinggi dan apabila
lari sprint 50 meter semakin lambat
maka nilai yang ditetapkan semakin
rendah.
b. Standar penilaian lempar lembing yaitu standar nilai yang ditetapkan
oleh peneliti berdasarkan hasil prestasi
tes lempar lembing. Semakin jauh
lempar lembing, maka nilai yang
diberikan semakin tinggi dan apabila
lemparannya kurang jauh maka nilai
yang ditetapkan semakin rendah.
Defenisi Operasional Variabel
Untuk memberikan penjelasan
mengenai variabel-variabel yang
berhubungan dengan pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu diberikan
batasan mengenai variabel tersebut
sebagai berikut:
1. Lari sprint 50 meter adalah kemampuan atlet dalam mengerakan
badan kedepan dengan melangkakan
kaki kanan dan kaki kiri berganti-
ganti, kedua kaki ada saat melayang
menempuh jarak 50 meter dengan
waktu yang sesingkat-singkatnya atau
secepat-cepatnya.
2. Lempar Lembing adalah salah satu jenis dari nomor lempar yang dalam
pelaksanaannya sebenarnya lebih
mudah dibandingkan dengan tolak
peluru maupun jenis lempar yang
lainnya.
C. HASIL PENELITIAN
a. Pelaksanaan tes pengukuran 1) Pelaksanaan pengukuran kecepatan
lari sprint 50 m
(a) Semua subjek di kumpulkan dan
diberi penjelasan. (b) Untuk mengukur
kecepatan lari sprint, peneliti
menggunakan stop watch. (c) Peneliti
memanggil subjek satu persatu secara
berurutan untuk melakukan tes, subjek
diberikan kesempatan untuk mencoba
star berdiri, lintasan lari, berlari
hingga sampai 50 m dengan waktu
tidak lebih dari 3 menit. (d) Setelah
percobaan berakhir peneliti
menyiapkan peralatan dan subjek
berdiri dibelakang garis star dan
setelah semuanya benar-benar siap
peneliti memanggil subjek satu persatu
mulai dari nomor urut pertama, kedua
dan seterusnya. (e) Subjek diberikan
kesempatan 2 kali pelaksanaan tes
tersebut selesai kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan berikutnya adapun
data hasil dari tes lari sprint 50 m
dapat tertera pada table II di bawah
ini:
Tabel II
Data Tentang Lari Sprint 50 Meter
No Nama
Prestasi
lari
sprint 50
M
satuan
(Detik)
Prestasi
Terbaik Nilai
1 2
1 Andi
Siswanto 7,0 6.1 6.1 300
2 Dadang
Hardiansyah 7.4 6.3 6.3 260
3 Ibrahim 6.9 7.0 6.9 190
4 Buhari 6.5 7.3 6.5 240
5 M. Kurais
Sihab 6.7 7.1 6.7 215
6 Arisman 6.9 6.3 6.3 260
7 M. Fadillah 7.3 7.8 7.3 190
8 M. Adhar 6.5 6.9 6.5 240
9 M. Taslim 6.5 7.3 6.5 240
10 M. Safilin 6.7 7.5 6.7 215
11 Gunawan Sari 6.1 6.7 6.1 300
12 Andi
Hasbulan 6.5 6.8 6.5 240
13 Furkan 7.0 6.3 6.3 260
14 Dedi Irawan 6.4 7.1 6.4 255
15 Ikhsan 6.8 7.3 6.8 200
16 Rijal 7.0 8.3 7.0 180
17 Jaidin 6.1 7.4 6.1 300
18 Apriyono 6.4 6.1 6.1 300
19 Wardiman 6.4 6.9 6.4 255
20 Ridwan 7.2 7.8 7.2 165
21 Gunawan 6.1 6.9 6.1 300
22 Ulil Amriadin 7.2 7.9 7.2 165
23 Rahmansyah 6.5 7.0 6.5 240
24 Makarau 7.3 8.2 7.3 190
25 Arif Julfikar 7.0 7.9 7.0 180
2) Pelaksanaan pengukuran prestasi lempar lembing
a. Semua subjek sebelumnya diberikan penjelasan materi.
b. Subjek diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan lempar lembing
dengan maksud agar mendapatkan
hasil yang baik dan kesempatan yang
akan diberikan sebanyak tiga kali.
c. Setelah subjek melakukan lemparan pertama petugas langsung mengukur
jauh lemparan, setelah itu subjek
melakukan lemparan kedua.
Adapun hasil prestasi lempar lembing
dapat diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel III
N
o Nama
Prestasi Lempar
Lembing satuan
(Meter)
Prest
asi
Terba
ik
Nil
ai
1 2 3
1 Andi
Siswanto
24.3
0
24.3
0
24.1
0 24.30 220
2
Dadang
Hardians
yah
23.6
0
23.6
0
24.5
1 24.51 225
3 Ibrahim 26.5
5
26.5
5
25.9
0 26.55 256
4 Buhari 26.2
5
26.5
2
25.8
7 26.52 256
5 M. Kurais
Sihab
18.7
5
18.7
5
18.4
0 18.75 144
6 Arisman 18.4
0
18.4
0
20.1
5 20.15 165
7 M.
Fadillah
18.9
8
18.9
8
19.1
2 19.12 147
8 M. Adhar 19.6
0
19.6
0
19.2
9 19.60 152
9 M.
Taslim
18.8
0
18.8
0
19.1
2 19.12 147
1
0 M. Safilin
22.8
5
22.8
5
23.0
7 23.07 203
1
1
Gunawan
Sari
14.4
3
14.4
3
14.3
0 14.43 89
1
2
Andi
Hasbulan
16.4
5
16.4
5
17.1
0 17.10 123
1 Furkan 17.8 17.8 17.6 17.60 133
3 0 0 0
1
4
Dedi
Irawan
26.2
6
26.2
6
27.3
8 27.38 263
1
5 Ikhsan
22.8
0
22.8
0
23.1
2 23.12 203
1
6 Rijal
16.5
8
16.5
8
17.5
4 17.54 129
1
7 Jaidin
15.4
2
15.4
2
16.3
7 16.37 113
1
8 Apriyono
21.6
0
21.6
0
21.8
2 21.8 187
1
9
Wardima
n
24.2
5
24.2
5
25.7
2 25.72 239
2
0 Ridwan
14.8
7
14.8
7
14.3
3 14.87 93
2
1 Gunawan
28.7
4
28.7
4
27.6
0 28.74 282
2
2
Ulil
Amriadin
23.6
0
23.6
0
24.5
1 24.51 225
2
3
Rahmans
yah
19.0
0
19.0
0
19.1
2 19.12 147
2
4 Makarau
25.7
8
25.7
8
24.5
0 25.78 241
2
5
Arif
Julfikar
21.8
2
21.8
2
21.4
0 21.82 147
Keterangan : Data ini masih
mentah dan perlu disesuaikan dengan
table hasil kecepatan lari spin 50 m
dan lempar lembing di atas merupakan
data hasil tes tersebut harus diberikan
nilai standar, sebagai mana tertera
pada table nilai standar dan prestasi di
bawah ini:
Tabel IV
Data nilai : Standar kecepatan
lari sprint 50 m dan prestasi lempar
lembing pada siswa putra kelas VIII SMP
N 4 Woha Tahun Pelajaran 2012-2013.
No
Lari Sprint 50 M
satuan (Detik)
Lempar Lembing
satuan (Meter) Ket
Prestasi Nilai Prestasi Nilai
1 2 3 4 5 6
1 6.1 300 19.60 152
2 6.3 260 19.12 147
3 6.9 190 20.15 165
4 6.5 240 18.75 144
5 6.7 215 26.52 256
6 6.3 260 26.55 256
7 7.3 190 24.51 225
8 6.5 240 24.30 220
9 6.5 240 17.54 129
10 6.7 215 23.12 203
11 6.1 300 27.38 263
12 6.5 240 17.80 133
13 6.3 260 17.10 123
14 6.4 255 14.43 83
15 6.8 200 23.07 203
16 7.0 180 19.12 147
17 6.1 300 21.82 183
18 6.1 300 25.78 241
19 6.4 255 19.12 147
20 7.2 165 24.51 225
21 6.1 300 28.74 282
22 7.2 165 14.87 93
23 6.5 240 25.72 239
24 7.3 190 21.82 187
25 7.0 180 16.37 133
1. Pengujian Hipotesis Adapun langkah-langkah dalam
pengujian hipotesisi diantaranya :
a. Merumuskan Hipotesis Nol (HO)
Hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah hipotesis alternative
(kerja) yang menyatakan bahwa, Ada
korelasi antara lari sprint 50 m dengan
prestasi lempar lembing pada siswa putra
kelas VIII SMP N 4 Woha Tahun
Pelajaran 2012/2013
Untuk membuktikan apakah
hipotesis teersebut terbukti
kebenarannya, maka hipotesis kerja
tersebut harus diubah dahulu menjadi
hipotesis 0, sehingga hipotesisnya
berbunyi, tidak ada korelasi antara lari
sprint 50 m dengan lempar lembing pada
siswa putra kelas VIII SMP N 4 Woha
Tahun Pelajaran 2012/2013
b. Menyusun Tabel Kerja Untuk kebutuhan pengolahan data
lari sprint 50 m dan tes lempar lembing
dibutukan tabel kerja sebagai berikut:
Tabel V. Tabel kerja perhitungan korelasi
lari sprint 50 m (x) dengan prestasi
lempar lembing (y)
No. x y x2 y2 xy
1 300 152 90000 48400 45600
2 260 147 67600 50625 24255
3 190 165 36100 65536 39600
4 240 144 57600 65536 27360
5 215 256 46225 20736 46080
6 260 256 67600 27225 76800
7 190 225 36100 21609 58500
8 240 220 57600 41209 41800
9 240 129 57600 21609 30960
10 215 203 46225 41209 43645
11 300 263 90000 7921 68380
12 240 133 57600 15129 25270
13 260 123 67600 17689 29520
14 255 83 65025 69169 19135
15 200 203 40000 91204 60900
16 180 147 32400 16641 48720
17 300 183 90000 12769 62660
18 300 241 90000 34969 37485
19 255 147 65025 57121 51000
20 165 225 27225 8649 26460
21 300 282 90000 79524 50760
22 165 93 27225 50625 27900
23 240 239 57600 21609
71700
24 190 187 36100 58081 47685
25 180 133 32400 33489 18645
Juml
ah
∑𝑥 588
0
∑𝑦4579
∑𝑥2 1430850 ∑𝑦2914
071
∑𝑥𝑦1091095
c. Memasukan Data Ke Dalam Rumus (Analisis Data)
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 =𝑛 ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥 )( ∑ 𝑦
√{𝑛∑𝑥2 − (∑𝑥 )²} { 𝑛 ∑ 𝑦 ² − (∑ 𝑦)²}
=25 𝑥 1091095 − (5880)𝑥 (4579)
√{25 𝑥 1430850 − (5880)²} {25 𝑥 1091095 − (4579)²}
=27277375 − 26924520
√{35771250 − 34574400}. {27277375 − 20967241}
=352855
√(1196850)(6310134)
= 352855
3748141,896
= 0,941
d. Menguji Nilai r x y Dari hasil analisa data dengan uji
korelasi kedua variabel penelitian
menggunakan tehnik statistik “r x y”
diperoleh nilai r x y hitungan sebesar
0,941. Sedangkan besar angka pada
tabel nilai-nilai r dengan taraf
signifikan 5% dan n = 25 adalah 0,396
2. Menarik Kesimpulan Dari hasil uji r x y dan menujukan
nilai hitung r x y sebesar 0,877, maka
berdasarkan taraf signifikan 5% dan n
= 25 maka besar angka penolakan
hipotesis nol dinyatakan dalam tabel
adalah 0,396.
Kenyataan ini menunjukan bahwa
nilai “r x y” yang diperoleh dari hasil
analisis data sebesar 0,941 berada diatas
angka batas penolakan hipotesis nol yang
besarnya 0,396 (Nilai hitung r x y =
0,941>, r tabel 0,396). Maka dapat
disimpulkan bahwa ada korelasi yang
signifikan kelipatan lari spirit 50 Meter
terhadap prestasi lempar lembing pada
siswa putra kelas VIII SMP N 4 Woha
Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. PEMBAHASAN Penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi lempar
lembing sangat penting dilakukan karena
berhasil atau tidaknya seorang atlet
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
fisik, tehnik dan mental serta faktor yang
paling utama yang sangat mempengaruhi
adalah kecepatan lari spirit yang
berpengaruh positif terhadap kemampuan
seorang atlet dalam melakukan lempar
lembing.
Penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui tentang korelasi antara lari
spirit 50 Meter dengan prestasi lempar
lembing pada siswa putra kelas VIII SMP
N 4 Woha Tahun Pelajaran 2012/2013 ini
menunjukan bahwa ada korelasi yang
signifikan antara lari spirit 50 M dengan
prestasi lempar lembing pada subjek yang
diteliti, hal ini menjadi informasi yang
sangat penting dan berharga bagi guru
pendidikan jasman kesehatan dan
rekreasi serta pelatih dalam melakukan
pemanduan bakat terhadap para siswa.
Namun demikian untuk menjadi seorang
atlet lempar lembing yang berhasil
ditentukan menguasai faktor-faktor yang
sangat mendukung seperti tehknik,
praktik dan mental yang diperoleh dari
latihan terus menerus.
E. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisis
data maka dapat disimpulkan bahwa
ada korelasi yang signifikan antara
lari spirit 50 meter dengan prestasi
lempar lembing pada siswa kelas VIII
SMP N 4 Woha Tahun Pelajaran
2012/2013.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1995. Metodelogi
Penelitian Suatu pendekatan
Praktis. Jakarta. Bina aksara.
Agus Mukholid. 2005. Pendidikan
jasmani. Indonesia Printing. Jakarta
Harsosno. 1993. Prinsip-Prinsip
Pelatihan. Jakarta. Pusat
Pendidikan dan Penataran.
Konipusat.
IAAF.2001. Pendidikan pelatihan &
system setifikasi.Jakarta.staf
secretariat RDC
Kosasi S. 1997. Metodelogi Penelitian.
Aneka Cipta. Jakarta
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori
Dan Praktek. Erlangga. Jakarta
Margono, S. Drs, 2001. Metodelogi
Penelitian Pendidikan. Rineka
Cipta. Jakarta
Netra IB. 1990. Statistik
Inferensial.Usaha nasional.
Surabaya.
Riyadir, Tamsir.1985.Petunjuk
Atletik.Yogyakarta. FPOK IKIP
Yogyakarta
Suharno HP. 19995. Olahraga Tehnik
dan Program Pelatihan. Akademik
Apessindo. Jakarta
Sujana, Nana dan ibrahim. 2001.
Penelitian dan penilaian
pendidikan. Bandung Sinar baru
Algesindo.
Syarifudin AIP.1990. Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan. Jakarta PT
Gramedia
Yahya Yasmaya. 1984. Olahraga Lari
Berprestasi. Pradya Paramita.
Jakarta
Yusuf Ahyar Sutaryono, Pedoman
Penulisan Skripsi, IKIP Mataram.
Yousda Ine Amirman. Statistik
Pendidikan. jakarta bina aksara.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKTIVITAS RITMIK DENGAN GERAK
IRAMA MARS MELALUI MEDIA BANTU GAMBAR DAN MUSIK
Ahmadin dan Samsudin
Program Studi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima
firdaussyam78@yahoo.co.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah ada peningkatan hasil
belajar aktivitas ritmik dengan gerak irama mars melalui media bantu gambar dan musik
pada siswa kelas V SDN Simpasai Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Jumlah populasi dan sampel penelitian
adalah 18 orang siswa kelas V SDN Simpasai. Teknik pengumpulan data menggunakan
dokumentasi dan tes perbuatan. Teknik analisis data menggunakan rumus regresi
sederhana, korelasi product moment dan F Statistik. Kesimpulan dari penelitian ini “ada
peningkatan hasil belajar aktivitas ritmik dengan gerak irama mars melalui media bantu
gambar dan gerak pada siswa kelas V di SDN Simpasai Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Kata kunci : Aktivitas ritmik, Gerak irama mars, Media bantu gambar dan musik
mailto:firdaussyam78@yahoo.co.id
A. Pendahuluan 1. Latar belakang
Pendidikan Jasmani
hakikatnya merupakan proses
pendidikan via gerak insani (human
movement) yang dapat berupa
aktivitas jasmani, permainan atau
olahraga untuk mencapai tujuan
pendidikan (Rusli Lutan, 1995/
1996: 7).
Pada praktiknya
pembelajaran pendidikan jasmani
di sekolah menengah saat ini
cenderung masih bernuansakan dan
bersuasanakan pendidikan
olahraga, guru masih menjadikan
bahan ajar sebagai tujuan, tidak
menjadikannya sebagai alat/ media
belajar, suasana belajar masih kaku
dengan metode-metode yang
berpusat pada guru, sementara
murid hanya dijadikan sebagai
objek belajar. Penggunaan metode
konvensional seperti demonstrasi,
komando, bahkan drill sangat
dominan dilakukan guru. Domain
Psikomotor sangat mendominasi
tatanan keberhasilan belajar. Siswa
kurang diberi kesempatan untuk
menggali, mengembangkan potensi
dan membuat keputusan sehingga
domain pengetahuan dan sikap
kurang terkembangkan.
Hasil observasi dan diskusi
dengan para guru pendidikan
jasmani di sekolah menengah yang
menyangkut ketersediaan,
keterlaksanaan dan ketercapaian
kurikulum ditemukan sejumlah
pelanggaran dan keterbatasan
kompetensi. Hal yang paling
mendasar adalah ditemukan
kebiasaan universal menganulir
beberapa materi ajar. Salah satu
materi ajar yang paling sering dan
paling umum mendapat kesulitan
dalam pembelajarannya adalah
materi Senam Irama atau materi
Aktivitas Ritmik. Hal ini
dikarenakan peserta harus
mengikuti setiap gerakan yang ada
pada gambar sesuai dengan aturan
dan teknik-tekniknya.
Kurang optimalnya
pembelajaran aktivitas ritmik ini
akan mengurangi optimalisasi
kemampuan siswa akan
terbentuknya nilai-nilai estetika
pada tatanan fisik, yang meliputi
kawasan organik dan motorik. Pada
tatanan kognitif akan mengurangi
kepekaan perasaan siswa pada
perilaku berpikir dan penentuan
sikap. Sedangkan pada tatanan
afektif akan mengurangi kepekaan
perasaan siswa pada pengendalian
emosional dan kepekaan sosial.
Kemudian penggunaan alat
bantu dan sarana mengajar pada
pembelajaran penjasorkes lebih
banyak disediakan untuk cabang-
cabang atletik maupun permainan,
sementara untuk cabang senam
masih sangat minim dan sangat
terbatas. Ini menandakan bahwa
pengelola sekolah belum secara
menyeluruh melengkapi sarana
pada pembelajaran penjasorkes.
Padahal ruang lingkup
pembelajaran penjasorkes meliputi:
pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan. Artinya ketiga
komponen tersebut harus memiliki
sarana dan alat bantu mengajar
yang bervariasi antara satu sama
lainnya.
Media pendidikan jasmani
ialah segala sesuatu yang dapat
mempermudah dan memperlancar
kegiatan pendidikan jasmani yang
bersifat relatif permanen atau susah
untuk dipindah-pindahkan. Secara
garis besar sarana atau fasilitas
pendidikan jasmani terdiri dari dua
macam, yakni sarana pendidikan
jasmani yang ada di dalam ruangan
(indoor facilities) dan yang ada di
luar ruangan (outdoor facilities)
(Abdul Kadir Ateng, 1992: 12).
Yang termasuk fasilitas
ruangan meliputi ruang serbaguna
atau hall untuk kegiatan senam,
bulutangkis, tenis meja, basket,
voli, olahraga beladiri, ruang ganti
pakaian dengan tempat pakaiannya,
ruang mandi dan lain-lain. Ruangan
untuk kegiatan pendidikan jasmani
tersebut akan lebih baik dan akan
terasa luas bila pada dinding
bagian-bagian tertentu dipasangi
cermin yang cukup besar.
Media-media yang ada di luar
ruangan banyak ragam dan
kegunaanya. Mulai dari lapangan
olahraga yang tersedia, sampai
lahan lain yang bisa dimanfaatkan
seperti: halaman, taman, lorong
lorong, kebun, parit, bukit yang
semuanya ada di sekitar sekolah.
Aktivitas pendidikan jasmani
tidak selalu harus dilakukan di
lapangan atau ruangan yang sesuai
dengan jenis cabang olahraganya
maupun ukuran dan aturannya.
Namun di tempat atau lapangan dan
ruangan apapun dimana kegiatan
tersebut bisa dilakukan dengan
mempertimbangkan unsur-unsur
penting yaitu keselamatan dan
kesehatan anak didik.
Tidak sedikit kegiatan
pendidikan jasmani yang tidak
terlaksana dengan baik karena
hambatan sarana yang tidak
memadai. Dalam hal ini kreativitas
para guru penjas sangat dituntut
untuk bisa mensiasati keadaan yang
demikian. Karena hakikat
pendidikan jasmani adalah
pendidikan melalui aktivitas
jasmani yang tidak terlepas dari
konsep bermain, bergerak, ceria,
maka lapangan/ruangan/tempat
apapun mestinya bisa digunakan
untuk kegiatan pendidikan jasmani
(Aip Syarifuddin, 1996: 34).
Untuk materi senam yang
akan diberikan, baik senam dasar,
senam irama, senam lantai maupun
senam alat. Pada senampun gerak-
gerak dasar jalan, lari, lompat,
berayun, berjalan dengan tangan,
keseimbangan tangan dan kaki,
berguling ke depan, ke belakang, ke
kiri atau kenanan dan sebagainya
dapat dilakukan di segala tempat.
Di dalam ruangan, ruang kelas,
halaman sekolah, lapangan atau di
taman atau kebun sekolah dapat
digunakan untuk kegiatan
pembelajaran senam.
Dalam rangka menunjang
pelaksanaan dan meningkatkan
hasil belajar pendidikan jasmani
khususnya senam, perlu
keterlibatan media dan alat bantu
yang cukup memadai dan sesuai
dengan karakteristik dari materi
senam tersebut. salah satu materi
senam yang diajarkan di SMP
adalah senam ritmik. Senam ritmik
akan efektif apabila didukung oleh
media bantu belajar berupa audio
visual maupun media gambar dan
selingan alunan musik yang
menyertainya (Soetoto
Pontjopoetra, dkk. 2002: 18).
Senam ritmik sangat intrik
dengan gerakan-gerakan yang
teratur dan berirama, sehingga
untuk efektivitas dan keberhasilan
pembelajarannya perlu diselingi
dan dukungan musik yang berirama
mars, walts atau cha-cha. Dengan
dasar pemikiran tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang berjudul:
“Peningkatan Hasil Belajar
Aktivitas Ritmik dengan Gerak
Irama Mars Melalui Media Bantu
Gambar dan Musik Pada Siswa
Kelas V SDN Simpasai Tahun
Pelajaran 2012/2013”.
2. Kajian Pustaka a. Pendidikan Jasmani
1) Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani
atau physical education
sebagai bagian dari
pendidikan yang
bermaknakan pendidikan.
Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan,
pendidikan jasmani
merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari program
pendidikan. Seperti
dikemukakan oleh Aip
Syarifudin, (1997: 125)
bahwa, pendidikan jasmani
merupakan bagian integral
dari pendidikan secara
keseluruhan melalui berbagai
kegiatan jasmani yang
bertujuan mengembangkan
individu secara organik,
neuromuscular, intelektual
dan emosional. Selanjutnya
Aip Syarifudin (1997: 125)
menyatakan, Pendidikan
Jasmani adalah suatu proses
aktivitas jasmani, yang
dirancang dan disusun secara
sistematis, untuk merangsang
pertumbuhan dan
perkembangan, meningkatkan
kemampuan dan keterampilan
jasmani, kecerdasan dan
pembentukan watak serta
nilai dan sikap yang positif
bagi setiap warga Negara
dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Selaras
dengan Aip Saripudin,
Kurikulum Pendidikan
Jasmani (2004: 2)
menjelaskan, pendidikan
jasmani adalah proses
pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan
secara sistimatis bertujuan
untuk meningkatkan individu
secara organik,
neuromuscular, perseptual,
kognitif dan inovatif.
Selanjutnya Balitbang
Kurikulum Depdiknas (2002:
1) mengemukakan bahwa,
pendidikan jasmani adalah
proses pendidikan melalui
penyediaan pengalaman
belajar kepada siswa, berupa
aktifitas jasmani, bermain dan
berolahraga, yang
direncanakan secara
sistematis, guna merangsang
pertumbuhan dan
perkembangan fisik,
keterampilan berfikir,
emosional, sosial dan moral.
Dari berbagai
pengertian atau definisi di
atas, terdapat beberapa
kesamaan pengertian, yaitu
pendidikan jasmani jasmani
dilaksanakan melalui
aktivitas gerak atau fisik,
direncanakan secara
sistematis dan untuk
mengembangkan aspek-aspek
kognitif, afektif, emosional
dan psikomotor.
2) Tujuan Pendidikan Jasmani Tujuan Pendidikan
Jasmani sering didefinisikan
berbeda oleh para ahli
pendidikan tergantung situasi
dan kepentingan pada saat
definisi itu dibuat, namun
demikian Adang Suherman
(1998: 4) mensarikannya
sebagai berikut: a)
Perkembangan Fisik.
Tujuan ini berhubungan
dengan kemampuan
melakukan aktivitas aktivitas
yang melibatkan kekuatan
kekuatan fisik dari berbagai
organ tubuh seseorang
(physical fitness), b)
Perkembangan Gerak. Tujuan
ini berhubungan dengan
kemampuan melakukan gerak
secara efektif, efisien, halus,
indah, sempurna (skill-full),
c) Perkembangan Mental.
Tujuan ini berhubungan
dengan kemampuan berpikir
dan menginterpretasikan
keseluruhan pengetahuan
tentang pendidikan jasmani
ke dalam lingkungannya, d)
Perkembangan Sosial. Tujuan
ini berhubungan dengan
kemampuan siswa dalam
menyesuaikan diri pada suatu
kelompok atau masyarakat.
Pendidikan jasmani
menekankan aspek
pendidikan yang bersifat
menyeluruh yaitu kesehatan,
kebugaran jasmani,
keterampilan, berfikir kritis,
stabilitas emosional,
keterampilan sosial,
penalaran dan tindakan
moral, yang merupakan
tujuan pendidikan pada
umumnya (Balitbang
Kurikulum, 2002: 1).
Tujuan umum
pendidikan jasmani di
Sekolah Dasar adalah
mengacu kepada
pertumbuhan dan
perkembangan jasmani,
mental, emosional, dan sosial
yang selaras dalam upaya
membentuk dan
mengembangkan kemampuan
gerak dasar, mananamkan
nilai, sikap dan membiasakan
hidup sehat (Syarifudin dan
Muhadi, 1992: 5).
Kutipan-kutipan
tersebut mempertegas bahwa
betapa luas dan kompleksnya
esensi pendidikan
dikembangkan melalui
pendidikan jasmani secara
totalitas yang menyangkut
esensi fisiologis maupun
esensi psikologis. Dengan
demikian para guru
pendidikan jasmani dituntut
mampu memanfaatkan
aktivitas jasmani sebagai
media untuk meraih tujuan
pendidikan secara
keseluruhan dengan
menciptakan lingkungan
pengajaran pendidikan yang
kondusif melalui berbagai
pendekatan teori berlajar.
3) Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar
(SD)
Sebagian dari
kompetensi guru adalah
kemampuan merencanakan
pembelajaran, kemampuan
mengelola pembelajaran, dan
kemampuan mengevaluasi
pembelajaran. Kemampuan-
kemampuan ini harus dapat
melahirkan konsep prilaku
belajar pada siswa, yang
selama ini guru lebih banyak
berfikir bagaimana saya harus
mengajar, bukan bagaimana
agar anak mampu belajar.
Azas ketercernaan dan
kebermaknaan atau
Developmentally Appropriate
Practice (DAP) harus
menjadi pertimbangan pokok
dalam merencanakan,
mengelola dan mengevaluasi
pembelajaran. Pertimbangan
kematangan siswa, tingkat
kesulitan materi, tujuan
belajar, ketersediaan sarana
prasarana, dan unsur-unsur
pendukung lainnya senantiasa
direncanakan dan dibuat
secara matang.
Azas DAP yang
menjadi azas pembelajaran
pendidikan jasmani di SD,
dikembangkan menjadi
beberapa azas yang terdiri
dari : a) Azas pendidikan
yang menyeluruh, b) Azas
perumusan tujuan yang
realistis, c) Azas
Individualitas, d) Azas
partisipasi merata dan
menyeluruh, e) Azas
mengutamakan kesenangan
dan kebebasan bergerak, f)
Azas mengutamakan
pengalaman sukses, dan g)
Azas modifikasi tugas ajar.
b. Aktivitas Ritmik Aktivitas ritmik adalah
bagian dari senam atau senam
irama, dengan kategori gerak
stabilisasi, lokomosi dan
manipulasi baik tertutup maupun
terbuka. Sebagai bagian dari
senam dalam pengajarannya
siswa dituntut untuk
memberikan respon yang relatif
stabil, terkontrol berbeda dengan
pembelajaran permainan,
sebagaimana ditulis Sukarma
(2001: 6) bahwa, lam hal belajar
senam siswa dituntut untuk
menguasai teknik gerakan
dengan benar, jadi semua siswa
diharapkan memberikan respon
yang sama. Maka pada fase ini
guru akan lebih baik
menggunakan pendekatan
formal dengan gaya komando.
Pendekatan informal
merupakan pendekatan yang
menekankan agar siswa belajar.
Pada situasi belajar diharapkan
agar seluruh pribadi siswa
berkembang. Aktivitas ritmik
terstruktur bebas merupakan
aktivitas berirama yang
dilakukan secara bebas, tidak
dibatasi dengan rambu-rambu
gerak yang baku atau rambu-
rambu musik yang baku
sebagaimana SKJ yang
dibakukan secara nasional.
Aktivitas ini dapat
dikembangkan secara mandiri
oleh siswa atau diciptakan siswa
bersama guru dengan musik
pengiring yang dibuat sendiri
dan untuk dinikmati sendiri atau
orang lain.
Dengan karakteristik
demikian harus tercipta situasi
belajar yang mencerminkan
belajar kelompok, kerja sama
untuk mencapai hasil belajar
yang diharapkan, sebagaimana
ditulis Sukarma (2001:6)
bahwa;” ...apabila yang menjadi
tujuan adalah memupuk kerja-
sama, inisiatif, kreativitas dan
keorganisasian siswa, maka
pendekatan informal dengan
gaya penugasan, kelompok
kecil, dan pemecahan masalah
dan lain sebagainya akan lebih
mencapai sasaran.
Penerapan pendekatan
formal-informal ini meliputi
penerapan metoda ceramah,
metoda demonstrasi metoda
komando, metode tugas, metode
diskusi, metode tanya jawab,
metoda penemuan dan metoda
eksplorasi kelompok kecil.
Pembelajaran aktivitas
ritmik menggunakan pendekatan
formal-informal akan
memperoleh hasil yang optimal
dengan pertimbangan bahwa,
pembentukan gerak dasar
aktivitas ritmik cukup rumit
sehingga pada awal
pembelajaran memerlukan
proses pembelajaran yang
seksama, disiplin dan
bertanggungjawab, sehingga
diperlukan pendekatan belajar
yang mencerminkan suasana
yang serius dan disiplin. Untuk
itu pendekatan yang relevan
dengan kondisi demikian adalah
pendekatan formal yang terdiri
dari metode ceramah,
demonstrasi dan komando.
Dalam rangka
mengembangkan kreativitas
siswa berdasarkan potensi siswa
secara individual, kolektif dan
memberikan kebebasan seluas-
luasnya untuk belajar dengan
modal kemampuan teknik dasar
gerak yang telah dimiliki, maka
penerapan pendekatan informal
akan memberikan peluang yang
besar pada anak untuk
mengembangkan bahan ajar
secara mandiri dan kelompok.
Musik adalah “bunyi yang
diterima oleh individu dan
berbeda-beda berdasarkan
sejarah, lokasi, budaya dan
selera seseorang” (Anonymous,
2008). Di antara definisi sejati
tentang musik adalah “Segala
bunyi yang dihasilkan secara
sengaja oleh seseorang atau
kumpulan dan disajikan sebagai
musik” (Anonymous, 2008).
“Irama Cha-cha dan Poco-poco
adalah sama dengan irama Mars,
yakni memiliki birama 4/4, yang
berarti bahwa pada setiap di
antara dua garis birama dalam
lagu tersebut mempunyai empat
(4) hitungan 1,2,3,4 (Sutoto dkk,
1993: 355).
Pendekatan pembelajaran
aktivitas ritmik terstruktur bebas
melalui pendekatan formal-
informal dan penggunaan media
musik, diprediksi dapat
menutupi kekurangan-
kekurangan kompetensi guru,
dan sekaligus akan lebih
menghidupkan suasana/iklim
belajar pendidikan jasmani di
sekolah dasar serta akan
menyelesaikan kesulitan belajar
siswa, sesuai dengan konsep
pendidikan jasmani yang
menurut Rusli Lutan (1995/
1996: 1-2) sebagai berikut :
Pertama; penjaskes merupakan
upaya sistematis untuk
mengembangkan kepribadian
anak, seperti pengembangan
hormat diri (self esteem),
kepercayaan diri, toleransi
sesama kawan, dan lain-lain.
Kedua; isi dari tugas ajar
(learning tasks) diselaraskan
dengan perkembangan anak.
Suasana kegiatan lebih bebas
untuk menyatakan diri dan
bermain secara leluasa untuk
mengenal lingkungan dalam
situasi yang menggembirakan.
Ketiga; Jika arah pengajaran
pada keterampilan cabang
olahraga, arahkan tekanan pada
pengembangan gerak umum
yang menyeluruh, namun tugas
gerak, alat dan pelaksanaannya
diubah sesuai dengan
kemampuan anak.
Keempat; Model pembelajaran
lebih banyak ditandai oleh
pemberian kesempatan bagi
anak untuk mengekspresikan
diri, berinisiatif dan
memecahkan masalah secara
kreatif, guru berperan mengelola
PBM.
Kelima; Meskipun TIU dan TIK
adalah sasaran belajar, tetapi
upaya dampak pengiring positif
seperti pengembangan nalar,
disiplin, kejujuran dan lain-lain
dikembangkan.
c. Pembelajaran Aktivitas Ritmik dengan Irama Mars
1) Hakikat Pembelajaran Aktivitas Ritmik dengan
Irama Mars
Irama atau Ritme
mengandung suara musik
yang berjalan secara teratur,
sehingga menjadi sebuah
pola. Setiap lagu selalu
mengandung iramanya
sendiri-sendiri yang dapat
dibedakan antara yang cepat,
lambat dan sedang. Dilihat
dari kecepatan irama tersebut,
maka beberapa irama
dinamakan secara berbeda,
misalnya irama-irama yang
cepat dinamakan irama Mars,
sedang beberapa irama yang
lamban di sebut irama Wals
dan lain-lain. Irama Mars
termasuk ke dalam irama
yang cepat dan umumnya
bersuasana semangat, serta
bersifat riang dan gembira.
Oleh karena itu lagu-lagu
Mars cocok untuk menjadi
pengiring dalam
pembelajaran aktivitas ritmik,
terutama dalam
memperkenalkan irama
ketika mempelajari berbagai
pola langkah yang sudah
diuraikan dalam bagian
sebelumnya.
Sebagian besar tanda
irama pada lagu-lagu
berirama Mars menggunakan
tanda irama 2/4, meskipun
ada juga yang berirama 4/4,
yang berirama sedang.. Tanda
irama pada setiap lagu
mempunyai arti sebagai
berikut, misalnya : tanda
Irama 2/4. Angka 2
mempunyai arti bahwa di
antara dua garis berirama
dalam lagu tersebut terdapat 2
ketukan/hitungan. Angka 4
atau lengkapnya 1/4
mengandung arti bahwa not
itu harganya 1/4 dan
mendapat 1 hitungan/
ketukan. Dengan begitu
hitungan dari irama 2/4 cukup
dibunyikan dengan hitungan
1-2, 1-2 dan seterusnya
(ditandai oleh tangan dirigen
yang hanya naik turun). Ini
memungkinkan setiap
ketukan ketika menyebut satu
dan dua diwakili oleh
masing-masing satu langkah.
Lagu-lagu daerah dan
lagu perjuangan kita banyak
yang berirama Mars. Dengan
demikian, kita tidak akan
kehabisan sumber lagu yang
dapat digunakan untuk
mengajak anak-anak di
sekolah untuk mempelajari
berbagai aktivitas ritmik
dengan memanfaatkan lagu-
lagu kita sendiri.
Beberapa contoh lagu
yang bertempo Mars baik
yang berirama 2/4 dan 4/4
adalah : Contoh lagu
berirama 2/4: (1) Manuk
Dadali, (2) Hari Merdeka, (3)
Si Patokaan, (4) Bambu
Runcing, dan (5) Huhatee.
Sedangkan contoh lagu
berirama 4/4 adalah: (1) Maju
Tak Gentar, (2) Halo-halo
Bandung, (3) Berkibarlah
Benderaku, (4) Apuse, dan
(5) Dari Sabang sampai
Merauke. Alangkah amat
membantu jika semua
mahasiswa berupaya
memiliki buku-buku
kumpulan lagu-lagu nasional
dan daerah, yang biasanya
dapat dengan mudah
didapatkan di toko-toko buku
di kota Anda. Di dalam buku
tersebut, di samping ditulis
syair lagunya secara utuh,
juga dilengkapi oleh tanda
nada serta not baloknya.
Carilah tutor yang dapat
memberikan petunjuk tentang
bagaimana menyanyikan lagu
tersebut secara benar. Ingat,
guru Penjas idealnya harus
juga menguasai pelajaran seni
suara, serta mampu bernyanyi
dan menari.
Pembelajaran
berbagai bentuk pola langkah
dapat dilakukan dengan
memilih lagu-lagu di atas,
dan guru dapat menentukan,
kira-kira pola langkah yang
mana yang akan diberikan
pertama kali. Sebagai
panduan, pertama-tama tentu
saja guru harus memilih pola
langkah 1 bagi-anak dari
kelas rendah, atau bagi anak-
anak kelas tinggi sekalipun,
jika mereka baru memulai
pembelajaran pola langkah
ini.
Pola langkah ini
cocok untuk dijadikan awal
pembelajaran karena sifatnya
sangat alamiah dan sudah
pasti dikuasai oleh semua
anak. Pola langkah 1 adalah
langkah biasa seperti pada
orang berjalan biasa,
langkahnya sederhana dan
mudah dipahami. Karenanya,
pembelajaran pola langkah 1
tidak akan menimbulkan
kesulitan sama sekali, karena
tidak memerlukan lagi
pemikiran seperti kalau harus
mempelajari hal baru. Yang
harus ditekankan oleh guru
adalah, anak harus mencoba
melakukan langkah 1 dengan
mengikuti irama dan secara
perlahan-lahan mengisi setiap
langkahnya dengan
kandungan ekspresi perasaan
sehingga gerakan langkah
anak menjadi gerak ekspresif.
Setelah pola langkah 1
dikuasai, atau sebagai variasi,
guru dapat meminta anak
untuk mencoba irama yang
sama dengan pola langkah 2
dan pola langkah 4. Tidak ada
perbedaan yang mencolok
dalam hal iramanya ketika
menggunakan pola langkah 1
dengan ketika menggunakan
pola langkah 2 atau langkah
4. Perbedaannya hanya
terletak pada keharusan
melakukan penutupan
langkah pada hitungan yang
diminta. Misalnya, selalu
melakukan langkah penutup
(mempertemukan kedua kaki
pada satu titik) pada hitungan
kedua ketika melakukan pola
langkah 2. Demikian juga
pada pola langkah 4.
Konsekuensinya, biasanya
jumlah langkah ke depan dan
atau ke belakang serta ke
samping, harus di tambah.
Irama Mars yang
bersemangat serta riang harus
mampu menyebabkan anak
merasakan suasana semangat
dan riang dalam melakukan
langkahnya. Ajaklah anak-
anak tersenyum, dan
yakinkan bahwa setiap
langkahnya semakin dipenuhi
oleh semangat yang semakin
besar. Ajaklah semua anak
bernyanyi bersama, sambil
melakukan langkah-langkah
sederhana dari pola langkah
1.
Sebagai pemula, awali
pembelajaran langkah ini
dengan langkah di tempat
secara klasikal. Ini juga untuk
membiasakan koordinasi
antara menyanyi dan
melakukan gerak langkah.
Jika hal ini masih
menyulitkan siswa, guru
harus membagi anak ke
dalam minimal dua
kelompok, sehingga satu
kelompok bertugas menyanyi,
dan kelompok kedua
melakukan gerak langkah.
Setelah beberapa kali, tugas
menyanyi tadi dapat
bergantian, sehingga berperan
saling melengkapi.
2) Langkah Dasar Irama Mars Langkah Dasar yang
digunakan pada Irama Mars
adalah sebagai berikut:
1) Langkah Dasar Maju Sikap Awal: Berdiri tegak
dengan kedua kaki sejajar
dengan jarak kurang lebih
10 cm dan kedua tangan
bebas di samping badan.
Hitungan 1: Langkahkan
kaki kiri ke depan satu
langkah. Hitungan 2:
Langkahkan kaki kanan ke
depan satu langkah sejajar
dengan kaki kiri tetapi
agak ke depan sedikit.
Selanjutnya diteruskan
oleh kaki kiri hingga
hitungan ke 8 dan kembali
ke sikap awal.
2) Langkah Dasar Mundur Sikap Awal: Berdiri tegak
dengan kedua kaki sejajar
dengan jarak kurang lebih
10 cm dan kedua tangan
bebas di samping badan.
Hitungan 1: Langkahkan
kaki kiri ke belakang atau
mundur satu langkah.
Hitungan 2: Langkahkan
kaki kanan ke belakang
atau mundur satu langkah
tidak sejajar dengan kaki
kiri tetapi lebih ke
belakang sedikit.
Selanjutnya diteruskan
oleh kaki kiri hingga
hitungan ke 8 dan kembali
ke sikap awal.
3) Langkah Dasar Samping Kiri Sikap Awal
Langkah dasar samping
kiri sikap awal terdiri dari:
Berdiri tegak dengan
kedua kaki sejajar dengan
jarak kurang lebih 10 cm
dan kedua tangan bebas di
samping badan. Hitungan
1: Langkahkan kaki kiri ke
samping kiri satu langkah.
Hitungan 2: Langkahkan
kaki kanan ke samping kiri
satu langkah rapat dengan
kaki kiri. Selanjutnya
diteruskan oleh kaki kiri
hingga hitungan ke 8 dan
kembali ke sikap awal.
4) Langkah Dasar Samping Kanan Sikap Awal
Berdiri tegak dengan
kedua kaki sejajar deagan
jarak kurang lebih 10 cm
dan kedua tangan bebas di
samping badan. Hitungan
1: Langkahkan kaki kanan
ke samping kanan satu
langkah. Hitungan 2:
Langkahkan kaki kiri ke
samping kanan satu
langkah rapat dengan kaki
kanan Selanjutnya
diteruskan oleh kaki kanan
hingga hitungan ke 8 dan
kembali ke sikap awal.
5) Langkah Dasar di Tempat Sikap Awal: Berdiri tegak
dengan kedua kaki sejajar
dengan jarak kurang dari
10 cm dan kedua tangan
bebas di samping badan.
Hitungan 1: Angkat kaki
kiri setinggi 10 cm dari
lantai dan letakkan
kembali di samping kaki
kanan. Hitungan 2: Angkat
kaki kanan setinggi 10 cm
dari lantai dan letakkan
kembali di samping kaki
kiri. Selanjutnya
diteruskan oleh kaki kiri
hingga hitungan ke 8 dan
kembali ke sikap awal.
6) Langkah dasar gabungan dalam berbagai posisi
Setelah setiap langkah
dasar di atas dikuasai
anak, tiba saatnya bagi
mereka untuk
menggabungkan
semuanya. Langkah
penggabungan bisa
dilakukan secara bertahap,
misalnya mintalah anak
untuk menggabungkan
antara langkah ke depan
dan ke belakang dulu.
Artinya setelah delapan
hitungan langkah ke
depan, berikutnya
sambung dengan langkah
ke belakang delapan
hitungan. Lakukan sambil
bernyanyi bersama. Ulang
beberapa kali, sampai
mayoritas anak dianggap
guru menguasai
penggabungan tersebut.
Berikutnya tambahkan
delapan hitungan langkah
ke samping kiri dan ke
samping kanan, di antara
dua kali ke depan dan ke
belakang. Berikutnya
gabungkan pula langkah di
tempat. Setelah semua
langkah dasar tadi
digabung dalam pola yang
sederhana, berikutnya ajak
anak untuk melakukan
penggabungan tersebut
dalam berbagai posisi.
Langkah dasar dalam
berbagai posisi dapat
dilakukan oleh siswa
beregu atau kelompok,
setiap kelompok dapat
berjumlah 10 sampai 25
orang dan dapat pula
dilakukan oleh kelompok
campuran putra dan putri
atau sekelompok dari jenis
kelamin yang sama, seperti
contoh di bawah ini: Dua
baris membujur, pada
posisi gerakan ini dapat
dilakukan gerakan-gerakan
dasar maju/mundur,
langkah samping
kiri/kanan dan langkah di
tempat.
d. Media Pendidikan Senam Secara umum media bisa
diartikan sebagai alat atau sarana
komunikasi atau untuk
menyampaikan informasi dari
suatu pihak ke pihak lain (Aip
Syarifuddin, 1996: 71). Media
pendidikan jasmani artinya
sarana yang bisa digunakan
untuk menyampaikan informasi
atau pesan yang berkaitan
dengan pendidikan jasmani.
Media dimaksud harus
menunjang tujuan proses belajar
mengajar dan juga membantu
proses berpikir siswa agar dapat
dengan segera memahami
informasi dimaksud. Media
pendidikan jasmani secara
umum juga bisa disampaikan
melalui berbagai macam media
seperti: Surat kabar, majalah,
radio, televisi, film, video, OHP,
gambar-gambar dan sebagainya
(Abdul Kadir Ateng, 1992: 21).
Untuk kepentingan
kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani, alat seperti
tersebut di atas kalau ada dan
bisa diadakan memang akan
sangat membantu guru maupun
siswa. Misalnya film
intruksional tentang
pembelajaran suatu rangkaian
gerak lompat jauh gaya jonggok,
dapat dilihat dengan jelas oleh
para siswa dan dapat diulang
beberapa kali. Video camera
dapat memperlihatkan kembali
kegiatan atau gerakan yang telah
dilakukan oleh siswa kita, dan
dapat dijadikan sebagai bahan
untuk mengkoreksi kegiatan
selanjutnya.
Untuk kepentingan dalam
kegiatan pendidikan jasmani
bukan berarti guru tidak bisa
menyampaikan informasi dalam
bentuk gambar kepada siswa
karena tidak mempunyai kamera
video atau TV. Namun masih
bisa dibuat alat bantu untuk
menyampaikan informasi
kepada siswanya dengan
memodifikasi. Media yang
sederhana itu dapat dibuat
sendiri oleh guru atau juga dapat
menugaskan kepada siswanya.
Media yang dimaksud tersebut
adalah berupa foto atau gambar.
Misalnya gambar yang
menunjukkan rangkaian gerak
lompat jauh atau rangkaian
gerak lari mulai start sampai
finish. Gambar yang ditampilkan
tersebut sebaiknya gambar
berupa rangkaian gerak secara
keseluruhan. Agar anak punya
landasan pengetahuan tentang
gerak yang harus ia lakukan dari
awal sampai selesai.
Pengadaan media
pembelajaran pendidikan
jasmani di sekolah dirasakan
perlu, sebab hal tersebut akan
membantu guru maupun siswa
dalam persiapan maupun
pelaksanaan PBM pendidikan
jasmani. Media pengajaran
penjaskes adaptif disesuaikan
dengan kebutukan untuk setiap
jenis kelainan, apalagi bila
media yang disediakan, berupa
media pembelajaran yang lebih
canggih. Sehingga kegiatan
apapun yang akan, sedang
maupun yang sudah dilakukan
bisa direview ulang sebagai
umpan balik untuk kegiatan
selanjutnya.
3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai
dalam penelitian ini adalah ingin
mengetahui apakah ada
peningkatan hasil belajar aktivitas
ritmik dengan gerak irama mars
melalui media bantu gambar dan
musik pada siswa kelas V SDN
Simpasai Tahun Pelajaran
2012/2013.
B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian
kuantitatif deskriptif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu metode
penelitian yang menggunakan
angka-angka dan skala-skala
tertentu yang akan diukur
(Arikunto, 2006: 326). Sedangkan
penelitian deskripsi adalah suatu
bentuk penelitian yang paling
dasar. Penelitian ini mengkaji
bentuk aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan
dan perbedaannya dengan
fenomena lain (Nanah S.
Sukmadinata, 2010: 72).
Adapun rancangan penelitian
yang digunakan dalam ini
menggunakan Paradigma
Sederhana. Rancangan penelitin
tersebut di gambarakan sebagai
berikut (Sugiyono, 2010: 66) :
Gambar 1. Paradigma Sederhana
Keterngana:
X = Aktivitas Ritmik
Y = Gerak Irama Mars
2. Instrumen Penelitian a. Laptop b. LCD Proyektor c. Video dan Audio d. Format Penilaian Gerak Irama
Mars
3. Sumber Data a. Data primer
Data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data atau
data yang dikumpulkan sendiri
oleh perseorangan atau suatu
organisasi langsung melalui
obyeknya. Contoh: Observasi
tentang keadaan lokasi
penelitian, tes perbuatan,
maupun penyebaran angket.
b. Data Sekunder Data sekunder adalah adalah
sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada
pengumpul data, contohnya
lewat orang lain atau lewat
dokumen. Contoh: Buku,
X
Y
r
majalah, surat-surat, dokumen
sekolah dan informasi lain yang
berkaitan dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data
a. Teknik Pengumpulan Data Langkah-langkah pelaksanaan
tes sebagai berikut:
1. Melakukan pre test atau tes awal untuk mengukur hasil
belajar gerak ritmik siswa
dengan bantuan media
gambar dan musik (LCD
Proyektor).
2. Memberikan waktu 1 menit (60 detik) untuk melakukan
latihan pemanasan untuk
melemaskan otot-otot yang
kaku.
3. Cara pelaksanaan tes adalah dengan menyuruh siswa
secara satu persatu
memperagakan gerak ritmik
sesuai dengan panduan dalam
media LCD Proyektor yang
diputar.
4. Cara memberikan skor adalah dengan melihat 5 aspek
penilaian, yaitu: (1)
penguasaan koordinasi gerak
langkah,(2) penguasaan gerak
rangkaian keseluruhan, (3)
ekspresi dan penghayatan, (4)
kesungguhan pelaksanaan
gerakan, dan (5) kesan
keseluruhan.
5. Memberikan treatment (latihan) selama 1 minggu
dengan melakukan latihan-
latihan gerak ritmik, baik di
sekolah maupun di rumah
masing-masing siswa.
6. Melakukan post test atau tes akhir setelah diberikan
treatment (latihan)
Adapun petugas yang
berperan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: Guru
Penjasorkes SDN Simpasai
bertugas sebagai koordinator
pelaksana tes, Ahmadin
(peneliti) bertugas sebagai
pengamat dan pengambil nilai,
Siswa dan siswi SDN Simpasai
sebagai obyek yang akan dinilai.
Aspek yang dinilai yaitu : 1)
penguasaan koordinasi gerak
langkah, 2) penguasaan gerak
rangkaian keseluruhan, 3)
ekspresi dan penghayatan, 4)
kesungguhan pelaksanaan
gerakan, dan 5) kesan
keseluruhan.
Skala penilaian 1-5 aspek
tersebut adalah:
1 = Gerakan yang dilakukan
tidak sesuai dengan konsep
2 = Gerakan yang dilakukan
sebagian kecil sesuai dengan
konsep
3 = Gerakan yang dilakukan
sebagian sesuai dengan konsep
4 = Gerakan yang dilakukan
sebagian besar sesuai konsep
5 = Gerakan yang dilakukan
sesuai dengan konsep
b. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis
data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus regresi
sederhana yaitu:
Rumus : Y = a + b X
Keterangan :
Y = Variabel dependen
A = Intercept atau nilai Y pada
saat X = 0
X = Variabel Independen
b = Slope/kemiringan
(Sugiyono, 2008 : 262).
Dengan rumus persamaan
product moment sebagai berikut:
rxy =
22 yx
xy
Keterangan :
r xy = koefisien korelasi
∑xy = jumlah hasil kali skor x
dengan skor y
∑x2 = jumlah skor yang
dikuadratkan dalam
variabel x
∑y2 = jumlah skor yang
dikuadratkan dalam
variabel y
N = banyak subyek skor x
dan y yang berpasangan
(Arikunto, 2006: 274)
Pengujian hipotesis
menggunakan taraf signifikasi
5% tabel nilai Product Moment
dengan kriteria sebagai bentuk :
Bila r hitung .> r tabel maka ha
diterima, Bila r hitung .< r tabel
maka ho ditolak (Arikunto,
2006: 276).
Kemudian Untuk menguji
keberartian regresi linier
sederhana digunakan rumus F
statistik sebagai berikut:
F reg =
2
2
1
2
r
nr
F reg = Keberartian Regresim
Linear Sederhana
r2 = Nilai regresi yang
dikuadratkan
n-2 = Jumlah sampel
dikurangi 2
1-r2 = 1 dikurangi nilai
regresi kuadrat
C. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh garis persamaan regresi
antara hasil belajar aktivitas ritmik
dengan gerak irama mars melalui
media bantu gambar dan musik yaitu
Y= 321,76+(-19,92)X, nilai koefisien
korelasi antara kedua variabel tersebut
menunjukan r hitung > r tabel (0,997 >
0,378), serta nilai Fhitung =2654,67
setelah dikonsultasikan dengan F tabel
pada taraf signifikan 5% dengan
deraja kebebasan 18 – 2 = 16 (db =
16) yaitu 0,400, menunjukkan bahwa
Fhitung = 2654,67 > Ftabel = 0,400. Hal
ini menunjukkan bahwa persamaan
regresi yang diperoleh yaitu Y=
321,76+(-19,92) X dapat digunakan
untuk menganalisis hasil belajar
aktvitas ritmik dengan gerak irama
mars melalui media bantu gambar dan
musik. Di samping itu, dari hasil
perhitungan diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) yaitu 0,997 serta koefisien
determinasi (r2) yang diperoleh yaitu
0,994009 yang berarti bahwa hasil
belajar gerak ritmik dengan gerak
irama mars yaitu 99% keberhasilannya
ditentukan oleh ketersediaan atau
keterlibatan media bantu dalam belajar
yaitu media gambar dan musik
maupun intensitas latihan yang teratur.
Dengan demikian maka hipotesis
alternatif (Ha) yang diajukan yaitu
“Ada peningkatan hasil belajar
aktivitas ritmik dengan gerak irama
mars melalui media